Wednesday 19 December 2012

Krisis Identitas


Seringkali muncul kekhawatiran tentang citra diri di hadapan orang lain. Banyak pertanyaan muncul tentang apa yang ada dalam pikiran orang-orang tentan diri ini. Citra yang positif kah? Ataukah citra yang negatif.

Entah mengapa diri ini begitu khawatir terhadap penilaian orang lain. Khawatir orang lain memiliki pandangann yang buruk terhadap track recordku, sikapku, kebiasaanku, emosiku, ekspresiku, tentang apapun yang muncul dan timbul dari diri ini. Mungkin aku terlalu melankolis dan berlebihan. Seperti biasa.

Sebetulnya kekhawatiran ini muncul sejak dulu, aku selalu peduli dan penasaran tentang apa yang orang lain pikirkan atas diriku. Aku selalu khawatir jika ada orang yang membeciku. Ya, selalu seperti itu. Tapi kali ini, kekhawatiran itu muncul karena banyak perubahan yang terjadi pada diri ini. Banyak yang berubah dari sikap, kebiasaan, dan pola pikirku.

Sekarang, aku tak lagi semengalah dulu, yang akan oke saja atas apapun yang orang lain putuskan. Sekarang aku tak sepenakut dulu, saat ada orang yang begitu dominan dan otoriter. Sekarang aku tak selembut dulu, yang begitu mudah menangis atas kejadian yang menyentuh hatiku.

Sekarang, aku bisa berontak dan menolak saat berada pada situasi yang memaksaku dan aku tak suka. Sekarang aku bisa menunjukkan  ketidak-sukaanku akan suatu hal, baik itu lewat sikap, raut wajah, perkataan, atau apapun. Sekarang aku lebih sering mengutarakan apa yang aku rasakan, baik maupun buruk. Sekarang aku lebih sering berpikir negative dan kemungkinan buruk, jika memang secara logika hal tersebut negative dan buruk.

Atas semua itu, tentu banyak yang berubah dari sikapku dan aku khawatir orang lain tak menyukainya. Aku takut jika diri ini begitu menyebalkan. Aku taku jika sikapku ini begittu mengganggu. Aku takut orang lain tak menginginkan keberadaanku. Aku takut. Takut sekali.

Terkadang, rindu aku yang dulu. Yang selalu menerima perlakuan dan kondisi lingkungan sekitarku meski itu terlalu pasrah dan tidak kritis. Tapi setidaknya hatiku tenang. Terkadang, rindu aku yang dulu. Yang selalu berpikir positif, husnudzon pada setiap keadaan dan perlakuan orang lain meski tak jarang aku yang dibohongi oleh keadaan itu. Tapi setidaknya hatiku bersih. Aku rindu saat begitu mudahnya aku menangis, saat situasi berlebihan apapun terjadi, apakah itu terlalu menyedihkan atau terlalu membahagiakan, atau terlalu menyebalkan. Meski orang lain menilainya cengeng dan berlebihan, tapi setidaknya aku bisa menumpahkan perasaanku.

Emh, itu mungkin hanya sebuah kerinduan. Entah pada posisi manakah aku yang lebih baik, dulu ataukah sekarang. Tapi alangkah celakanya diri ini jika hari ini lebih b,uruk dari hari kemarin. 

Saturday 15 December 2012

Cinta itu memang butuh perjuangan

Seperti yang pernah kuceritakan sebelumnya tentang hidupku 6 bulan ke belakang, ini memang fase yang cukup berat untukku.

6 bulan berselang, rasanya semuanya mulai membaik. Aku mulai bisa menerima diriku apa adanya. Aku mulai menerima partnerku apa adanya. Dan diam-diam aku mulai menyayanginya. Haha, lucu memang.. Dia orang yang begitu berbalikan denganku. Praktis apa yang aku suka, bisa jadi itulah yang ia benci. Begitupun sebaliknya.

Tapi sayang itupun tak cukup. Niat awal untuk mencintanya pun tak cukup. Benar kata Ust.Anis Matta, Bahwa pekerjaan cinta adalah menumbuhkan dan merawatnya. Dongkol itu pasti ada. Jenuh itu sudah barang pasti. Tapi aku akan terus berusaha untuk mencintainya. Meski hingga saat ini kami masih sering bertengkar, beradu argumen. Tapi mungkin itulah medan perjuangan yang Allah sediakan untukku, untuk kami. Semoga perasaan ini bisa terus tumbuh subur, mengalahkan kekesalanku padanya. Hehe

So far, perasaan ini terus meningkat. Semoga terus begitu. :)
Jaga ukhuwah ini ya Rabb.. Aamiin

Tuesday 4 December 2012

Teruntuk adik-adik asramaku

Aku tahu, sungguh tahu, siapa diri ini
Aku sadar, dan teramat menyadari betapa banyak kekurangan diri ini
Maka aku dengan statusku disini, bukanlah seseorang yang tanpa cacat yang hanya memiliki sisi baiknya saja.

Aku sadar atas kelemahan dan kekuranganku, hingga atasnya aku ber-azzam untuk menjadikan amanah ini sebagai pecut untuk semakin memperbesar langkahku meninggalkan kejahiliahan ini.

Aku berusaha untuk bisa menemani perjalanan kalian, dengan menjadi aku yang apa adanya. Aku memang seperti ini. Aku yang plegmatis. Aku yang melankolis. Aku yang kurang tegas. Aku kurang perhatian. Aku yang masih belum bisa menjadi teladan yang baik untuk kalian. 

Mungkin kalian kecewa mendapatkan seorang pembina dengan kapasitas sepertiku. Terlebih atas kebiasaan buruk harian yang masih sangat sulit aku hilangkan. Tapi percayalah, aku selalu berusaha untuk berubah.

Adik-adikku, sungguh sejak awal aku lebih suka menganggap kalian sebagai sahabatku. Aku lebih suka berbincang dibandingkan dengan memerintah kalian. Aku lebih suka membebaskan kalian bahkan, dibandingkan dengan menyuguhkan segudang peraturan untuk menyamakan langkah kita. Aku sangat suka jika kita berbincang begitu dalam memasuki alam hidup kita masing-masing. Aku sungguh suka mendengar kisah hidup kalian, mendengar mimpi-mimpi kalian dan mendengar cerita betapa rindunya kalian pada kampung halaman.

Sungguh aku belajar banyak disini. Melihat, mendengarkan, dan menyaksikan tingkah kalian, sungguh adalah sebuah warna tersendiri dalam kanvas perjalanan hidupku. Kalian yang dominan koleris, kalian yang penuh argumentatif, kalian yang plegmatis, yang melankolis, kalian yang tanpa kusadari mulai aku cintai.

Maafkan atas begitu banyak contoh tidak baik yang aku lakukan
Maafkan atas begitu banyak kebiasaan buruk yang masih sering aku lakukan
Sungguh, kalianlah yang mengajariku banyak hal

Rabbi, tuntunlah langkah kami hingga jannahMu kelak.. 
aamiin

Sunday 25 November 2012

Malu

Bismillah..

Akhir-akhir ini banyak diingatkan tentang hal yang bisa jadi selama ini terlalaikan.
Hari jum'at yang lalu, menemani teman-teman asrama hadir di pembinaan terpusat. Materi manajemen waktu dari Ka Aji. Ya Rabbi, rasanya ingin nangis banget waktu itu..

Merasa betapa dzalimnya asri selama ini terhadap waktu-waktu yang dimiliki. Merasa begitu sombongnya diri ini atas rutinitas dan aktivitas yang dijalani, padahal sungguh ia tak seberapa. Merasa betapa ada banyak hak-hak yang terabaikan akibat buruknya menejemen waktu yang saya miliki.
Ya Rabbi, berapa banyak lagi waktu yang kumiliki di dunia ini...
--
Beberapa menit yang lalu, baru saja membaca blog seorang senior di kampus. Beliau menceritakan tentang 'prosesnya' dan segala hikmah dan pelajaran yang beliau dapatkan. Ya Rabbi, rasanya diri ini begitu kotor..

Candaan, interaksi.. ah, rasanya diri ini begitu jauh dari kesucian.
Aku yang sejak kuliah memiliki perubahan karakter, seringkali berinteraksi dengan banyak orang dengan lebih ekspresif. Aku memang tak membedakan perlakuanku pada siapapun. Begitulah adanya. Pada laki-laki maupun perempuan. Interaksiku mungkin memang menjadi lebih cair dibandingkan dulu saat SMA. Bagiku laki-laki yang 'mereka' sebut 'cowo', ya sama saja dengan yang 'mereka' panggil 'ikhwan'. Maka,  perlakuanku pun pada mereka sama saja.

Tapi kini, aku tersadar bahwa aku wanita. Aku tetaplah makhluk yang lemah terhadap perasaan -sejujurnya. Dan makhluk itu tetaplah lelaki, yang lemah terhadap reaksi. Maka sungguh, aku merasa begitu kerdil. Ah, entah sulit sekali menjelaskannya disini.

Yang pasti, rasanya harus ada yang berubah dari sikapku. Harus banyak yang kukendalikan. Aku harus lebih dewasa menempatkan diri dan sifat naluriahku. Tak bolehlah diri ini terlalu terbuka, karena bagaimanapun kita tak pernah tahu melalui celah mana setan akan menggoda.

Rabb, sungguh ini begitu kasat mata.
Tak sadar aku, hingga akhirnya aku menyadari bahkan dimata manusiapun, mungkin diri ini teramat rendah.

Ya Rabbi, aku tahu diriku, dan Engkau tentu lebih mengenalku
Ampuni segala khilaf ini dan bantulah aku untuk senantiasa menjaga diri..
Kuatkan diri ini, saat tak ada seorangpun yang mampu menguatkanku..
Marahi aku ya Rabb, saat aku begitu bebal menilai kedzaliman diri..
Sayangi aku, karena tak ada lagi yang kuharapkan kasih dan cintanya, selain dariMu..

Ya Rabbi, aku sadar betul betapa kecilnya diri ini
Tapi ya Rabb, bantu aku untuk bisa melayakkan diri di hadapanMu, agar diri ini tak menjadi benalu..


Monday 19 November 2012

UGD #3

Disinilah Ya Rabb, akhirnya aku menyadari bahwa waktu telah menggiringku begitu jauh. Jauh meninggalkan masa kecilku, beranjak menuju kedewasaan. Mau tak mau. 

Seringkali aku membohongi usia, dan melupakan angka.
Aku tak mau cepat tua, aku masih mau begini. Aku masih ingin kecil dan diayomi. Aku masih ingin dilihat dan diperhatikan. Aku masih ingin bisa melakukan sesuatu yang memang ingin aku lakukan, saja.

Tapi dunia berkata lain. 
Semuanya menggiringku meninggalkan masa-masa itu dan membuka pintu-pintu baru untukku. Mungkin Allah sedang mempersiapkanku untuk menjadi sesuatu. Apa itu, aku tidak tahu. Tapi aku disentil untuk mengutip perkataan WS. Rendra dalam puisinya, 
"Kenapa kita tidak pernah bertanya, 'Mengapa amanah itu diberikan kepada kita?'"

Itulah mengapa aku yakin, dengan ini semua sesungguhnya Allah sedang mempersiapkanku untuk menjadi sesuatu. 

Bersyukur, di akhir semester kemarin aku memutuskan untuk menyetujui mengambil amanah sebagai pembina asrama. Awalnya aku menolak. Aku tahu siapa diriku. Aku tahu bagaimana aku. Dan aku tahu sebobrok apa diri ini. Tak pantas dan belum siap rasanya, jika aku menjadi pembina asrama. Tapi akhirnya kuputuskan untuk kuambil, dengan niat ingin melanjutkan pembinaan di salman. Agak was-was dan kurang yakin dengan diri sendiri sebetulnya, tapi yasudah, coba kulajani saja dulu.

Bulan-bulan pertama ini cukup menyiksa sebetulnya. Berkolaborasi dengan orang-orang yang dominan koleris dalam satu rumah, yang judulnya aku membina mereka. Kuakui ini adalah masa-masa terberat selama aku menjalani kehidupan asrama sejak tahun pertama di ITB. Tapi kejadian ini cukup membuatku tersadar. Bahwa akan ada banyak yang kudapatkan disini. Softskill yang mungkin tak akan bisa didapat jika aku tidak menjadi pembina asrama. Bayangkan saja, mengelola 19 anak yang padahal aku sendiri masih harus dibenahi. Sering sekali aku merasa bodoh dan tak pantas, saat lagi-lagi aku kesiangan terutama. Ya Rabbi, itu tantangan terberat bagiku.. 

Tapi aku yakin, balasan dari Allah akan selalu sebanding dengan nilai lelah kita.
Saat aku merasa begitu berat, kembali aku meyakini bahwa akan ada banyak yang bisa kudapatkan. Tidak mudah memang, karena itu PR hati juga. 

Tapi sekali lagi, akan aku awali semua ini dengan mencintai mereka terlebih dahulu sebelum aku mengenalnya. Setelah masa-masa UGD ini, aku semakin bersyukur ada di asrama dan aku mulai mencintai dan mengenal mereka satu persatu. 

Ya Rabb, lapangkanlah dada ini untuk bisa menerima segala yang kau berikan dalam hidupku
Ya Rabb, bersihkanlah hati ini dari segala penyakit hati yang bisa membatasi cinta ini pada mereka

Ya Rabb, aku yakin rencanaMu indah, maka sampaikanlah aku dengan selamat menuju ketetapan itu




UGD #2

Selesai menelepon orangtuanya, aku kembali menyelesaikan urusan administrasi. Arista harus dirawat inap, dan harus ada pembayaran uang muka dan pemilihan kelas untuk rawat inap tersebut. Memilih kamar, membayar uang muka, Ya Rabbi ini sungguh untuk pertama kali..

Seluruh ruang inap masih penuh, maka ia masih ditempatkan di UGD untuk menunggu kamar kosong. Aku harus kuliah, maka kami bergiliran menunggunya di UGD. Kami mengatur jadwal anak asrama untuk bergantian berjaga di rumah sakit. Jam 10.30 kuliahku yang pertama selesai. Aku pulang ke asrama, untuk mandi dan bersih-bersih. Sebelumnya aku masih dengan setelan shalat subuh. Ya, aku kuliah dengan setelan itu. Haha. Baju tidur yang dirangkap dengan jaket dan menggunakan kerudung bergo. Satu lagi, aku menggunakan sendal jepit. Haha, untunglah saat pergi mengantarkan ke UGD aku sudah membawa tas kuliahku.

Ba'da dzuhur aku kembali ke rumah sakit untuk bergantian menjaga. Aku merasa aku harus yang paling sering standby disana, agar aku selalu mendapat informasi terbaru. Bekal untuk menjelaskan pada kedua orangtuanya. Sekitar pukul 3 ada kamar kosong, maka Arista bisa dipindah dari UGD kesana. Dan mulailah masa-masa menunggu di rumahsakit. Orangtua arista baru pergi sore dari Kendal dan baru akan sampai besok subuhnya. Maka aku merasa harus standby untuk bisa menyambut keluarganya. Persiapan menginap sudah disiapkan, laptop, jaket dan makanan. Haha. Hanya aku lupa membawa sabun-sabunku.

Semalaman, bergantian dengan Afifah dan Astin. Ditemani beberapa orang dari asrama putera, karena yang bisa masuk ruangan hanya 1 orang maka yang lain menunggu di lobby. Berusaha mengerjakan tugas tapi ternyata konsentrasi susah dikumpulkan. Akhirnya sebagian besar mengobrol dengan Astin, mengobrolkan apapun tentang asrama sampai topik galau. Haha

Aku pikir, kami bisa bergantian tidur. Tapi ternyata tidurpun tetap tak enak rasanya, karena sambil duduk. Pagi menjelang, orangtua Aristapun datang. Mempersilahkan beliau untuk menemuinya, sedikit membuka percakapan dan menawarkan istirahat di Asrama. Tapi aku paham, mana mungkin mereka tega meninggalkan anaknya yang sekitar 5 jam lagi akan menjalani operasi.

Operasi selesai. Arista masih harus dirawat. Kami seasrama masih bergilran datang kesana, meski sudah ada keluarganya. Mengantar ibunya yang harus membersihkan pakaian-pakaian mereka. Menengok lagi ke rumah sakit. Mengantarkan barang-barang yang dibutuhkan disana. Begitu kuranglebih hingga hari ke-5. Arista dirawat 5 hari di Boromeus dan pada hari minggu diperbolehkan pulang dan langsung dibawa ke Semarang oleh orangtuanya. 

Sore hari kami satu asrama salman -Asrama Putera&Puteri datang ke Borromeus, untuk menengok terakhir kali dan mengantarkannya pulang. Tahukah, saat itu lobby Borromeus lantai 1 tiba-tiba dipenuhi oleh anak-anak yang beberapa dari mereka bisa dikenali sebagai Anak Asrama Salman karena jaket yang dipakainya. Mirip seperti demo. Hehe. Konon, kejadian ini sangat membuat haru keduaorangtuanya. Orangtuanya terharu sekali karena banyak sekali yang datang dan betapa teman-teman anaknya begitu baik dan perhatian kepada anaknya.

Rabbi, inilah kali pertamaku dan sungguh aku mendapat banyak pelajaran dan pendewasaan.

UGD #1


7 November 2012, hari yang cukup padat, chaeos, tapi produktif dan penuh pembelajaran.
Ba’da shubuh tadi tiba-tiba Arista, adik asramaku, sakit perut sampe nangis-nangis. Terlihat sekali sakitnya itu begitu menyiksanya. Hebohlah pokonya. Dikompres, dikasih makanan, dikasih obat, tapi nampakya tak membantu. Setelah konsultasi dengan isteri seorang pengurus YPM yang dokter, akhirnya kita memutuskan untuk membawanya ke UGD Boromeus. Tapi ia begitu sulit dilobby. Ditambah lagi tempat tidurnya yang terletak di tingkat 2 membuatnya untuk sekedar diajak turun ke bawahpun sulit. Akhirnya setelah dengan perjuangan yang keras arista berhasil diangkat turun dari tempat tidurnya, dirapihkan pakaiannya dan dibawa ke UGD Boromeus. Aku, bersama 2 adik asrama yang lain mengantar Arista ke UGD dengan ambulance salman yang dikemudikan oleh salah satu adik asrama putera.

Jujur, saat itu aku panik luar biasa. Saat itu, Tami, partner pembina di Asrama sedang ada kuliah di Jakarta. Aku pembina seorang diri, yah sebutlah yang paling dituakan. Semua orang saat itu panik, berusaha saling menawarkan solusi, namun terkadang memperumit situasi. Semuanya panik dan aku merasa yang paling ertanggungjawab saat itu. Jujur aku tak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku telpon Bu Yani. Aku hubungi anak asrama putera. Aku coba membagi tugas anak-anak asrama. Mengangkat Arista, mencarikannya baju, menelpon Bayu untuk standbykan ambulance, dan mengangkat Arista dari lantai 4 Arama Puteri Salman menuju basement salman. Panik, aku tahu ekspresi wajahku tak pernah mampu menutupi isi hati dan pikiranku. Aku tahu, adik-adik asrama melihat aku yang begitu gelagapan. Ah yasudah, yang terpenting Arista dibawa ke rumah sakit.

Masuk UGD, menunggu di UGD, mengurus administrasi, menghubungi banyak orang dan yang paling berat adalah saat harus menghubungi orangtua Arista di Semarang. Oh Rabb, aku tak bisa membayangkan bagaimana perasaan orangtuanya mengetahui anaknya masuk UGD di kota nun jauh disana. Awalnya berpikir untuk tidak perlu menghubungi orangtuanya dulu, jika memang ini bisa kita atasi sendiri. Khawatir malah jadi menghebohkan. Tapi ternyata sakitnya serius. Usus buntu dan harus dioperasi sesegera mungkin. 

Berhubungan dengan orangtua orang lain adalah hal yang paling aku takutkan. Aku khawatir dengan sikapku yang mungkin tak sopan, aku khawatir dengan ucapanku yang mungkin tak berkenan, atau apapunlah. Aku selalu khawatir. Dan dalam situasi ini, aku harus mengabarkan pada orangtuanya yang jauh bahwa anaknya yang berada di asrama salman sakit dan harus dioperasi cepat. Aku harus bisa menyampaikan dengan baik dan meyakinkan pada kedua orangtuanya untuk tetap tenang dan mempercayakan semuanya pada kami..
...

Ya Rabb, ini baru bagiku..
Bimbing aku untuk bisa menyelesaikannya..

Sunday 28 October 2012

Hijabku, Style Fashionku

Akhirnya Allah mengizinkanku berada di suatu tempat dimana Islam begitu minoritas.
Ya, ini adalah cita-citaku sejak lama. Berada di tempat yang jauh, tak mendengar suara adzan, sulit untuk melaksanakan shalat, sulit mencari makanan halal, dan tidak melihat jilbab.

Indonesia sebagai negara dengan ummat Muslim terbesar di dunia, rupanya telah melenakan muslim didalamnya untuk mensyukuri nikmatnya iman. Mesjid bertebaran dimana-mana, bahkan hanya jarak puluhan meter. Suara adzan selalu menggema di setiap waktu shalat. Makanan halal lebih sering dijumpai dibandingkan dengan yang tak halal. Dan jilbab, seringkali merasa aneh jika melihat seorang ibu yang masih belum berjilbab. Sangking banyaknya perempuan-perempuan berjilbab disini.

Di Korea, semuanya berkebalikan. Jejak pertama lokasi masjid, restoran halal, dan wanita-wanita berjilbab baru kutemukan pada hari ke-5 aku di Korea, yaitu di Itaewon, wilayah yang memang ditempati oleh banyak pendatang dari berbagai negara. Sebelumnya, tidak ada. Setiap kali aku berjalan, dimanapun itu -di kampus, bis, subway (MRT), restaurant, di jalan, di museum, aku merasa dipandang aneh oleh orang-orang disana. Mungkin mereka bingung, style fashion jenis apa itu? Maklum, orang-orang korea rupanya begitu peduli pada penampilan mereka dan masih sangat jarang menemukan orang dengan pakaian nyaris sempurna menutup badannya.

Di satu sisi, mereka yang mengerti, seringkali memperlakukan kami -aku dan temanku dengan lebih spesial. Suatu hari, saat jamuan makan malam, pelayan yang sedang menuangkan arak yang biasa disajikan sebagai minuman penutup dalam hidangan makanan korea, menanyakan terlebih dahulu pada kami, maukah? *tentu dengan bahasa isyarat, karena dia kesulitan berbahasa inggris.  Di saat yang sama, saat kami mengambil makanan prasmanan, seorang pelayan dengan ramah menjelaskan mana saja manakan yang berbahan dasar daging babi pada kami. Kejadian seperti itu berlangsung lebih dari sekali, saat kami akan makan. Di hari yang lain, saat berkunjung ke Folk Museum, tiba-tiba ada seorang anak laki-laki yang tiba-tiba membungkukkan badannya dengan kedua tangannya ditempelkan vertikal di depan dadanya, dan mengucapkan "Salam!". Haha, lucu sekali bocah itu.

Hmm.. Rasanya, ada sebuah kebanggan dan ketenangan tersendiri saat kita dikenali tanpa perlu memperkenalkan diri. Rasanya senang sekali ketika oranglain bisa menghormati kita dengan identitas yang telah melekat secara otomatis dalam diri kita.

Terbuktilah sudah sebuah ayat cinta dari-Nya. Hijab ini, memang identitasku sebagai seorang muslimah, agar aku lebih dikenal dan mudah untuk dibedakan diantara yang lain. Hijabku, memang pakaian, yang telah Allah desain untuk melindungiku sebagai seorang muslimah. Hijabku, memang bukti cinta Allah atas hambanya dengan penjagaan langsung dari-Nya.

"Wahai Nabi! Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orng mukmin, 'Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka', yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. Al-Ahzab : 59)

Ya Rabbi, terimakasih atas kesempatan yang Engkau berikan padaku untuk melihaht sisi lain dari bumi-Mu. Kini aku semakin mencintai-Mu dan Jilbabku. :)





Tuesday 16 October 2012

Go Abroad #3

H-14 menuju korea..
serius nih sendirian?? Ya, aku sudah membekali diri dengan informasi yang bisa kudapatkan. Tapi rasanya tegang sekali, membayangkan kalau aku akan seorang diri di perjalanan udara yang cukup lama.. hoah! menegangkan sangat!!

H-13 tida-tiba mendapat kabar, bahwa ada seniorku angkatan 2007 yang akan ikut ke korea juga dan ia akan menemaniku naik Airasia! huaaaa, Alhamdulillah... Ada temeeen...
Beryukur banget akhirnya ada temen di pesawat. Ah, setidaknya aku agak tenang. Terimakasih ya Rabb...  dan di H-7 aku mendapat kabar bahwa ada 1 orang lagi yang akan pergi bersama kami. Dan dia sudah biasa traveling ke luar negeri. Aaah, semakin tenang rasanya.. Alhamdulillah ya Rabb..

Aku pikir, keteganganku akan berhenti pada titik tadi. Tapi ternyata salah. H-4, aku baru manyadari bahwa ongkosku untuk di Korea kurang. Baru ada 2 juta dan itupun sebagian terpakai untuk persiapan berangkat. Ah, panik lagi. Cari-cari dana.. hubungin sana, hubungin sisni.. Dan kembali bertawakal. Dan  tiba-tiba saja banyak pihak yang memberiku bekal. Kakek dari bapak, Nenek dari Ibu, Teteh mentorku, dan ibu wali asramaku.. Ah, Ya Rabb... Terimakasih... Pertolongan itu datang lagi.. dari celah-celah yang tak terduga.. Dan Akhirnya, semuanya bisa aku atur. H-2, aku tukarkan uangku kedalam won. Jumlahnya jadi sekitar 340.000 won. Entah itu cukup tau tidak. Sebetulnya itu jumlah yang sangat pas menurut informasi dari banyak orang tentang biaya hidup di korea selama sekitar 8 hari.

Tanggal 3 Oktober. Akhirnya, untuk pertama kalinya aku pergi meninggalkan tanah air terncinta. Pergi ke sebuah negeri yang berada di utara indonesia. Cukup jauh, perjalanannya membuthkan waktu sekitar 7-8 jam.

Tanggal 4 Oktober, inilah twit pertamaku saat menginjakkan kaki di negara boys and girl band itu,
"Seoul Yo!!!"





Seandainya mimpi itu tak pernah ada, mungkin kenyataan ini juga belum terjadi sekarang.
Sungguh, memang benar kata Imam Syahid Hasan Al- Banna.
Kenyataan Hari ini adalah mimpi Hari Kemarin. Dan Kenyataan esok adalah Mimpi Hari ini.

Dan aku tak akan pernah ragu untuk terus bermimpi. 
Dan berusaha untuk merajutnya dalam kenyataan hari-hariku.



Go Abroad #2

"Naisuuuu!!! Ayo2 kita beli tiket pesawat!"
Saat itu rombongan kami mengejar paket perjalanan garuda, namun syaratnya harus berdua. Ketika akan membeli tiket, aku tersadar bahwa pasporku belum selesai! Libur lebaran, membuat waktu pembuatannya menjadi lebih lama. Maka aku harus menunda pemesanan tiketku hingga paspor selesai.

Rencana meleset. Temanku yang tadi akan menjadi pasanganku membeli tiket, ternyata diminta olleh orangtuanya untuk segera membeli tiket karena khawatir harganya akan semakin mahal jika ditunda. Akhirnya ia membeli tiket. Dan aku kehilangan partner tiketku.

Ah, ini membingungkan sekali. Saat biaya telah tersedia, paspor selesai, aku malah dihadapkan dengan tiket pesawat yang masih belum jelas. Aku mengonsultasikan masalah ini pada Kaprodi ku yang juga ikut dalam perjalanan ini. Dan akhirnya, beliau bilang aku bisa membeli tiket bersama anaknya. Alhamdulillah, kalau begitu saya coba cek ke kantor garuda, apakah paket promosinya masih ada, karena kabarnya tinggal sedikit kursinya. Saat itu, saya harus ikut silaturahim keluarga dulu sebelum ke kantor maskapai tersebut. Siang hari, saya baru ke kantor untuk menanyakan. Alhamdulillah masih ada. Paket promosinya masih tersedia. Segera saya telpon dosen kaprodi untuk mengabarkan ini dan mendaftarkan namaku dan nama anaknya. Sayang seribu sayang, ternyata baru saja ia membelikan tiket untuk anaknya, karena beliau khawatir paketnya sudah habis, dan kabar saya terlalu siang.

Duh, Ya Rabb.. Ada apa ini.. Mengapa begitu sulit? Apakah ini pertanda bahwa aku harus menunda kepergianku? Saat itu aku hanya bisa pasrah, sambil terus mencari teman yang bisa diajak dan mencari tiket murah menuju korea dengan maskapai lain.

Waktu berlalu, dan tak ada lagi yang berminat pergi ke korea. Tahu kah? angka 75%itu akhirnya merosot tajam. Pada akhirnya yang berangkat ke Korea hanya 4 orang dari angkatanku. Dan aku yang tidak punya uang ini menjadi salat satunya!

Hufth.. Bismillah.. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi dengan maskapai lain yang lebih murah. It means, aku berpisah dengan rombongan, dan pergi sendiri menuju korea. Sesungguhnya, Ibu tidak mau aku mengambil keputusan ini. Tapi tak ada jalan lain, akhirnya beliaupun mengijinkan. Pasrah.. Sungguh pasrah.. Karena ini kali pertama aku ke luar negeri, bahkan ini kali pertama aku naik pesawat dan memasuki bandara..

Oh Rabb. Aku hanya bisa berdo'a semoga perjalananku ini lancar dan dimudakan...



Go Abroad #1

Rasanya waktu itu tak begitu sungguh-sungguh berucap,
"pokonya sebelum lulus S1 harus udah pernah ke luar negeri ah!"

Ya, itu hanya celotehan mimpi dari idealisme seorang anak manusia. Mimpi, karena faktanya kata-kata itu memang lebih realistis digolongkan ke dalam mimpi, bukan cita-cita. Bayangkan saja, aku siapa, punya uang dari mana? Jauh memang, tapi toh bermimpi bukanlah sebuah kesalahan.

3 Bulan yang lalu, tiba-tiba orang-orang disibukkan dengan pendaftaran tiket ke Korea. Ada sebuah Kongres Internasional ttg Tekstil, Kostum dan Budaya. Hampir 75 % dari teman-teman seangkatanku mendaftar. Menyetorkan nama lengkap dan nomor paspor mereka. Aku bertanya, berapa biaya kesana? 12 juta katanya minimal, dan itu dibayar masing-masing. Tanpa sponsor, tidak seperti teman-teman dari fakultas lain yang begitu gencar danus saat ada rencana studi banding ke luar negeri. Jujur, saat itu aku sakit hati. Sakit sekali, sampai mataku berkaca-kaca dan hampir meneteskannya. Jahat sekali, jika yang bisa belajar lebih hanyalah orang-orang berduit saja.

Suatu hari, seorang teman bertanya padaku perihal korea ini. Aku bilang, "Ga ikut, ga ada uang juga". Saat itu dia yang memutuskan untuk ikut membujukku. "Ayolah ikut aja, kita cari sponsor aja sendiri, aku juga ga ada uang, tapi sama beberapa yang lain, kita mau nyari sponsor. Hasri ikut aja.". Hmm.. Aku bingung, dilema sekali. Akhirnya aku pun meminta masukan pada orang-orang yang pernah kesana. Pada seniorku, pada wali asramaku, dan pada orang tuaku. Anehnya, semua bilang "Ikut aja!", termasuk orangtuaku. Ya, meski saat itu ibu bilang, "Ya sok aja, kalo ada uangnya mah.", dengan nada bercanda tanpa keyakinan.

Hmm, ikut ya. Kalau cari sponsor boleh deh! Akhirnya sejak saat itu aku meniatkan akan ikut ke korea. Entah bagaimana caranya.

Waktu berlalu, teman-temanku mulai terlupa dengan agenda korea ini. Kami mulai fokus pada tugas-tugas dan liburan. Karena saat itu menjelang libur semster sekaligus libur lebaran. Semua orang nyaris lupa. Tapi aku teringat, ke luar negeri butuh paspor dan itu pengerjaannya membutuhkan waktu. Maka aku memutuskan untuk membuat paspor, sebagai langkah awal ikhtiarku.

Proposal belum juga dibuat, padahal waktunya sudah tinggal 2 bulan lagi. Aku mulai khawatir, akhirnya aku mencoba untuk mencari sponsor sendiri dulu. Karena yang kutau, biasanya sponsor tidak bisa membiayai penuh, maka kita pasti teteap mengeluarkan uang pribadi. Sadar bahwa aku tak punya sedikitpun untuk itu, maka kupikir, penting mempersiapkan untukku dulu. Maka kucoba untuk mengajukannya ke kantor tempat aku magang saat ini.

Satu bulan berselang, namun kabar sponsor belum juga ada, pun dari kantor tempatku magang. Aku pasrah.  Akhirnya aku memutuskan untuk melakukan langkah terakhir, menemui ketua YPM Salman untuk menceritakan perihal ini. Saat itu beliau memintaku untuk menemui beberapa divisi di Salman. Dan di hari itu juga, akhirnya aku mendapatkan kepastian akan ada yang membantuku membiyai perjalanan ke korea ini!!! Dengan syarat tentunya. But finally, AKU BISA PERGI!!!

Saat itu juga aku kabari temanku, "Dil, insyaallah asri ikut ke korea!!! :)"


Friday 12 October 2012

Could It Be Love? #3


Lalu, perasaan seperti apakah ini? 

Pada virus itu, dan pada makhluk baru ini. 
Could it be love? I don’t think so. It’s too fast to say that. Bisa jadi ini hanya reaksi kimia sesaat yang terjadi secara naluriah antara 2 makhluk dengan gendre yang berbeda. Perasaan wajar yang timbul karena insting fitrah makhluk hidup. Terlalu dini menyimpulkan ini perasaan cinta hanya karena perasaan itu saja. Virus itu mungkin memang sudah bersarang cukup lama. Tidak sehat memang, meski tak pernah terjadi aksi apapun atas perasaan ini. Pada makhluk baru ini? Hmm, apa ya mungkin ini hanya karena intensitas saja. Aku selalu takut menyimpulkan perasaan seperti ini sebetulnya. Terlalu kompleks dan membingungkan menurutku. Satu lagi, cukup mengganggu.


Cinta tumbuh saat ada begitu banyak hal baik dan buruk terjadi. Cinta tumbuh saat sepasang atau sekelompok orang memiliki cita-cita bersama dan mencoba mewujudkannya bersama. Melalui banyak rintangan, cobaan juga kebahagiaan. Sebuah proses yang membawa orang-orang yang terlibat di dalamnya mengalami banyak pengalaman, melakukan banyak perubahan, dan menemukan banyak kecocokan dan kenyamanan. Semuanya bersama, dan ketika itu terjadi mungkin itu bisa disebut cinta. Karena semuanya telah teruji. Tapi ini masih mungkin, terlebih ini hanya asumsi seorang anak manusia yang tak mengerti apapun tentang cinta. Haha.. 

Hanya yang kutahu, cinta adalah proses penumbuhkan, merawat, menjaga, dan mengembangkan. Harus ada proses move on antara orang-orang yang terlibat didalamnya. That’s why, there is no relationship without married in Islam. Because love could be grow with the official relationship after we got married, it could be happened if everything have been Halal, karena akhirnya Allahlah yang menumbuhkan perasaan itu. Bukan hanya sekedar menumbuhkan, namun menjadikannya berpahala dan menyempurnakan ibadah-ibadah yang lainnya. Dengan izin Allah. J

Could It Be Love? #2

...
5 taun berlalu, rupanya ia masih bersarang. 
Entah karena perasaan absurd tadi, ataukah memang tidak ada objek yang lain. Haha.. 
Untuk opsi kedua ini rasanya perlu diantisipasi juga. Dan itu sebenarnya yang ingin kuceritakan disini.

Beberapa minggu terakhir ini rasanya ada sesuatu yang mampir. Aku tak bisa menyebutnya virus, hanya saja ini cukup mengganggu. Sebuah makhluk baru yang kutemukan di kampus ini. Bukan di tempatku yang dulu. Secara personal dia ternyata memiliki banyak kemiripan dengan virus itu. Permukaan luarnya ternyata berbeda dengan isinya. Membuatnya menjadi sosok yang cukup misterius untukku. Seperti biasa, rasa penasaran selalu berhasil membuat adrenalinku tertantang dan menjadi lebih dinamis. Haha.. Dan dalam setahun belakangan ini takdir membuat kami menjadi lebih sering berkordinasi, sedikit banyak aku mulai mengetahui banyak sisi tak nampak darinya yang tidak diketahui oranglain (mungkin). Tanpa kusadari, akhir-akhir ini aku menjadi lebih sering menceritakannya. Pada siapapun, adikku, ibu atau teman-teman. Dan ini hampir mirip dengan gejala munculnya virus itu, hanya saja kali ini aku lebih cepat menyadarinya, kurang lebih 1 bulan mungkin, tidak satu tahun. 

Beberapa waktu lalu, keadaan memaksa kami berada dalam posisi yang cukup dekat secara fisik dalam rentang waktu yang cukup lama. Ah, mengapa itu begitu menyiksa? Dadaku cukup sesak saat itu. Seperti tidak tahu harus berbuat apa. Aneh sekali rasanya, harusnya sih ya biasa saja. Aku tahu ia ada di belakangku. Sekali lagi, ini terpaksa. Dan situasi menjadi semakin parah, aku tahu jarak kami menjadi semakin dekat. Dekat sekali mungkin. Bahkan jika saja aku membalikkan badan, mungkin aku hanya bisa melihat kaos dan jaketnya saja yang tepat ada di depan mataku. Aaaargh, gila! Ini gila. Jika kau tahu, tanganku gemetaran saat itu. Haha, norak kali.. Tapi jujur, dalam kondisi itu, justru aku ingin dia tetap disana. You know what? It’s too crowded. Aku sendiri khawatir terjadi sesuatu yang tak diinginkan. Copet, pelecehan, atau apalah. Setidaknya kehadiranya disana, membuatku sedikit ada teman, emh.. atau mungkin merasa sedikit aman. Ah, sial! Oke, kali itu memang aku merasa dijaga dan dilindungi. Tapi mengapa harus dia lagi??? Percayalah, aku yang terlebih dulu masuk, dan yang lain menyusul. Saat itu ada 5 orang yang lain. Mengapa formasinya mesti terpisah menjadi 4-2? Aku pun tak tahu mengapa dia ada di belakangku. Berdua itu terlalu menyiksa untuk makhluk yang tak halal. Terlalu banyak pikiran yang tak perlu menjadi muncul. Terlalu banyak perasaan tak penting yang jadi timbul. Dan aku semakin paham mengapa Tuhanku memberikan banyak aturan untuk makhluk-makhluk yang tak halal ini. Ah, betapa Ia begitu menjaga makhluknya. Dan betapa Ia membuat sistem alam dengan begitu sinergis.

Waktu menyelamatkanku. Akhirnya Aku bisa keluar dari situasi yang tak bersahabat itu. Situasi yang tak bersahabat dengan hatiku lebih tepatnya. Keluar, namun efeknya masih terasa hingga kini. Ya Allah, ini kali pertama aku dihadapkan pada situasi seperti itu. Menyiksa. Sungguh menyiksa. Tiba-tiba kemampuan otak kanan ini mengembara jauh. Aah, sudah hentikan. Semoga kekacauan ini hanya terjadi padaku saja. Semoga dia baik-baik saja. Semoga dia tak bisa menangkap sinyal aneh dariku. Semoga dia tetap bisa menjaga segala hal  baik yang ada padanya. 

So?

...

Could it be love? #1


Kali ini temanya galau.. Haha, sekali-kali tak apa lah yaa..

For the truth, sudah 5 tahun ini ada sebuah makhluk yang menjadi virus bagi program di otak dan hati ini. Hehe.. Emh, kenyataan ini sebetulnya baru disadari 4 tahun yang lalu. Saat semuanya telah lenyap dan menghilang. Entah ini virus apa sebetulnya, aku sendiri kurang begitu paham. Yang pasti ada sebuah perasaan nano-nano yang muncul; penyesalan, penasaran, kecewa, bahagia, terharu, dan mungkin rindu. Haha, geli ya. Untuk orang melankolis sepertiku perasaan ini cukup menyiksa, karena hobi orang melankolis adalah mendramatisir. Dan mungkin yang membuatnya menjadi lebih menyiksa adalah karena aku tahu aturannya. Aku tahu dan sadar akan aturan yang dibuat oleh Tuhanku tentang ini. No excuse untuk interaksi berlebihan seperti apapun antar dua makhluk yang berbeda ini. Maka aku harus tahu diri dan membatasi diri. Menjaga hati meski jujur, angan-anganku mungkin sudah terbang kesana-kemari.
Jarak dan waktu rupanya tak cukup untuk bisa mengubur perasaan nano-nano ini. Terkadang, ia justru menjadi pupuknya. Saat rasa penasaran mulai muncul, pertanyaan-pertanyan tidak pentingpun menjadi pupuk yang manjur  untuk membuahkan rasa rindu. Yang kutahu, perasaan ini biasanya terlupakan saat aktivitasku mulai memuncak.

Tanpa terasa, 5 tahun berlalu. Aku bertumbuh dan mulai mengenal dunia yang sebelumnya tak pernah terbayangkan. Dan seorang makhluk itu pun tumbuh menjadi sosok yang luar biasa. Ya, dia luar biasa sekali sekarang. Jika dibandingkan denganku, mungkin sebanding dengan jarak millimeter antara kampusku dengan kampusnya. Jauh sekali. Tapi sialnya, virus itu belum juga hilang. Entah, ini rasanya seperti ketika aku menunggu untuk kuliah 4 tahun yang lalu. Saat aku tidak lulus SNMPTN, dan memutuskan untuk menunggu dan mencoba lagi di tahun berikutnya. Ada perasaan khawatir dan was-was akan cita-citaku yang begitu neko-neko ingin berkuliah di ITB, di Fakultas yang menurut kebanyakan orang belum jelas prospek kerjanya, yang menurut orang menakutkan lingkungannya, dan mahal kuliahnya. Ada perasaan takut yang luar biasa besar, takut tidak diterima, takut bukan rejekinya dan takut jika rejekiku di tempat yang lain. Disatu sisi, ada sebuah kerinduan dan harapan. Setiap melewati ganeca, ada sebuah keyakinan yang muncul dari palung hati yang paling dasar, kayanya sih bisa, kayanya keterima deh, kayanya bakal kuliah di ITB deh. Ada sebuah janji yang entah ditawarkan oleh siapa. Janji tentang impian dan cita-cita. Janji akan harapan masa depan. Yah, perasaan-perasaan absurd semacam itulah. Bedanya, keyakinan yang pertama telah terbukti. ITB memang menjadi tempatku sekarang. Tapi keyakinan yang satu lagi, entah endingnya seperti apa. Membingungkan dan mengganggu.


5 taun berlalu, rupanya ia masih bersarang. Entah karena perasan absurd tadi, ataukan memang tidak ada objek yang lain. Haha...

Wednesday 26 September 2012

Ya Rabb, sungguh aku ingin mencintainya karena-Mu




Sakit sekali. Entah ini untuk kali keberapa. Mengapa aku selalu tidak nyaman dengan caranya?
Ya Rabb, aku benci menjadi seperti ini. Diam-diam ada rasa dendam yang muncul saat aku merasa dikecewakan, ‘dipaksa’, atau diperintah. Perasaan itu halus sekali, dan tiba-tiba saja dia telah menyebabkan penyakit hati yang parah untuk segumpal darah ini.

Ya Rabb, aku benci jika harus memperlihatkan wajah masamku. Aku benci jika harus melipat wajahku, saat sikapnya begitu menggangguku. Ya Rabb.. aku benci menjadi seperti ini..

Rabbi.. sungguh aku ingin mencintainya.. mencintainya dengan segala kelebihan dan kekurangannya.. mencintainya dan memaafkan segala yang tak berkenan atasnya.. Ya Rabb, berikan aku kelapangan hati 

Ya Rabb..
Aku tahu 3 bulan belakangan ini aku cukup tersiksa oleh sikapnya, tapi akupun sadar pasti diapun sama tersiksanya atas sikap-sikapku terhadapnya. Ya Rabb, aku tahu begitu banyak sifatnya yang berkebalikan denganku yang begitu mengganggu diri ini. Pun aku menyadari bahwa akupun tak jauh berbeda atas segala kekurangan dan kelalaianku.

Rabbi… aku sudah ceritakan segalanya sore tadi. Selepas maghrib hingga isya.. Sudah kuungkapkan, mungkin belum semuanya, tapi itu cukup membantu…
Hati ini belum stabil memang. Bahkan untuk menulispun, sulit rasanya..

Ampuni aku ya Rabb..

Sunday 9 September 2012

Hari yang indah

Hari yang indah
Abis silaturahim asrama 2011-2012 di tanjung sari, rumah keluarga salah seorang diantara kami.
Pergi menyusul naik motor dengan 4 motor ikhwan lainnya. Ditinggalin di belakang, kelilipan, lewat track luar kota, seru lah.. memorable :) Dua jam loh perjalannya dari kampus, padahal naik motor.

Hari yang indah
Berkumpul lagi bersama 'de geng' di tahun lalu. Ga lengkap memang, tapi sangat berkesan. Makan bareng, sharing yang agak geje sebetulnya, dan agenda terpenting yang selalu bikin kita terlambat menutup acara, FOTO. haha.. Tapi oke sih pemandangannya, sawah. Seru lah..

Hari yang indah
Saat semakin menyadari dan mensyukuri nikmat dan indahnya perpisahan.
Saat raga tak lagi sedekat dulu. Saat sapaan tak lagi sesering dulu.
Entah, hari ini aku semakin menyadari bahwa aku menyayangi mereka. Perasaan ini agak blunder sebetulnya, gak jelas. Tapi saat berkumpul lagi bersama mereka setelah sekian lama tak bertemu, bahagiaaaa sekali rasanya. Ah, kangen!

Perpisahan, seringkali aku menghindarinya, karena aku tak suka.
Tapi kini, aku menyadari bahwa banyak hal yang justru muncul setelah perpisahan.
Maka mulai saat ini, aku akan belajar untuk selalu menyambut perpisahan dengan persiapan akan begitu banyak hikmah dan pelajaran yang Allah berikan.

Bismillah :D





Sunday 2 September 2012

Bad Mood

Asri g suka diperlakukan seperti itu. Asri ga suka caranya seperti itu.

Mungkin aku yang terlalu banyak ingin dipahami dan dimengerti, dan orang lain berbuat sesuai dengan yang kuharapkan. Satu tahun tinggal dalam sebuah rumah yang sama, ternyata belum cukup bagiku untuk berlapang dada atas sikap temanku. Mungkin hati ini yang terlalu keras.
Entah mengapa, aku selalu terganggu dengan caranya mengingatkanku. Entah mengapa aku selalu terganggu dengan caranya membangunkanku. Entah mengapa aku sering terganggu dengan caranya mengajakku. Mungkin karena aku merasa, bahwa aku selalu dipandang sebelah mata olehnya. Mungkin karena aku merasa, ia melihatku sebagai seorang yang belum benar dan banyak salah. Aku tahu, itu berarti egoku semakin bertambah. 

Tapi aku tak suka jika aku selalu disalahkan. 

Despite all, Aku tahu maksudnya baik. Aku sadar, teramat sadar bahkan, bahwa yang ia inginkan baik bagiku. Aku tahu itu. Hanya saja aku sangat terganggu dengan caranya. Imbasnya adalah ekspresiku berubah menjadi sangat dingin dan raut wajahku akan sangat tak bersahabat. Terlebih padanya. Bahkan untuk menyapa pun malas rasanya. Mending ga usah deh, daripada ntar ribut.  Dan bayangkan saja, jika itu terjadi di setiap pagiku, maka aku akan mengawali hariku dengan mood yang sangat buruk. Dan sore ini itu terjadi. Dan sampai sekarang moodku masih belum membaik. Tugas kuliah pun kusingkirkan sejenak. 


Ya Rabb, aku tahu ini tidak baik. Bantu aku menata hati ini..
Dia saudaraku, saudara terdekat bahkan. Aku sangat tahu maksudnya begitu baik. Ia hanya bermasalah dalam caranya saja. Sungguh aku tak membencinya. Aku hanya tak menyukai caranya. Terlalu mengganggu bagiku. Bantu aku menata hati dan berlapang dada atas sikapnya, Ya Rabb. Aku tidak mau, jika setiap pagi harus memberikan raut wajah yang tak manis untuknya. Aku hanya tidak ingin selalu berekspresi buruk saat ia mengingatkanku. Seperti yang telah kuceritakan, sekarang aku sulit untuk bisa menyembunyikan isi hati dan perasaanku. 

Jaga ukhuwah ini ya Rabb..

Friday 31 August 2012

Merindukan Diriku yang Dulu


Seringkali muncul kekhawatiran tentang citra diri di hadapan orang lain. Banyak pertanyaan muncul tentang apa yang ada dalam pikiran orang-orang tentang diri ini. Citra yang positif kah? Ataukah citra yang negatif.

Entah mengapa diri ini begitu khawatir terdap penilaian orang lain. Khawatir orang lain memiliki pandangan yang buruk terhadap trackrecordku, sikapku, kebiasaanku, emosiku, ekspresiku, tentang apapun yang muncul dan timbul dari diri ini. Mungkin aku terlalu melankolis dan berlebihan. Seperti biasa.

Sebetulnya kekhawatiran ini muncul sejak dulu, aku selalu peduli dan penasaran tentang apa yang orang lain pikirkan atas diriku. Aku selalu khawatir jika ada orang yang membeciku. Ya, selalu seperti itu. Tapi kali ini, kekhawatiran itu muncul karena banyak perubahan yang terjadi pada diri ini. Banyak yang berubah dari sikap, kebiasaan, dan pola pikirku.

Sekarang, aku tak lagi semengalah dulu, yang akan oke saja atas apapun yang orang lain putuskan. Sekarang aku tak sepenakut dulu, saat ada orang yang begitu dominan dan otoriter. Sekarang aku tak selembut dulu, yang begitu mudah menangis atas kejadian yang menyentuh hatiku.
Sekarang, aku bisa berontak dan menolak saat berada pada situasi yang memaksaku dan aku tak suka. Sekarang aku bisa menunjukkan  ketidak-sukaanku akan suatu hal, baik itu lewat sikap, raut wajah, perkataan, atau apapun. Sekarang aku lebih sering mengutarakan apa yang aku rasakan, baik maupun buruk. Sekarang aku lebih sering berpikir negative dan kemungkinan buruk, jika memang secara logika hal tersebut negative dan buruk.

Atas semua itu, tentu banyak yang berubah dari sikapku dan aku khawatir orang lain tak menyukainya. Aku takut jika diri ini begitu menyebalkan. Aku taku jika sikapku ini begittu mengganggu. Aku takut orang lain tak menginginkan keberadaanku. Aku takut. Takut sekali.

Terkadang, rindu aku yang dulu. Yang selalu menerima perlakuan dan kondisi lingkungan sekitarku meski itu terlalu pasrah dan tidak kritis. Tapi setidaknya hatiku tenang. Terkadang, rindu aku yang dulu. Yang selalu berpikir positif, husnudzon pada setiap keadaan dan perlakuan orang lain meski tak jarang aku yang dibohongi oleh keadaan itu. Tapi setidaknya hatiku bersih. Aku rindu saat begitu mudahnya aku menangis, saat situasi berlebihan apapun terjadi, apakah itu terlalu menyedihkan atau terlalu membahagiakan, atau terlalu menyebalkan. Meski orang lain menilainya cengeng dan berlebihan, tapi setidaknya aku bisa menumpahkan perasaanku.

Emh, itu mungkin hanya sebuah kerinduan. Entah pada posisi manakah aku yang lebih baik, dulu ataukah sekarang. Tapi alangkah celakanya diri ini jika hari ini lebih buruk dari hari kemarin. 

Monday 9 July 2012

Began

Seringkali muncul perasaan takut, khawatir, dan tidak percaya diri saat akan memulai sesuatu yang baru. Apapun itu.

Dan kini, sedikit demi sedikit, perjalanan dimulai. Masih dengan kereta yang sama. Masih dengan gerbong yang sama. Hanya saja orang-orang di dalamnya yang berbeda. Stasiun pemberhentian kami bisa jadi masih sama dengan sebelumnya, hanya saja rute yang akan kami lewati saat ini bisa jadi berbeda. Pemandangan yang kami lihat, bisa jadi berbeda juga dari perjalanan sebelumnya. Warnanya mungkin berbeda. Aromanya mungkin tak lagi sama. Mungkin ada kesan berbeda yang muncul. Mungkin ada banyak luapan emosi baru yang tak terduga.

Kekhawatiran itu muncul dari lingkungan terkecilku dalam kereta ini. Teman sebelahku. Ya, mungkin kami terlalu berkebalikan. Tapi toh selalu ada yang sama pada setiap perbedaan. Dua mata koin yang berbeda pun masih memiliki banyak kesamaan; nominal uang dan materialnya masih sama dalam satu koin. Toh tak akan ada bahagia, jika Dia tak menciptakan derita sebagai pembandingnya. Tentunya selalu ada banyak nilai yang bisa diambil dari banyak situasi berkebalikan. Dan berharap, kebalikan ini akan menciptakan banyak keutuhan. Berharap, perbedaan ini menjadi sekolah penuh pembelajaran. Dan akhirnya, masing-masing menjadi kepingan puzzle yang membentuk sebuah gambar yang utuh.

Memulai. Mungkin banyak hal yang harus dilakukan untuk ia bisa terus berjalan, memutar roda agar mulai ini bisa terus bekerja dan bisa menemukan muara akhirnya. 

Semoga perjalanan ini memberikan banyak pembelajaran bagi orang-orang yang ada di dalamnya. Termasuk aku.

Tuesday 29 May 2012

dan Hati lah yang menyentuhnya

"I learn a lot of good sides of you, thank you for caring me and for chatting with me, I wish you luck." -wilofy-

Kata-kata itu tertulis dalam sebuah pembatas buku berwarna ungu di bagian bawah. Ada gambar seorang perempuan berjilbab sambil bergaya "peace" disana, yang sepertinya dia mirip sekali dengan gaya ku dalam sebuah foto. Hehe

Pembatas buku itu, ada bersama benda lainnya dalam tas kertas berwarna coklat bertuliskan For: teh Hasri. Sebuah bunga origami berwarna merah yang dilapis dengan plastik yang agak tebal dibanding plastik bunga lainnya. hehe. Ada sebuah buku yang judulnya cukup menyeramkan "Dosa-dosa yang dianggap biasa". Terakhir, sebuah surat yang ditulis dengan tinta perak diatas kertas origami berwarna pink. Tas itu, disimpan di bagian atas lemari bajuku, yang baru ku buka saat maghrib sampai di asrama.

Sejak awal melihat bunga origami itu, aku sudah bisa menebak dari siapa bingkisan itu berasal. Meskipun sedikit unbelievable, benarkah darinya?

Ya itu memang darinya. Seseorang yang cukup fenomenal di asrama kami. Hehe, hiperbolis sih, pake kata fenomenal ini. Dia cuek, datar, dan tanpa basa-basi. In the other side, dia orang yang jujur. Teramat jujur, aku suka sekali sikap jujurnya, meski terkadang memang lebih mengedepankan ego nya. hehe.. lucu ya..

Minggu-minggu pertama di asrama ini, aku cukup kebingungan dengan sikapnya, terkadang sampai pada fase tersiksa. Haha, lebay amat yak. Tapi itu benar terjadi. Aku bingung harus bersikap apa menanggapi sikapnya. Pertanyaan dan sapaanku yang selalu dijawab dengan jawaban yang singkat. Sikap cuek dan datarnya yang membuahkan image jutek, membuatku selalu berpikir, "Aduuuh, asri salah apa ya? jangan-jangan tadi salah ngomong atau salah sikap? Aduuh gimana nih?". Yah, begitulah orang melankolis menanggapi dan memikirkan sesuatu. Terlalu mendalam, berlebihan dan menyiksa diri.

Sejak saat itu, saat aku mulai tersiksa dengan sikapnya. Hehe. Aku bertekad, aku harus dekat dengannya. Tak peduli apapun responnya, toh sejak masuk Seni Rupa di tahun pertama, sikap 'sok asik' ku mulai tumbuh, makin hari makin banyak. hehe. Aku usahakan untuk menyapanya setiap kali aku berpapasan dan sempat menyapanya. Menanyakan kabarnya. Kabar tugasnya. Kapan dia kuliah. Sedikit meledeknya. Menanyakan film apa yang sedang ditontonnya. Hingga menghadirkan wajahnya dalam setiap Do'a Rabithah dalam akhir shalatku. Yang terakhir ini, adalah cara mujarab yang paling aku yakini. Karena doa adalah senjata seorang muslim.

Awalnya cukup menantang. Berkelahi dengan ego ku sendiri, yang ku tahu saat itu sifat kolerisku mulai naik  sebenarnya. Bersabar untuk  terus  bertanya. Bersabar untuk tersenyum, kecuali mungkin saat-saat aku PMS, ah masa itu agak sulit dinegosiasi. haha. Yang pasti dan aku yakini saat itu adalah hati hanya bisa disentuh oleh hati. Dan saat itu aku memutuskan untuk mencintainya. Mencintainya meski aku belum mengenalnya. Mencintainya apapun feedbacknya. Mencintainya atas alasan yang belum kutemukan saat itu selain alasan keimanan. Pernyataanku tadi, adalah pernyataan klise yang dulu sering kupertanyakan. Mana ada alasan kaya gitu? So iye amat. Dan kemudian aku menelan ludahku sendiri

Waktu berjalan. Dan tanpa kusadari, sikapnya sudah mulai berubah sekarang. Tepatnya setelah Asrama camp. Sikapnya mulai 'membaik'. Dan aku ingat waktu itu, dia lebih dulu menyapaku, "Kenapa teh? kusut amat wajahnya". Waaaaa.... dia nyapa duluan. Haha, mungkin dia udah lupa kali ya pernah nanya itu. Tapi jelas aku ingat, kan melankolis, selalu berlebihan. Itu momen penting bagiku. Mungkin dia juga agak kesal dengan ekspesi berlebihan serupa dari teman-teman asrama. Yang selalu heboh saat dia bersikap 'baik dan bersahabat'. Keterlaluan memang. haha.. Dan selanjutnya, hari-hari di asrama terasa lebih melegakan dan menyenangkan, satu tembok sudah berhasil dirobohkan. Oleh siapa? Entahlah.. Yang pasti oleh banyak pihak. Rasa cinta itu, kini telah berbuah banyak, sedikit demi sedikit, tapi pasti. Dan hari-hari berikutnya kami sering bersama di ruangan pojok asrama, itu karena internet dan pekerjaan studio kami yang sama-sama membutuhkan tempat luas. Maka ruangan pojok itu, akhirnya menjadi lapak 'geng' kami -ditambah satu orang teman kamarku. Dan rasanya, aku mulai menyayanginya.

Dua semester di asrama berjalan begitu cepat, cepat sekali. Terlebih saat kenyamanan itu mulai membaik. Dan perpisahan itu nyata di hadapan. Rasanya waktu berputar lebih cepat dari biasanya, dan asrama kami pun tiba-tiba sepi.

Dan tibalah hari ini, saat sebungkus hadiah itu tiba-tiba ada di lemari bajuku. Sungguh, tak pernah ku bayangkan sebelumnnya. Tak pernah kuduga sebelumnya. Melihat isi tas itu. Membaca isi suratnya dan tulisan dalam pembatas buku itu. Rasanya sulit kuungkapkan bahkan dalam sebuah tangisan  sekalipun. Ya Rabb, apakah ini jawaban dari Doa Rabithah itu? Sungguh, aku tak pernah membayangkan apresiasi seperti ini darinya. Bahkan aku tak pernah membayangkan dia akan dengan niat memberikanku hadiah personal seperti ini. Ah, lagi-lagi melankolisku keterlaluan. Mungkin aku terlalu berlebihan menyikapi ini semua. Tapi sungguh, bagiku ini begitu mendalam. Yang dia katakan dalam surat itu telalu membuatku malu, karena rasanya aku belum betul benar melakukan apa yang dia sebutkan dalam suratnya. Entahlah ya Rabb, yang pasti aku begitu tersentuh dengan hadiah ini.

Hati, memang hanya bisa disentuh oleh hati
Dan Rabb, aku bersyukur telah memutuskan untuk mencintai sebelum mengenalnya.
Rabb, izinkanlah ini kekal hingga taman surga-Mu kelak.

Uhibbukifillah ukh..


GIVE and GIVE

Bismillah..

Entah kenapa akhir-akhir ini, setelah kemarin nulis ttg betapa sepi nya tanggal 24 (yang ternyata memang profil fb saya protect, makanya sepi. ahah), beberapa hari setelahnya malah dapet beberapa hal tak terduga. Mungkin terlihat simpel, tapi begitu mendalam bagiku

Setelah ritual perayaan selesai di asrama kami, datanglah sms dari seorang sahabat. "Teh Hasboy, jangan liat kolong kasur, sebelum tidur yah..". He? apa nih? Jadi penasaran, mau liat, ah tapi kan belum mau tidur.. yaudah deh ntar aja. Ga ngerti, kenapa saya nurut sama intruksi dari sms itu, haha. Dan akhirnya saya pun lupa kalo ada 'sesuatu' di kolong kasur itu.

Besoknya, setelah rempong ngambil tugas tapestres yang diframe, asri balik kamar. Ceritanya cape, jongkok lah sayah dan saat melirik ke bawah kasur, OH! ada benda pink! hiii.. apaan tuh.. lucu amat. Ternyata itu kado dari seorang sahabat yang sms tadi malam. Hihi, ada suratnya juga. bla bla bla ...
Huhu.. terharu dikasih hadiah personal gini.. Sebetulnya, ada perasaan ga enak. Aduh, waktu dia milad, asri ga ngasih apa-apa. Selalu berpikir itu entah mengapa. Aduh, ga enak ih, meni ngerepotin segala..

Esok lusanya, tanggal 27. Ada sms juga dari seorang adik kelas. "Tan, lagi di asrama ga? Mau nitip sesuatu nih.". Aduh, asri lagi di rumah, akhirnya bersepakat untuk nitip di hari senin pas asri ke Salman lagi. Seninnya, "Udah", oh, titipannya udah disimpen di 'lift' barang. Saya ambil. Isinya Kerudung Rabbani sama buku. Eh, terus ini dititip buat siapa? "Bingkisan tadi tolong kasiin ke yang namanya Hasri H Direja ya! Bilangin maaf telat 4 hari". Oalaaaaahh, ni bocah. Napa ngasih bgeinian segala??? Repot-repot amat. Aduh, kan waktu dia milad juga asr ga ngasih apa-apa.. Lagi, pernyataan ini yang muncul. Hmm, tapi, terimakasih banyak yaaaa.. hoho

Dan hari ini.
Pulang liqo dari rumah temen di cimahi, sampe asrama maghrib. Begitu sampe, ceritanya mau langsung bersih-bersih. Pas buka lemari, EH! di bagian atas ada tas kecil berisi sesuatu dan nongol bungan merah origami dari dalemnya. WAW! lucu, kayanya tau nih siapa yang lagi seneng origami akhir-akhir ini.. Pas diambil dan dibuka, ada bunga kertas, buku, kartu ucapan dan surat. Ternyata benar, dia lah pengirimnya. Ya Rabb, bahkan dia sempet-sempetnya ngasih asri kado personal. Aduuh, asri kan ga ngasih apa-apa juga pas dia milad kemarin. Lagi, penyataan itu yang muncul.

Seringkali, kita berpikir untuk memberi setelah kita menerima.
Seringkali, saat kita menerima, kita berpikir, apa yang telah saya beri?
Seringkali saat kita memberi, ada sedikit pertanyaan malu-malu yang begitu halus, nanti kita dapet apa ya?

Mungkin itu kesalahan besar yang masih ada dalam paradigma kebanyakan orang, termasuk saya. TAKE and GIVE. Seringkali ada tuntutan atas sebuah pemberian yang diberikan atau ada perasaan harus memberi saat kita menerima.

Padahal, islam dan ukhuwah mengajarkan kita untuk GIVE and GIVE dalam setiap muamalah kita sesama manusia. Bahkan, Rasul dulu mencontohkan yang luar biasa. Saat penduduk thaif melempari beliau dengan bat, dan malaikan penjaga gunung disana menawarkan turunnya azab untk mereka, Rasul kita memilih untuk memaafkan dan mendoakan kebaikan untuk mereka. Yang kemudian Allah jawab beberapa tahun kemudia, saat penduduk kota Thaif akhirnya menjadi orang-orang terdepan dalam membela islam.

Dan inilah yang dilakukan oleh ketiga sahabatku..
Memberi tanpa ada alasan telah menerima. Memberi, dan sudah. Memang hanya ingin memberi. Ah, aku harus belajar banyak dari mereka.

Kata ustadz Anis Matta, itulah pekerjaan cinta. Memberi. 
Memberi dan tanpa berharap menerima. Karena balsan itu adalah bonus otomatis yang Allah berikan saat kita ikhlas untuk mulai memberi.
Masyaallah, asri jadi malu..

Ya Rabb, berikanlah balasan yang berjuta kali lipat untuk sahabat-sahabatku yang telah memberikan banyak hal pada sahabatnya yang entah pernah memberikan apa pada mereka.
Hanya Engkau sebaik-baik pemberi balasan..

Monday 28 May 2012

Beginilah seorang Ibu


Tadi pagi menjelang siang, saya berangkat dari rumah menuju kampus dengan cukup terburu-buru. Gimana engga? saya janjian jam 10 dan ini 10.30 baru berangkat dari rumah. Tadi nungguin warung dulu, soalnya ibu lagi ngaji. 
Hampir jam 11 saya baru fix pergi dari rumah, selangkah dua langkah, ketemu sama tetangga-tetangga om dan tante, nyapa-nyapa dulu, ketemu ibu-ibu yang lagi beli sayur, ditanya-tanya dulu, dan akhirnya saya keluar dari jalan tempat rumah saya berada.
sekitar 100 meter jalan, tiba-tiba kaya ada suara yang manggil di belakang. Agak ragu, tapi tetep noleh ke belakang. Eh, ternyata ibu asri yang manggil. Ada apa ya? yaudah, asri balik ke arah ibu, nanya ada apa?
“ini ai kamu teh bukannya dibawa, buat di asrama”, sambil ngasih 8 bungkusan biskuit ketengan berisi 1 buah biskuit masing-masing.
he? bingung
ibu asri lari-lari ngejar asri dari rumah, ninggalin warung ga ada yang nungguin, cuman buat ngasih 8 bungkus ini doang? addduuuuuuh… kirain teh ada apa..
ibu… ibu..
begitulah ibuku..
begitu sederhana, simpel, spontan dan cepat aksi..
8 bungkus biskuit itu begitu sederhana dan mungkin tak berarti apapun untuk sebagian orang. Tapi itulah aksi cepat bukti kasih sayangnya padaku, begitu sederhana, begitu spontan.
Seperti itulah ibuku,
kasih sayangnya seringkali terejawantahkan dengan cara yang berbeda dengan kebanyakan ibu yang sering berkata lembut pada anaknya.
Perhatiannya, seringkali terekspresikan dengan ucapan yang mungkin berbeda dengan ibu lainnya.
Nasihatnya, seringkali terselip dari kerja nyatanya yang mungkin dibarengi dengan omelan-omelan.
Tapi itulah ibuku..
Yang diamnya, mengandung berjuta harapan. Yang keluhnya menimbulkan berjuta semangat. Yang marahnya adalah ungkapan kecemasannya. Yang tak mampu membahasakan dengan baik, apa yang sebenarnya ada dalam hati dan pikirannya.
Ya, itulah ibuku. Yang memiliki caranya tersendiri dalam mengungkapkan perasaan dan harapannya.
Itulah ibuku, yang selalu aku sayangi dalam diamku.  

Thursday 24 May 2012

Keterlambatan

Asrama Puteri Salman di bulan mei

Haha, entah kenapa asrama begitu hangat dan melankolis di bulan ini. Mungkin karena masa-masa penghabisan. penghujung waktu.

Asrama ini entah kenapa jadi lebih nyaman, para penghuninya jadi lebih hangat dan menyenangkan. Sampai masa-masa menyebalkan di setiap akhir semester, bisa dilalui dengan lebih membahagiakan dari biasanya.
Sejak diminta buat ngisi lembar evaluasi sekitar satu bulan yang lalu, asri baru sadar ternyata banyak hal yang udah dilewati ya di asrama ini? Haha, terlalu cepat waktu berjalan, sampe ga kerasa.

Dulu, waktu minggu-minggu pertama di asrama, itu cukup menegangkan karena keliatannya Asrma yang sekarang lebih dinamis dari asrama sebelumnya. orang-orangnya lebih heterogen dan 'tidak aman'. haha.. time goes by.. dan sekarang udah sebulan terakhir waktu untuk ada di asrama. Dan ketakutan-ketakutan itu kini berubah menjadi kegelisahan. Kegelisahan akan perpisahan.

Tanggal 17 Mei kemarin, kita perpisahan asrama, bareng sama Astra juga. Yah, melow-melow-an lah pokonya. Makan bareng, tker kado, ngasih testimoni. naik kereta melakukan perjalanan bareng. Ah, asik lah pokonya.

Kenapa cinta seringkali muncul di ujung? Kenapa sayang seringkali dirasakan saat yang disayang itu nyaris pergi atau bahkan telah jauh pergi? Kenapa harus gitu? Atau pemikiran asri yang salah?
Atau mungkin Allah atur skenarionya kaya gitu, biar cinta dan sayang itu terasa lebih dramatis?
Atau ini hanya masalah keterlambatan?
Terlambat untuk mencintai
Terlambat untuk menyayangi
Tapi keterlambatan itu terlalu menyakitkan. Rasanya Allah ga setega itu, bikin semua orang yang merasakan cinta dan sayang berbarengan dengan rasa menyesal karena keterlambatan.

ataukah kita yang salah? salah menempatkan cinta dalam urutan aktivitas kita?
katanya, Cinta adalah ruh dari setiap aktivitas. Maka dengan cinta apapun yang kita lakukan akan lebih berenergi, berkekuatan tinggi, dan meledakkan segala potensi.

Mungkin itu yang Allah mau,
menempatkan cinta pada awal dari segala aktivitas kita
maka, saat tiba waktunya untuk pergi, penyesalan tak ada lagi karena cintalah yang mengiringi perjalannya hingga mengantarkan akhirnya pada peningkatan rasa cinta.

Ngomong apa ya saya tadi? Haha
Ya intinya, itulah persaudaraan dalam islam. Mengawali nya dengan cinta, membingkainya dengan penuh kasih sayang, hingga tiba saatnya untuk pergi dan perpisahan itu nyata adanya, Cinta tetap mengiringinya. Mengiringi perpisahannya, hingga kembali mempertemukan cintanya dalam surga-Nya kelak.
Uhibbukifillah...


Hari Lahir

Rasanya ini hal paling dudul yang pernah dikejain deh. Bulak-balik ngscroll page timeline. Liat notification. Liat profil. Rasanya ga percaya, ko hari ini sepi banget. Sebegitunya kah saya ga punya temen? Ga ada yang inget yah? oh, yaudah sih. Ah, tapi ko berasa ada yang ngeganjel yah? Ah, tapi yaudah sih apa bedanya hari ini sama hari-hari dan tanggal yang lain? Kenapa harus ada yang inget? Nah itu dia, pertanyaannya..

Kenapa hari lahir begitu berarti buat sebagian besar orang ya? Mungkin banyak juga orang yang lempeng aja sama hari lahirnya, tapi yakin deh hampir semua orang seneng ketika hari lahirnya itu ada yang inget. Kenapa ya? Dan saya adalah salah satu yang menjadi korbannya. Haha

Sejak dua tahun yang lalu, secara berturut-turut, setiap tanggal ini selalu dapet kejutan dari adik-adik mentor. Ada-ada aja, mulai dari tiba-tiba mereka dateng ke asrama, sampe dikasih kado tas rusak. Haha, itu lucu, tapi mengharukan. Sejak ada facebook, orang-orang jadi lebih gampang untuk tau kapan hari lahir kita, dan tiba-tiba aja banyaaaaaak banget yang  ngucapin. Dan hari ini semuanya berbeda hampir 180 derajat. Bahkan di timeline itu cuman nongol ririn aja. Mending kalo emang profil saya diprotect. Ini mah engga.  Dan yang paling ga ngerti adalah, kenapa saya pikirin yah? 
Hahahaha, dasar melankolis.

Tapi yang intinya bukan itu sih. Bukan cerita pundung saya yang jadi inti obrolan disini. Karena sebenernya yang saya pikirin adalah ungkapan "apa yang kita tanam, itulah yang kita tuai", intinya mah hukum alam berkata, apa yang kita lakukan pada oranglain, itulah juga yang orang lain lakukan pada kita. Nah karena inilah asri mikir, jangan-jangan selama ini asri telalu ga membuat orang lain nyaman. Jangan-jangan saking ga carenya asri, ya orang-orang pun ga peduli sama asri. Jangan-jangan diri in terlalu annoying sampe orang lain pun ga nyadar sama keberadaan kita. Ugh, serem banget. Astaghfirullah ya Rabb.. padahal muslim yang baik itu adalah yang paling bermanfaat bagi lingkungannya, yang paling dinantikan keberadaaannya, yang paling dirindukan kontribusinya, yang paling diperhatikan kehidupannya.

Astaghfirullah, ini pelajaran dari Allah. Jangan-jangan kekhawatiran itu benar adanya. Bukan perkara ucapan, tapi perkara alasana di belakangnya. Tentang kebermanfaatan, tengan rasa nyaman, tentang kepedulian, yang saya berikan unuk orang-orang sekitar. well, kenyataan ini cukup menakutkan.

Mungkin saya harus lebih nice  dan care. hihihi..
Okee... Baiklah

ah, yang diatas itu sudah memblow-up keluhan diri ini, padahal sebetulnya banyak yang menyenangkan di hari ini.. Kejutan dari temen-temen NEWGA dengan cake pelangi nya yang gaul dan dari temen-temen Asrama Putri dengan mug nya yang lucu dengan tulisan 'a cup of coffee and love', hihihi...

Terimakasih semuanya..
Terimakasih atas segala kebaikan yang telah kalian berikan untukku
Terimakasih karena telah bersabar atas segala kekurangan dan keburukanku
Terimakasih karena telah mengingat hari lahirku. Aahhahahaha XD

Terimakasih Ya Rabb..
Telah mengirimkan mereka sebagai teman-teman terbaikku di dunia, dan berharap kekal hingga surgaMu kelak..






Tuesday 10 April 2012

Tumbuh dan Berkembang Bersama nya

Setiap orang memiliki titik tertentu dimana dia bisa dengan rendah hati menerima nilai2 semesta yang ditetapkan oleh Tuhannya.

Memperhatikan orang-orang yang mengalami pendewasaaan pemikiran, pematangan tarbiyah dan pengokohan keyaninan, sungguh membahagiakan hati. Ketika sesosok manusia mulai bermetamorfosa menjadi pribadi baru yang lebih catik dan menyenangkan hati setiap orang yang melihatnya, sungguh merupakan pemandangan yang menyejukkan. Semakin dewasa, semakin kreatif dan semakin dinamis.

Ya Rabb, semoga ulat-ulat ini segera bermetamorfosis menjadi kupu-kupu indah yang siap terbang kemanapun dia dibutuhkan. Semoga semakin banyak kupu-kupu yang lahir dan tumbuh. Kemudian berterbangan mewarnai, meramaikan, dan memenuhi taman da'wah mu. Dan semakin banyak hambaMu yang mulai tumbuh dan berkembang di Jalan ini. :)

Thursday 9 February 2012

Cape ah!

Judul di atas, mungkin sedikit merepresentasikan kondisi pikiran saya di 1 bulan terakhir ini. Mungkin semua ini berawal dari 'kepundungan' saya. hehe, jangan-jangan saya masuk Barisan Sakit Hati (BSH) nih. Mungkin kerjaan-kerjaan itu masih dikerjain, tapi jujur tanpa hati. Kosong saja..

Belakangan, entah mengapa lebih sering mengeluh, marah-marah dan menuntut untuk dipahami. Rasanya semua orang yang ada disini hanya bisa membuat hati menjadi semakin panas. Terlebih ketika banyak orang yang ternyata sependapat dengan ku. Akhirnya, aku niatkan untuk menumpahkan segala penat ini saat lingkaran rutin itu tiba.

Hari itu datang, seperti biasa pertemuan kami diawali dengan muraja'ah. Dan niatku sudah bulat untuk menumpahkan segalanya, setidaknya hingga sesaat sebelum materi diberikan.

Kali ini tentang kekeringan ruhiyah.
Katanya, Seringkali kita merasakan kering, hampa, tanpa ruh saat melakukan aktifitas-aktifitas da'wah. Tidak ada semangat, banyak mengeluh, banyak menuntut. Hingga seringkali rasa lelah pun terasa lebih dominan dibandingkan dengan janji Allah akan kenikmatan yang dirasakan oleh orang-orang yang berjuang di jalan-Nya. Mengapa? inilah jawabannya.

Bisa jadi, ada sebuah frame berpikir yang belum utuh dari pemahaman kita tentang aktifitas-aktifitas da'wah yang kita jalani.

Bisa jadi, kita belum membingkai segala aktifitas ini dalam rangka ketaatan kita pada Allah..
Maka semuanya jadi terlupakan. Semuanya jadi terasa sia-sia. Semuanya jadi terasa begitu mengganggu dan menyita waktu.

" Ketika Allah menginginkan sebuah kebaikan pada seorang hamba, maka Ia akan Mempekerjakannya"
Mempekerjakannya, berarti Allah akan memberinya ladang amal yang besar untuk dia bisa berbuat banyak sebelum akhirnya ia wafat dan meninggalkan dunia.

Masyaallah,
Batapa kufur nya, jika ladang amal yang telah Allah sediakan hanya kita hadapi dengan keluhan dan emosi sesaat.

Maka, masihkah tidak bersyukur atas kesempatan yang Allah berikan?
Masihkah akan berkata LELAH saat begitu banyak sarana kebaikan yang Allah sediakan untuk kita?
Padahal yang lebih pantas kita ucapkan adalah LILLAH.

Followers