Friday 12 October 2012

Could it be love? #1


Kali ini temanya galau.. Haha, sekali-kali tak apa lah yaa..

For the truth, sudah 5 tahun ini ada sebuah makhluk yang menjadi virus bagi program di otak dan hati ini. Hehe.. Emh, kenyataan ini sebetulnya baru disadari 4 tahun yang lalu. Saat semuanya telah lenyap dan menghilang. Entah ini virus apa sebetulnya, aku sendiri kurang begitu paham. Yang pasti ada sebuah perasaan nano-nano yang muncul; penyesalan, penasaran, kecewa, bahagia, terharu, dan mungkin rindu. Haha, geli ya. Untuk orang melankolis sepertiku perasaan ini cukup menyiksa, karena hobi orang melankolis adalah mendramatisir. Dan mungkin yang membuatnya menjadi lebih menyiksa adalah karena aku tahu aturannya. Aku tahu dan sadar akan aturan yang dibuat oleh Tuhanku tentang ini. No excuse untuk interaksi berlebihan seperti apapun antar dua makhluk yang berbeda ini. Maka aku harus tahu diri dan membatasi diri. Menjaga hati meski jujur, angan-anganku mungkin sudah terbang kesana-kemari.
Jarak dan waktu rupanya tak cukup untuk bisa mengubur perasaan nano-nano ini. Terkadang, ia justru menjadi pupuknya. Saat rasa penasaran mulai muncul, pertanyaan-pertanyan tidak pentingpun menjadi pupuk yang manjur  untuk membuahkan rasa rindu. Yang kutahu, perasaan ini biasanya terlupakan saat aktivitasku mulai memuncak.

Tanpa terasa, 5 tahun berlalu. Aku bertumbuh dan mulai mengenal dunia yang sebelumnya tak pernah terbayangkan. Dan seorang makhluk itu pun tumbuh menjadi sosok yang luar biasa. Ya, dia luar biasa sekali sekarang. Jika dibandingkan denganku, mungkin sebanding dengan jarak millimeter antara kampusku dengan kampusnya. Jauh sekali. Tapi sialnya, virus itu belum juga hilang. Entah, ini rasanya seperti ketika aku menunggu untuk kuliah 4 tahun yang lalu. Saat aku tidak lulus SNMPTN, dan memutuskan untuk menunggu dan mencoba lagi di tahun berikutnya. Ada perasaan khawatir dan was-was akan cita-citaku yang begitu neko-neko ingin berkuliah di ITB, di Fakultas yang menurut kebanyakan orang belum jelas prospek kerjanya, yang menurut orang menakutkan lingkungannya, dan mahal kuliahnya. Ada perasaan takut yang luar biasa besar, takut tidak diterima, takut bukan rejekinya dan takut jika rejekiku di tempat yang lain. Disatu sisi, ada sebuah kerinduan dan harapan. Setiap melewati ganeca, ada sebuah keyakinan yang muncul dari palung hati yang paling dasar, kayanya sih bisa, kayanya keterima deh, kayanya bakal kuliah di ITB deh. Ada sebuah janji yang entah ditawarkan oleh siapa. Janji tentang impian dan cita-cita. Janji akan harapan masa depan. Yah, perasaan-perasaan absurd semacam itulah. Bedanya, keyakinan yang pertama telah terbukti. ITB memang menjadi tempatku sekarang. Tapi keyakinan yang satu lagi, entah endingnya seperti apa. Membingungkan dan mengganggu.


5 taun berlalu, rupanya ia masih bersarang. Entah karena perasan absurd tadi, ataukan memang tidak ada objek yang lain. Haha...

No comments:

Followers