Monday 25 March 2013

I Want to Move Even Further

Everyone was running desperately, aiming for something
they were stretching their hands towards saometing
which was invisible to the eye

even if there was no goal there
even if they had realized that their hand couldn't reach it
they were still moving towards it with all they had
but, I wonder. What  I was doing

I was just starting, and I did not even try to stretch my hand out
I was scared of the result and couldn't take a single step  forward
I was jealously watching the paths, that everyone found with effort

By saying that I was different from everyone else
I was making excuse to myself
I was just afraid of being hurt

If there is no map, you won't know where to go
I thought you choose where to go after you've seen the map
But, that was wrong
I am not lost because I don't have a map
I don't have purpose

I want to move even after
I want to move even further
concentrating on that, I continued to pedal

----------------------------------------   --------------------------------------

Seingatku kata-kata diatas adalah kata-kata dalam sebuah film, tapi lupa film apa.

Ya Rabbi, masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang teguh pendiriannya..
orang yang kuat motivasinya..
besar manfaatnya..

Ya Rabbi, kuatkanlah tujuanku..
tunjukkanlah jalan-Mu
Berikan aku kekuatan  untuk bangkit dan melangkah..
pertemukanlah aku dengan orang-orang yang bisa mengantarkanku menuju ridho-Mu

Karena Engkau punya segala yang tak kupunya..





Monday 18 March 2013

Haruskah Aku Mulai Tak Peduli?

Karena bersamamu aku tak ubahnya seorang bocah ingusan yang hanya bisa merengek dan meminta.
Kau disampingku, adalah bayangan besar -yang aku sendiripun tak mengerti, seringkali menghambat langkahku untuk maju
Aku bersamamu, membuatku yang lambat ini menjadi mati dan semakin tak berarti

Aku tak tahu mengapa. Aku tak tahu bagaimana. Hampir 22 tahun hidupku di dunia, baru kali ini aku merasa begitu bodoh dan tak ada guna.

Mungkin permasalahannya ada pada diri ini..
Sekali lagi Rabbi, sungguh aku tak mengerti.....

Rabb, sungguh aku tak ingin menjadi hambamu yang kufur nikmat
Selalu kusyukuri setiap karunia dan kelebihan yang kau titipkan pada diri ini
Tapi kali ini, entah engapa, aku merasa begitu rendah tak berdaya

Rabbi, sungguh..
Telah kutitipkan hati ini
Telah coba kulapangkan dada ini
Telah coba kusibukkan diri ini

Tapi hati, nampaknya ia tak bisa bersembunyi

Lalu...
Haruskah aku mulai tak peduli?

Sepenggal dari Ust. Rahmat Abdullah


DAKWAH ADALAH CINTA
KH. Rahmat Abdullah (alm)

Memang seperti itu dakwah. Dakwah adalah cinta. Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu. Sampai pikiranmu. Sampai perhatianmu. Berjalan, duduk, dan tidurmu. Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang umat yg kau cintai.

Lagi-lagi memang seperti itu. Dakwah. Menyedot saripati energimu. Sampai tulang belulangmu. Sampai daging terakhir yg menempel di tubuh rentamu. Tubuh yg luluh lantak diseret-seret. Tubuh yang hancur lebur dipaksa berlari.

Seperti itu pula kejadiannya pada rambut Rasulullah. Beliau memang akan tua juga. Tapi kepalanya beruban karena beban berat dari ayat yg diturunkan Allah.

Sebagaimana tubuh mulia Umar bin Abdul Aziz. Dia memimpin hanya sebentar. Tapi kaum muslimin sudah dibuat bingung. Tidak ada lagi orang miskin yg bisa diberi sedekah. Tubuh mulia itu terkoyak-koyak.­ Sulit membayangkan sekeras apa sang Khalifah bekerja. Tubuh yang segar bugar itu sampai rontok. Hanya dalam 2 tahun ia sakit parah kemudian meninggal. Toh memang itu yang diharapkannya; mati sebagai jiwa yang tenang.

Dan di etalase akhirat kelak, mungkin tubuh Umar bin Khathab juga terlihat tercabik-cabik.­ Kepalanya sampai botak. Umar yang perkasa pun akhirnya membawa tongkat ke mana-mana. Kurang heroik? Akhirnya diperjelas dengan salah satu luka paling legendaris sepanjang sejarah; luka ditikamnya seorang Khalifah yang sholih, yang sedang bermesra-mesraa­n dengan Tuhannya saat sholat.

Dakwah bukannya tidak melelahkan. Bukannya tidak membosankan. Dakwah bukannya tidak menyakitkan. Bahkan juga para pejuang risalah bukannya sepi dari godaan kefuturan.
Tidak..!! Justru kelelahan. Justru rasa sakit itu selalu bersama mereka sepanjang hidupnya. Setiap hari. Satu kisah heroik, akan segera mereka sambung lagi dengan amalan yang jauh lebih “tragis”.Justru­ karena rasa sakit itu selalu mereka rasakan, selalu menemani… justru karena rasa sakit itu selalu mengintai kemanapun mereka pergi akhirnya menjadi adaptasi.

Kalau iman dan godaan rasa lelah selalu bertempur, pada akhirnya salah satunya harus mengalah. Dan rasa lelah itu sendiri yang akhirnya lelah untuk mencekik iman. Lalu terus berkobar dalam dada.Begitu pula rasa sakit. Hingga luka tak kau rasa lagi sebagai luka. Hingga “hasrat untuk mengeluh” tidak lagi terlalu menggoda
dibandingkan jihad yang begitu cantik.

Begitupun Umar. Saat Rasulullah wafat, ia histeris. Saat Abu Bakar wafat, ia tidak lagi mengamuk. Bukannya tidak cinta pada abu Bakar. Tapi saking seringnya “ditinggalkan”,­ hal itu sudah menjadi
kewajaran. Dan menjadi semacam tonik bagi iman.. Karena itu kamu tahu. Pejuang yg heboh ria memamer-mamerka­n amalnya adalah anak kemarin sore. Yg takjub pada rasa sakit dan pengorbanannya juga begitu. Karena mereka jarang disakiti di jalan Allah. Karena tidak setiap saat mereka memproduksi karya-karya besar.

Maka sekalinya hal itu mereka kerjakan, sekalinya hal itu mereka rasakan, mereka merasa menjadi orang besar. Dan mereka justru jadi lelucon dan target doa para mujahid sejati, “Ya Allah, berilah dia petunjuk, sungguh Engkau Maha Pengasih lagi Maha Penyayang"

“Maka satu lagi seorang pejuang tubuhnya luluh lantak. Jasadnya dikoyak beban dakwah. Tapi iman di hatinya memancarkan cinta. Mengajak kita untuk terus berlari.

“Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.
Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.
Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu.
Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu.
Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu.”
(alm. Ust Rahmat Abdullah)

Akankah Aku Berhenti #2

Hmm..
tentang kejadian itu (lagi)

Setelah kejadian itu, banyak respon yang kemudian muncul
Dari mereka yang mengetahui kejadian itu kebanyakan menyarankanku untuk terbuka saja.
Jika memang ada sesuatu yang harus diungkapkan, maka ceritakan saja. Jiwa kita pada hakikatnya memiliki kapasistas tertentu yang  bisa jadi overload. Saatnya untuk belajar memilah mana yang harus dipikirkan secara mendalam, dan mana yang mesti diabaikan.

Haruskah seperti itu?
Jiwa inilah yang kemudian harus belajar. Belajar banyak dari segala hal.
Belajar untuk berjiwa besar
Belajar untuk berkembang

Ya inilah aku..
Sebetulnya aku tidak begitu introvert..
Banyak hal yang sering kubagi dengan lingkunganku..
Kehidupan organisasiku, akademisku, keluargaku, dompetku, hatiku..
Sering aku berbagi dengan orang-orang disekitarku akan hal itu. Tapi wajarkan jika ada hal-hal yang memang tidak bisa disebarluaskan.

Periode kali ini memang aku menemui banyak hal baru di lingkungan lamaku. Lingkungan yang mestinya sudah kukenal begitu dekat. Ada karakter baru yang kuhadari. Ada aturan-aturan baru yang harus aku patuhi. Ada mereka-mereka yang baru yang saat ini begitu aku sayangi.

Periode yang cukup berat memang, tapi aku yakin ini bekalku untuk kehidupan selanjutnya. Kemarin, di titik nadir itu, sempat aku menuju titik dimana aku menyesali keputusan ini. Jika saja amanah ini tak ku ambil, mungkin ini tak akan terjadi. Mungkin saat-saat seperti ini tak akan ada lagi.

Tapi kemudian paradigma ini coba kuputar 180 derajat.
Jika asaja amanah ini tidak diambil, mungkin aku akan melewatkan amal pembelajaran ini..
Ya, semoga aku termasuk orang-orang yang bersyukur dan mampu mengambil banyak pelajaran..

Ah, rasanya mood untuk melanjutkan tulisan ini menguap.
Lain kali akan kulanjutkan. Insyaallah..


Sunday 17 March 2013

Pada Diri

Pada diri yang sering kubebani
Pada diri yang mudah kucaci

Pada diri yang telah tahun ke 21 menanggung jiwa ini
Pada diri yang selalu terkorbankan atas luapan emosi

Padanya, kini aku berjanji untuk membagi beban ini. Tak hanya pada diri, tapi yang lain lagi
Padanya aku berjanji untuk menjadikannya penolongku untuk mendekat pada Rabbul 'izzati

Akankah Aku Berhenti

Pernahkah merasa diri ini begitu kecil dibandingkan dengan mereka yang menjulang?
Pernahkah merasa kehadiran diri ini tak ubahnya anai semata?
Pernahkah merasa khianat pada kesempatan yang sesungguhnya telah lama tiba?
Pernahkah merasa diri ini hanyalah seonggok daging berjalan yang tak ada guna?

Mungkin inilah yang seringkali menyesakkan dada ini..
berada diantara mereka yang begitu besar pada posisinya masing-masing
ia yang aktivis kampus sejati
ia yang pejuang qur'an
ia yang begitu berperan dalam program pengembangan keagamaan di kampus
ia yang begitu totalitas dengan akademiknya
dan ia yang begitu dominan dengan kaderisasi masjidnya

Lantas aku dimana?
Apa spesialisasiku?
Siapa aku diantara mereka?

Ah, betapa diri ini begitu kecil

---

Astaghfirullah..
Apakah ini termasuk keluhan Ya Rabb?

Nyatanya, manusia memang makhluk yang kecil
makhluk penuh dosa
tak bisa berbuat apa-apa

Nyatanya, memang kita makhluk merugi
Nafsu buruknya saja Allah bekali tiga
Sedang nafsu baiknya hanya satu

Nyatanya manusia memang makhluk yang dzalim
Amanah kekhalifahan, tak membuatnya utuh menjaga bumi
ternyata keluh malaikat itu memang terbukti

Ya Rabbi,
aku sadar, aku memanglah makhuk kecil yang penuh khilaf dan sedikit guna
sering lupa dan dosa

Tapi Ya Rabb, aku pun menyadari bahwa begitu banyak nikmat dan karunia yang Kau beri
Aku ingat betapa Engkau masih mempercayai kami, dengan amanah khalifah yang kau beri

Rabbi, izinkan aku untuk bisa kembali menemukan kepingan diri
yang terserak dan tak bertepi
Rabbi, izinkan aku untuk bisa memberi
atas segala potensi yang Kau beri
atas kesempatan yang Kau amanahi..

Rabbi, di sisa waktu yang entah berapa lama lagi
izinkan aku untuk mampu berlari
melawan segala kenyamanan diri

Rabbi, sungguh aku ingin berarti...



Monday 11 March 2013

Dan Waktulah yang Mengajarkanku

Setelah dua tahun berlalu, akhirnya dia muncul kembali. 
Segala yang telah kutahan, akhirnya membuncah juga

Waktu mengajarkanku, bahwa ternyata kesabaranku tak sebesar yang mereka sangka
Waktu mengajarkanku, bahwa aku tak semenerima yang kuduga

Selalu aku merasa, perasaan ini begitu jahat dan nista
Tapi lagi-lagi waktu yang mengajarkanku
Bahwa kita memang tak bisa menyenangkan semua pihak
Semuanya memang tak bisa dipaksakan

Maka, biarkanlah ia berlari kemanapun ia mau
dan saat ia ingin berhenti, apalah daya
segalanya tak bisa dipaksakan

Dan akhirnya memang waktu yang mengajarkanku
tentang sabar
tentang ikhlas
tentang lapang dada
tentang ukhuwah
dan tentang keimanan

Ya Rabbi, 
kuatkanlah aku, saat segalanya terasa berat
lapangkanlah dada ini, saat segalanya terasa menghimpit




Sunday 10 March 2013

sebenarnya

Banyak hal yang terjadi beberapa bulan terakhir ini

Banyak hal yang kusadari akhir-akhir ini

Terlalu banyak bahkan..

Nanti, akan kuceritakan tentang itu semua..

Tapi nanti, lain kali

Semoga masih ada waktu untukku :)

...

You Do Nothing but I Feel Something

Followers