Monday 23 December 2013

belum apa-apa

Seringkali aku bertanya, tak bisakah kita berlari lebih lebih cepat ? tak bisakah garis finish itu di buat lebih dekat? tak bisakah rutenya dipersingkat? tak bisakah kita sederhanakan perbekalan? yang penting kita selamat, bukan? tak bisakah ? tak bisakah? tak bisakah?

Ah, astaghfirullah..
Seringkali akhirnya kudapati diriku yang ternyata masih jauh dari sabar
Bersabar dengan segala proses yang mesti dijalani
Bersabar dengan segala perbekalan yang mesti disiapkan
Karena memang  setelah garis finish nanti, semuanya tak akan semudah perlombaan sebelumnya.
Setelah garis finish nanti, itulah medan perjuangan yang sesungguhnya

Yang sekarang belum seberapa,
belum apa-apa

Sunday 22 December 2013

Pesona Kematangan

Chemistry yang biasanya mempengaruhi hubungan cinta antara laki-laki dan wanita sebenarnya hanya menegaskan satu fakta : ketika cinta yang genuine bertemu dengan motif lain dalam diri manusia, dalam hal ini hasrat atau syahwat biologis, hubungan cinta antara laki-laki dan wanita memasuki wilayah yang sangat rumit dan kompleks. Banyak fakta yang tidak bisa dipahami dalam perspektif norma cinta yang lazim. Lebih banyak lagi kejutan yang lahir di ruang ketidakterdugaan. Namun itu tidak menghalangi kita menemukan fakta yang lebih besar : bahwa dengan memandang itu sebagai pengcualian-pengecualian, seperti dalam kasus Muawiyah bin Abi Sufyan dengan gadis badui yang tidak dapat mencintainya, kekuatan cinta sesungguhnya tetap dan selalu mengejawantah pada kematangan kepribadian kita. Misalnya cinta antara Utsman bin Affan dan istrinya, Naila.

Para pencinta sejati tidak memancarkan pesonanya dari ketampanan atau kecantikannya, atau kekuasaan dan kekayaanya, atau popularitas dan pengaruhnya. Pesona mereka memancar dari kematangan mereka. Mereka mencintai maka mereka memberi. Mereka kuat. Tapi kekuatan mereka menjadi sumber keteduhan jiwa oprang-orang yang dicintainya. Mereka berisi dan sangat independen. Tapi mereka tetap merasa membutuhkan oranglain, dan percaya bahwa hanya melalui mereka ia bisa bertumbuh dan bahwa pada orang-orang itulah pemberian mereka menemukan konteksnya. Kebutuhan mereka kepada oranglain bukan sebentuk ketergantungan. Tapi lahir dari kesadaran mendalam tentang keterbatasan manusia dan keniscayaan interdependensi manusia.

Pesona inilah yang dipancarkan Khadijah pada Muhammad. Maka selisih umur tidak sanggup menghalangi pesona Khadijah menembus jiwa Muhammad. Pesona kematangan itu pula yang membuat beliau enggan menikah lagi bahkan setelah khadijah wafat. "Siapa lagi yang bisa menggantikan Khadijah?" tanya Rasulullah SAW. Tapi bisakah kiita membayangkan pertemuan dua pesona? Pesona kematangan dan pesona kecantikan serta pesona kecerdasan? Pesona itulah yang dimiliki Aisyah : muda, cantik, innocent, cerdas dan matang dini. Dahsyat, pasti! Pesonanya pesona. Disini semua pesona menyatu padu : seperti goresan pelangi di langit kehidupan Sang Nabi. Dua perempuan terhormat dari suku Quraisy itu mengisi kehidupan pribadi Sang Nabi pada dua babak yang berbeda. Khadijah hadir pada periode paling sulit di Mekkah. Aisyah hadir pada periode pertumbuhan yang rumit di Madinah. Khadijah mengawali kehidupan kenabiannya. Tapi di pangkuan Aisyahlah ia menghembuskan nafas terakhirnya setelah menyelesaikan misi kenabiannya.

Dalam jiwa Sang Nabi ada dua cinta yang berbeda pada kedua perempuan terhormat itu. Ketika beliau ditanya tentang orang yang paling ia cintai, ia menjawab Aisyah! Tapi ketika beliau ditanya tentang cintanya pada Khadijah, ia menjawab; "cinta itu dikaruniakan Allah padaku". Cintanya pada Aisyah adalah bauran dari pesona kematangan dan kecantikan yang melahirkan syahwat. Maka Ummu Salamah berkata, "Rasulullah SAW tidak bisa 'menahan' diri kalau bertemu Aisyah". Tapi cintanya pada Khadijah adalah jawaban jiwa atas pesona kematangan Khadijah: cinta itu dikirim Allah melalui kematangan Khadijah.

--Anis Matta, Serial Cinta, Pesona Kematangan--


Pesona kematangan, itulah mungkin yang bisa menjawab pertanyaan para penonton tentang mengapa Si Kaya dengan Si Miskin, Si Cantik dengan Si Buruk Rupa, Si Tampan dengan Si Buruk Rupa atau yang Muda dengan yang Tua, atau seaneh apapun peristiwa cinta di muka bumi ini. Pesona kematangan, yang merubah kekaguman menjadi sebuah kata bernama 'cinta'.


Thursday 28 November 2013

Aura Kehidupan

Jika cinta menyerupai air pada beberapa tabiat dasarnya, maka sifat utama air yang melekat padanya adalah fakta bahwa air adalah sumber kehidupan. Jika cinta adalah gagasan tentang bagaimana menciptakan kehidupan yang lebih baik, dan tindakan utamanya adalah memberi untuk menumbuhkan, maka kekuatan pesona utama seorang pencinta adalah aura kehidupan yang memancar dari dalam dirinya.

Aura kehidupan. Ya, aura kehidupan. Ia membuat orang-orang di sekelilingnya merasakan denyut nadi kehidupan, merasakan hamparan keindahan hidup, merasakan alasan tentang mengapa mereka hidup dan harus melanjutkan hidup, merasakan alasan untuk bertumbuh demi merakit pemaknaan tiada henti terhadap kehidupan. Ia, intinya, membuat orang-orang di sekeliling merasa hidup. Sebab ia menebar benih kehidupan di ladang hati mereka. 

Aura kehidupan. Ya, aura kehidupan. Sebab ia hidup. Dan hidup itu nyata pada setiap jengkal tubuhnya, pada setiap detak jantungnya, pada setiap hembusan nafasnya, pada setiap langkah kakinya, pada setiap uluran tangannya, pada setiap kedipan matanya, pada setiap kata dan suaranya. Gagasannya seluruhnya adalah tentang kehidupan yang lebih baik. Niat seluruhnya adalah penumbuhan yang membuat hidup lebih baik.

Aura kehidupan. Ya, aura kehidupan. Sebab ia memiliki dan menggabung tiga pesona utama para pencinta; pesona raga, pesona jiwa, dan pesona ruh. Ketiga pesona itu terbingkai rapih pada sebuah "akar besar" yang menerangi kehidupannya dan kehidupan orang-orang di sekitarnya. 

Maka mendekat-dekatlah padanya, niscaya engkau kan merasakan betapa air kehidupan serasa mengalir pada setiap sudut jiwa dan ragamu. Maka tataplah matanya, niscaya engkau akan merasakan gairah kehidupan yang memberimu semangat baru untuk terus hidup, terus melanjutkan hidup. Maka dengarkanlah kata-katanya, maka engkau kan merasakan betapa engkau layak dan pantas mendapat kehidupan yang berkualitas, kehidupan yang lebih baik. Dan jika Tuhan mengijinkan engkau merasakan sentuhannya, niscaya engkau kan merasakan betapa air kehidupan mendidih dalam tubuhnya. Dan jika Tuhan memperkenananmu hidup berlama-lama dengannya, niscaya engkau kan merasakan betapa perlindungan dan penumbuhannnya membuatmu terengkuh dalam rasa aman dan nyaman.

Engkau bahkan tidak pernah begitu yakin tentang pesona apa yang pertama kali menawanmu. Apakah kulit hitam yang tak dapat menyembunyikan cahaya matanya? Atau ketegasan sikap yang tidak dapat merahasiakan kebajikan hatinya? Atau kelembutan bawaan yang yang tidak sanggup menutup-nutupi keberaniannya? Atau diam panjang yang tidak mampu menghalangi ilmu dan wawasannya? Atau badan kurus yang dijelaskan oleh puasa dan pengendalian dirinya? Atau? Tidak! Semua tampak menyatu dalam dirinya: ruhnya yang halus, jiwanya yang lembut, terbungkus dalam raganya yang kokoh, terangkai dalam perilaku yang terbimbing akal besarnya. Tapi itu semua ada dalam dirinya. Dan ketika ia keluar, ia hanya memancarkan satu hal : aura kehidupan. Dan itulah yang engkau rasakan dan yang mungkin sekali engkau ketahui asal muasal dan akarnya dalam dirinya. Dia bukan sebuah profil sempurna. Dia hanya sebuah kehendak yang lebih nyata. Dia bukan Nabi yang tak mungkin salah. Dia hanya sebuah tekad perbaikan berkesinambungan yang tak henti-henti. Dan itulah aura kehidupan: gairah yang tak pernah selesai. 

-Anis Matta, Serial Cinta, Aura Kehidupan-



--------------------


Thursday 7 November 2013

Kantor Baruu

Well, ini hari pertama di kantor baru setelah terjadi pemindahan dari kantor ujung berung menuju kantor dipatiukur. Suasanan baru, tentu menuntut adaptasi lagi. Orang-orang baru, suasana baru, dan tugas baru tentunya.
Secara itung-itungan logika, sebetulnya kepindahan ini membawa banyak kebaikan. Jarak dari rumah menuju kantor yang setengah perjalanan lebih dekat dibanding ujungberung. Akses yang lebih mudah ke berbagi tempat. Dan salary yang mestinya juga lebih besar. hahaha. well, untuk hal ini, aku harus bersyukur. Alhamdulillah 'ala kulli hal..

Tapi perpisahan selalu menyisakan cerita melankolis. Aku baru saja merasa nyaman dengan lingkungan kerja di ujung berung, baru saja kenal dengan orang-orang di sana. Baru saja merasa dekat dengan teman-teman desainer yang begitu asik. Beberapa minggu ini entah mengapa aku begitu menikmati perjalanan ke kantor yang menghabiskan 4 jam bulak-balik, naik bis umum yang sebelumnya merupakan alat transportasi yang selalu aku hindari. Baru saja aku bisa menikmati perjalanan panjang itu dengan dzikir pagi-petang, tilawah, membaca buku. Itu adalah rutinitas yang sedang aku nikmati selama perjalanan panjang ini. Memberikan kursi pada ibu hamil, atau orangtua yang naik bis, aku sangat menikmati saat-saat itu yang entah mengapa aku merasa itu adalah lahan shadaqah yang hanya ada di bis, tidak di angkutan umum yang lain. Memperhatikan orang-orang di pinggir jalan, di dalam bis. Dan semuanya..

Tapi mungkin Allah ingin aku terus belajar. Kantor di ujung berung sudah menjadi comfortzone dan aku harus keluar dari zona itu untuk mulai lagi belajar banyak hal baru. 

'Big Power for Big Responsibility', itu kata spiderman. Dan itu yang akan aku hadapi sekarang, bertanggungjawab lebih atas semua ini. Belajar lebih cepat dari sebelumnya. 

Keputusan ini memang begitu mendadak dan mengagetkan. Bahkan kesemua dari 5 orang yang dipindah tugaskan kesini, cenderung berat hati menerima keputusan ini. It was so suddenly. Terlebih untuk aku yang baru bekerja 2 bulan. Juga dengan jobdesk yang masih belum jelas dan menimbulkan banyak ketidak-nyamanan. Tapi mengeluh juga tidak akan menjadikan tugas baru ini menjadi lebih ringan, tp justru sebaliknya. Bersyukurlah! Maka bismillah, semoga Allah memudahkan segalanya. Semoga ini memang rencana terbaik yang Allah sediakan. 

Selamat belajar, Has!


Wednesday 6 November 2013

Cinta dan Produktivitas

Pada mulanya cinta adalah gagasan tentang bagaimana membahagiakan dan menumbuhkan orang lain. Selanjutnya cinta adalah kemauan baik yang menjembatani gagasan itu menuju alam kenyataan. Sisanya adalah kemampuan. Cinta yang hanya berkembang di batas gagasan dan kemauan baik akan tampak seperti pohon rindang yang tak berbuah.

Bagian cinta yang pertama dan kedua, gagasan dan kemauan baik, biasanya terbentuk dari serangkaian penghayatan akan nilai-nilai luhur kemanusiaan dan keagamaan tentang kehidupan dan hubungan antar manusia di dalamnya, hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan alam. Sedalam apa penghayatan itu dalam diri seorang pencinta, sedalam itu pula sumber energi cinta yang ada dalam dirinya.

Tapi bagian ketiga dari cinta, kemampuan, memerlukan latihan dan proses pembelajaran. Kalau kita mau memberi, kita harus belajar berlatih bagaimana memiliki. Kalau kita mau memperhatikan orang yang kita cintai, kita harus belajar dan berlatih untuk tidak membutuhkan perhatian orang lain. Kalau kita mau menumbuhkan sang kekasih, kita haru sbelajar dan berlatih bagaimana bertumbuh sendiri terlebih dahulu. Begitu seterusnya : memberi, memperhatikan, menumbuhkan, merawat dan melindungi mengharuskan kita memiliki kemampuan pribadi untuk melakukan tindakan-tindakan produktif.

Membangun kemampuan mencintai berarti membangun kemampuan produktif dalam diri kita. Menjadi seorang pencinta sejati berarti menjadi seorang produktif yang selalu berorientasi bukan hanya pada proses, tapi juga terutama hasil akhir. Produktivitas adalah indikator kematangan seorang pencinta. Seorang pencinta yang tidak produktif adalah pohon rindang yang tidak berbuah.

--- Anis Matta, Serial Cinta, Membangun Kemampuan Mencintai---


Buku ini benar-benar membuka mata dan paradigma saya tentang sebuah kata bernama cinta. Ust. Anis Matta rasanya betul-betul bisa menyelami makna cinta ini dengan begitu dalam. Ini kali ke-dua saya membaca buku ini, tapi baru kali ini saya bisa memahami kata-kata beliau yang cukup tinggi.

Cinta dan produktivitas mungkin yang ingin Allah sampaikan pada kita. Tentang cinta seorang Rasul pada umatnya, cinta orangtua pada anaknya, cinta seorang suami pada istrinya, cinta seorang anak pada orangtuanya. Memang betul, ketika kita mencintai seseorang atau sekelompok orang, biasanya kita memiliki keinginan untuk selalu memberi pada yang kita cintai. Sesederhana memberi salam, menanyakan kabar, memberikan semangat, sesederhana itu.

Namun ketika cinta kita bertumbuh semakin besar, maka keinginan untuk memberi itu juga akan bertambah besar. Dari sanalah kemudian kita mengupayakan diri kita untuk bisa memberi banyak hal esar pada orang yang kita cintai. Energi itulah yang kemudian tumbuh menjadi semangat perubahan dalam diri kita, karena tak mungkin kita memberi tanpa kita belajar untuk memiliki.

Cinta memang bisa mentransformasikan manusia menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Mungkin itu juga yang Allah maksud dengan 'Lelaki baik untuk perempuan baik'. Seseorang yang mencintai seorang atau sekelompok orang yang baik, tentu ia akan berusaha untuk menjadi lebih baik, agar bisa memiliki standar baik yang minimal sama dengan orang atau sekelompok orang yang dicintainya.

Maka ketika kita memutuskan untuk mencintai, bersiaplah untuk bertransformasi menjadi manusia dengan produktifitas tinggi.


Adik Ketemu Gede

Hari ini entah kenapa begitu stuck, kerjaan rasanya sulit sekali untuk bertransformasi dari alam pikiran menuju alam digital. Ah baiklah, kita ng-blog dulu sajah #eh

----

Di sela-sela waktu yang ga produktif ini tetiba ingin buka wasap yang sebetulnya paket internetnya udah abis. Jadi sebetulnya yang muncul adalah chat di malam hari yang belum sempat terbuka. Lalu muncullah 57 notifikasi dari grup kelompok mentoring adik-adik yang kemarin sempat kupegang. Sekarang sudah berganti mentor, dan dipegang oleh yang lain.

Percakapannya seperti biasa, tak lepas dari perbincangan seputar jadwal mentoring pekan ini kapan yaa. Mereka bersahutan menyampaikan kegiatan-kegiatannya sepulang sekolah. Hingga ada yang bertanya, 'Kalau aku mentoring, itu berarti aku menolong agama Allah ga?'. Yang lain bersahutan menanggapi dengan pendapatnya masing-masing, sembari melaporkan waktu kosongnya untuk mentoring. Hingga akhirnya yang bertanya tadi memberikan closing statement, 'Kalau gitu ga apa hari Rabu. Insyaallah yang bakal nolong aku Allah, bukan yang lain'. #nyesss..

----

Aaah, tetiba begitu rindu pada adik-adik mentoringku. Sejak angkatan 2010 hingga angakatan 2013 yang kisahnya aku ceritakan di atas. Betapa rindu pada setiap minggu yang aku harus datang lagi ke sekolah. Setiap minggu menanyakan kabar dan kepastian hari mentoring. Setiap minggu menyiapkan materi apa yang akan disampaikan. Setiap minggu mendengarkan celoteh mereka, mulai dari jajan pas istirahat sampai cerita rapat-rapat rutin mereka. Setiap minggu mendengar curhat mereka, mulai dari virus-virus merah jambu ala putih-abu hingga saat mereka mulai dilarang mentoring oleh orangtua karena takut diajari aliran sesat. Haha.. lucu sekali. Mungkin dulu juga aku begitu pada teteh-teteh mentorku. 

Sungguh diantara begitu banyak nikmat keimanan yang Allah berikan adalah nikmat diberikannya adik-adik mentor yang hampir setiap pekan selalu mewarnai kisah mingguanku. Bertemu mereka lagi, mendengar cerita mereka lagi, memberikan 'dongeng' lagi, dan begitu seterusnya. Kejadian yang monoton sebetulnya, tapi selalu saja ada rasa rindu jika satu atau dua minggu saja terlewat, tak ada mentoring. 

Di setiap akhir mentoring, biasanya adik yang bertugas sebagai MC, menutup dengan kata-kata yang nyaris serupa pada setiap kelompok yang berbeda. 
"Alhamdulillah mentoring kali ini telah selesai. Terimakasih kepada Teh Hasri yang sudah memberikan materi dan mendengarkan curhatan kita semua. Mohon maaf kalau ada salah-salah kata. Kita tutup dengan bacaan istighfar, hamdalah dan do'a akhir majelis"
Hampir selalu seperti itu. Padahal seusai mentoring dengan mereka, dalam hati aku selalu bersyukur, "Terima kasih Ya Rabb, telah mempercayakan mereka kepadaku. Pada seseorang yang sungguh masih sedikit ilmu, masih sering berbuat dosa, masih sulit untuk mengendalikan hawa nafsu, masih takut berbicara di depan umum, masih sering malas-malasan dalam beribadah. Tapi karena mereka aku mau merubah diriku. Menambah ilmuku setiap pekan sebelum bertemu dengan mereka. Malu jika akan berbuat dosa. Malu jika mengikuti hawa nafsu. Belajar berbicara di depan mereka, meski lidah ini kelu. Dihantui oleh setiap kata-kata yang muncul dari mulutku sendiri. Dan malu jika ibadahku pas-pasan. Terima kasih telah mengirimkan mereka untukku, yang dengannya aku berubah banyak."

Sekarang mereka telah berpencar ke banyak penjuru Indonesia, bahkan beberapa diantaranya ada yang telah berpindah ke negeri seberang. Beberapa diantaranya ada yang masih mentoring, ada juga yang sudah tidak. Kadang dari mereka masih ada yang meminta mentoring lagi saat musim liburan tiba, dan mereka semua berkumpul di Bandung. 

Ah, tetiba teringat betapa begitu banyak hak-hak mereka yang lalai aku tunaikan. Seringkali aku luput menanyakan kabar mereka yang telah berpindah ke lain kota. Seringkali aku lupa untuk sekedar menanyakan kabar. Seringkali aku kelu ketika melihat beberapa diantara mereka yang mulai berubah. Ah pasti itupun karena aku. Aku yang masih banyak sekali kurangnya dan penuh dengan keterbatasan dalam membersamai mereka. Aku yang apa adanya dan sangat minim ilmu.

Rindu itu semakin menjadi-jadi sekarang. Membayangkan hari-hari bersama mereka. Lingkaran-lingkaran itu. Mereka yang putih-abu. Lantai 4 sekolah kami. Foto bersama, makan bersama. Dan yang tak ternilai harganya adalah saat sedikit demi sedikit mereka mulai merasa bangga akan keislamannya, semangat beribadahnya, semua itu begitu menamparku dan membuatku berkaca pada diriku sendiri.

Adik-adikku, dimanapun kalian berada sekarang. Terimakasih telah hadir dalam lembaran hidupku, memberikan perubahan yang sangat berarti bagiku. Maaaf atas begitu banyak hak-hak yang belum sempat tertunaikan. Atas kesepakatan yang tak terjaga. Semoga Allah selalu menjaga kita, menjadikan kita wanita-wanita shalihah sebagai sebaik-baik perhiasan dunia. Semoga Allah menjadikan kita guru terbaik yang melahirkan anak-anak peradaban.


Tuesday 5 November 2013

Pelajaran Cinta

Memang tidak mudah. Sebab tidak karena kamu mencintai, lalu hendak memberi, atau kamu menebar pesona kematanganmu melalui itu, maka cintamu terbalas. Fakta ini mungkin pahit. Tapi begitulah adanya: kadang-kadang kamu harus belajar menepuk angin, bukan tangan lain yang melahirkan suara cinta.

Sebabnya sederhana saja. Cinta itu banyak macamnya. Ada cinta misi: cinta yang memang kita rencanakan sejak awal. Cinta ini lahir dari misi yang suci, didorong oleh emosi kebajikan dan didukung dengan kemampuan memberi. Misalnya cinta para Nabi kepada umatnya, atau guru kepada muridnya, atau pemimpin kepada rakyatnya, atau ibu kepada anaknya. Jiwamu dan jiwa orang yang kamu cintai tidak mesti bersatu. Cinta ini sering tidak berbalas. Bahkan sering berkembang jadi permusuhan. Lihatlah bagaimana Nabi-nabi itu dimusuhi umatnya, atau para ibu yang ditelantarkan anak-anaknya di usia tua, atau pemimpin yang baik dibunuh rakyatnya, atau guru yang dilupakan murid-muridnya.

Inilah cinta yang paling luhur. Paling suci. Sebagian besar kebaikan yang kita saksikan salam kehidupan kita, bahkan dalam sejarah umat manusia, sebenarnya merupakan buah dari cinta yang lain. Ambillah contoh: 1,3 milyar umat islam saat ini adalah hasil perjuangan berdarah-darah sang Nabi beserta para sahabat-sahabatnya. Itu cinta misi.

Tapi ada jenis cinta yang lain. Cinta jiwa. Cinta ini lahir dari kesamaan atau kegenapan watak jiwa. Jiwa yang sama atau berbeda tapi saling menggenapi biasanya akan saling mencintai. Cinta ini lazim ada dalam hubungan persahabatan dan perkawinan atau keluarga. Cinta ini mengharuskan adanya respon yang sama: cinta tidak boleh bertepuk sebelah tangan di sini.

Ada cinta ketiga. Cinta maslahat. Cinta ini dipertemukan oleh kesamaan kepentingan. Mereka bisa berbeda watak atau misi. Tapi kepentingan mereka sama maka mereka saling mencintai. Misalnya hubungan baik yang lazim berkembang di dunia bisnis. Suara ramah dari penjawab telepon atau senyum manis seorang pramugari atau layanan sempurna seorang resepsionis hotel: semua berkembang dari kepentingan tapi efektif menciptakan kenyamanan jiwa (comfortability). Anda adalah bagian dari pekerjaannya. Bukan jiwanya. Anda adalah kepentingannya. Bukan jiwanya.

--- Anis Matta, Serial Cinta, Pelajaran Cinta ---

Cinta memang kata yang sulit didefinisikan atau justru kata yang memiliki banyak definisi. Dari buku Ust. Anis Matta ini ada banyak pelajaran yang bisa kita ambil, tentang cinta.

Bagi siapapun yang sedang mengumpulkan batu bata untuk membangun sebuah rumah tangga, semoga cinta yang mendasari bangunan itu tak hanya sekedar cinta jiwa, cinta yang lahir dari sebuah kesenyawaan jiwa yang saling menggenapkan dan melahirkan sebuah ketenangan semata. Semoga cinta yang mendasari bangunan itu adalah sebuah 'Cinta Misi', cinta yang memiliki sebuah tujuan dan cita-cita agung di akhirnya. Cinta yang tak hanya mengharapkan kegenapan jiwa dan kepuasan biologis semata. Tapi ada sebuah cita-cita besar yang menjadi tujuan bersama dari bangunan tersebut. Cinta yang tak akan hilang meski cinta jiwa mengalami penurunan kualitas, jika suatu saat sebuah bencana menguji kualitas bangunan mereka. Cinta yang bisa menjadikan bangunan mereka adalah sebuah mesin peradaban, yang melahirkan agen-agen kebahagiaan untuk orang-orang disekitarnya.

Semoga memang bangunan itu akan terbentuk dari cinta yang berlandaskan misi yang agung, misi yang jauh kedepan dan dibutuhkan banyak 'bekal' untuk mencapainya. Bukan sekedar cinta jiwa, yang lahir dari persamaan dan kesegenapan. Bukan sekedar cinta jiwa yang lahir dari ketertarikan dan kenyamanan dua insan. Apalagi sekedar cinta maslahat, yang lahir hanya karena sebuah kepentingan semata, yang jika kepentingan itu tercapai maka selesailah sudah cintanya. 

Bagaimana menumbuhkan 'cinta misi' ini? Tentu kita harus  lebih banyak 'belajar' dan 'membaca' lagi..



Sunday 3 November 2013

Memaafkan Kesalahan Diri #2

"Katakanlah: "Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Az-Zumar: 53)

Tak ada seorang manusiapun di dunia ini yang luput dari salah dan dosa. Bahkan Rasulullah saw. yang dima'sum oleh Allahpun pernah melakukan khilaf yang kemudian ditegur langsung oleh Allah dan diabadikan dalam Al-Qur'an surat 'abasa. Begitulah manusia, sejatinya memang masa hidupnya adalah masa pengujian, trial and error. Memang seperti itulah manusia, masa hidupnya adalah masa belajar.

Kesalahan seringkali membuat manusia merasa terpuruk dan hina ketika tersadar bahwa yang telah ia lalui adalah sebuah kenistaan. Ia akan merasa kecil, tak berdaya. Kesalahan-kesalahannya membuatnya seakan menjadi makhluk yang paling hina dan tak pantas untuk diampuni. Bahkan tak sedikit dari mereka yang telah menyadari kesalahannya, merasa bahwa dosanya telah teramat besar dan mustahil Tuhan akan mengampuninya, maka tenggelamlah ia dalam lautan dosa dan tak sanggup naik ke daratan taubat. Di satu sisi, kita bisa melihat kewajaran dari sikap tersebut. Ketika ia mulai menyadari kesalahannya, melihat dampak dari dosa-dosanya, membandingkan dirinya dengan oranglain yang jauh lebih baik, itu memang akan membuatnya merasa semakin tak berdaya hingga sampai pada kondisi fatal, ia menyerah pada dosa dan kesalahannya. "Biarlah, aku sudah terlanjur kotor. Tak ada lagi yang mau menerimaku" 

Tapi itukah yang Allah inginkan dari kita? Maka untuk apa Allah sediakan surga, jika nafsu yang Ia ciptakan untuk kita hanya akan menggiring kita pada neraka-Nya?

Manusia bukanlah malaikat yang memang hidupnya hanya untuk mengabdi pada Allah. Ia tidak Allah sisipkan rasa membangkang dalam dirinya. Tapi manusia juga bukanlah iblis yang memang telah mengikrarkan hidupnya untuk mecari sebanyak-banyaknya kawan di neraka untuknya. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang Allah berikan pilihan untuk hidupnya, apakah akan menjadi kawan dari malaikat ataukah menjadi kawan dari iblis. Segala hal yang Allah titipkan pada manusia berupa akal, hawa nafsu, intuisi dan segala fitrah manusia, adalah bekal yang Allah berikan untuk kita bisa memilih jalan hidup tersebut. Akal digunakan untuk berpikir dan berlogika tentang sesuatu yang baik atau buruk, pantas atau tidak. Hawa nafsu Allah titipkan untuk mengolah perasaan kita, kemanakah ia lebih diarahkan, apakah kepada nafsu yang baik ataukah sebaliknya. Intusi adalah kepekaan naluriah yang berhubungan dengan alam bawah sadar, yang sadar ataupun tidak, ini berkaitan erat dengan kedekatan manusia pada Tuhannya.

"Tuhanmu telah menetapkan atas diriNya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barangsiapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya, dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al An'aam: 54)
Itulah jawaban Allah atas hamba-hamba-Nya yang berbuat salah. Allah meminta kita untuk datang kepada-Nya, memohon ampunan-Nya, dan berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Itulah yang Allah inginkan dari kita. Ia yang menciptakan kita dan tahu betul tabiat kita. Allah tahu betapa kita pasti akan pernah melewati jalan yang salah, maka Allah selalu menyediakan kesempatan bagi kita untuk kembali atau berbalik arah. Allah tahu kita makhluk yang perlu banyak belajar, maka Allah selalu membukakan ampunan-Nya bagi mereka yang mau belajar dari kesalahan-kesalahnnya. 

Maka tak ada lagi alasan untuk terjerembab dalam kubangan dosa. Tak ada lagi alasan untuk tenggelam dalam lautan khilaf. Tak ada kata menyerah pada keadaan. Bangkitlah! Bergeraklah! Temukan jalan kembali kepada-Nya. Sama halnya ketika kita tersesat dalam mencari sebuah alamat, ketika kita menemui jalan buntu, kita harus kembali memutar arah, mencari jalan yang benar, meski dengannya kita akan mengalami kesulitan seperti berjalan dalam labirin, meski dengannya kita mungkin akan merasa malu karena orang-orang yang ada di pinggir jalan menyaksikan bahwa kita tersesat, meski dengannya kita harus menambah bahan bakar kendaraan kita karena ia telah terkuras dalam perjalanan yang menyesatkan tadi. Tapi itu bayaran yang harus kita berikan untuk keluar dari kebuntuan dan mencari alamat yang benar, untuk sampai pada tujuan yang memang kita harapkan. 

Bagi mereka yang baru menyadari bahwa selama hidupnya sering melakukan kesalahan pada orang-orang sekitarnya, sering membuat jengkel teman-teman atau tetangga atau yang selama bertahun-tahun menjadi public enemy. Bangkitlah! Mohon ampun pada Allah, meminta maaf pada manusia, dan mulailah bersikap baik pada sesama. Jangan marah ketika dalam perjalanan meminta maaf akan ada yang tidak memaafkan atau malah balik mencemooh. Itu bukan urusan kita. Allah akan melihat segala usaha kita dan kelak ketika Allah telah meridhoi kita, ia akan menggerakkan hati-hati manusia untuk juga memaafkan kesalahan-kesalahan kita. Bukankah Ia yang Maha membolak-balikkan hati manusia?

Anak-anak yang selama ini sering mengecewakan orangtuanya. Tak sekali membuat mereka menangis karena tingkah kita. Melakukan larangan Allah yang bahkan kita tak boleh berkata "ah!" pada mereka. Masih ada waktu untuk memohon ampun pada Allah dan meminta maaf pada kedua orangtua kita. Manfaatkanlah waktu yang tersisa untuk memuliakan mereka. Membalas segala kasih sayang dan kebaikan mereka, meski itu tak akan pernah sebanding sebetulnya. Jika mereka telah tiada, jadilah anak yang shaleh yang do'anya bisa meringankan siksa kuburnya, yang amalanya bisa membawa mereka untuk ke surga. 

Untuk para orangtua yang baru menyadari bahwa selama ini salah mendidik anak-anaknya. Bertahun-tahun melakukan keburukan di depan anak-anak yang kemudian dicontoh oleh mereka. Melalaikan hak-hak anak yang selama ini mereka harapkan. Menyumbang masalah sosial karena telah melahirkan anak yang justru malah meresahkan banyak orang. Tak perlu berputus asa, cukuplah yang dahulu menjadi pelajaran yang berharga. Masih ada waktu untuk memohon ampun pada Allah dan dengan rendah hati meminta maaf pada anak-anak. Masih ada waktu untuk menata kembali kehidupan keluarga yang sempat kacau karena kesalahan di awal. Masih ada waktu untuk mendidik anak-anak shaleh yang kelak akan menjadi amal yang tak terputus ketika nyawa telah berpindah ke alam yang berbeda. 


Bagi dua insan manusia yang saling mencinta namun belum terikat dalam ijab ibadah yang menghalalkannya. Mohon ampunlah pada Allah atas segala khilaf yang terlanjur dilakukan. Atas perhatian-perhatian dan perasaan-perasaan yang terlanjur diumbar pada waktu yang belum saatnya. Atau bahkan jika ada larangan Allah yang justru telah terlanggar. Mohon Ampunlah pada-Nya. Mohonlah cinta-Nya yang lebih utama daripada cinta dari makhluk-Nya. Mohonlah pada-Nya untuk meridhoi cinta kalian dan menyampaikannya menjadi ibadah yang nilainya setengah agama. Putuskanlah hal-hal yang belum hak dan dapat membuat-Nya cemburu pada cinta kalian. Berkomitmenlah untuk saling menjaga perasaan dan menyerahkannya pada Allah. Masih ada waktu untuk menjadikannya proses yang baik untuk niat yang sangat baik. Masih ada waktu untuk memulai sebuah ibadah yang besar dengan awalan yang baik. Masih ada kesempatan untuk membangun peradaban kecil pada rumah tangga kalian kelak, dengan ikhtiar terbaik yang diridhoi-Nya. Karena alangkah lebih baiknya jika sebuah rumah tangga yang berkah diikhtiarkan dan diawali dengan proses yang juga penuh berkah.

Untuk siapapun yang sedang berjuang mendapatkan ridho dan ampunan-Nya, tetaplah berikhtiar untuk itu. Tak peduli seberapa panjang jalan yang harus kalian tempuh. Tak peduli seberapa sakit luka yang harus kalian obati. Tak peduli berapa banyak orang yang akan mentertawai. Yakinlah, cinta Allah yang sedang kalian perjuangkan, yang balasannya bahkan tak ternilai oleh bumi dan seisinya.

Teruslah berjalan menuju ampunan-Nya. Bayangkanlah berapa orang yang akan bahagia melihat perubahan kalian. Berapa pasang mata yang akan menangis haru mendengar permintaan maaf kalian. Dan berapa banyak malaikat yang akan ikut mendoakan dan meng-amin-kan do'a-do'a kalian. 

Semoga kita tergolong hamba-Nya yang selalu belajar atas kesalahan dan kebaikan. Semoga kita tergolong hamba-Nya yang tak pernah berputus asa pada rahmat Allah, Tuhan yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan Maha Pengampun.


“….dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yg kafir.”  (QS. Yusuf :87)


Friday 1 November 2013

cinta


Kesenangan ini

Kesenangan dunia mungkin memang Allah sediakan untuk menguji manusia. Sebagiannya disediakan untuk menguji rasa syukur dan sebagian lainnya disediakan untuk menguji ketaatan kepada-Nya. 

"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak laki-laki, harta yang banyak dari jenis emas dan perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik."
(Ali ‘Imran: 14)
Pada hakikatnya kesenangan dunia akan selalu sejalan dengan hawa nafsu manusia; nafsu muthmainnah, nafsu amarah, nafsu lawamah. Banyak hal yang bisa memuaskan manusia untuk 3 nafsu tersebut. Berbuat baik, bersikap ramah, menjalankan segala sesuatu yang sejalan dengan fitrah manusia kita selalu akan memuaskan nafsu muthmainnah kita, karena memang pada dasarnya setiap manusia memiliki jiwa hanif yang Allah titipkan dalam ruhnya. Menyalurkan perasaan kita, marah ketika kita jengkel, geram ketika ketidak-adilan muncul, itu sejalan dengan nafsu amarah kita. Bukan berarti manusia itu makhluk yang pemarah, tapi nafsu ini tentu Allah ciptakan juga untuk membentuk keseimbangan di alam semesta. Kenyamanan terhadap lawan jenis, perasaan tertarik pada kutub yang berbeda, kelengkapan senyawa yang Allah sengaja ciptakan antara kaum adam dan hawa, itu semua Allah ciptakan untuk menjalankan fungsi nafsu lawamah kita. Bukan untuk sesuatu yang berbau tak senonoh, tapi lagi-lagi itu Allah sinergikan dengan alam dengan membuat segala aturan dan kerangka yang menjadikannya halal dan bernilai separuh keyakinan, itulah yang membedakan manusia dengan binatang.

Kesenangan dunia memang Allah ciptakan untuk menguji dari hamba-hambaNya, mana yang paling baik amalnya, siapa yang paling teguh ketaatannya dan siapa yang benar-benar mengabdi kepada Rabb-nya.

"Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, " (QS. Al-Mulk : 2)
Kesenangan hidup memang selalu harus senantiasa kita sikapi dalam perspektif seorang hamba. Hamba Allah, yang menjadikan-Nya Illah, tujuan dari setiap langkahnya. Hamba Allah yang menjadikan-Nya Rabb, Tuhan yang menggenggam hidupnya dan yang paling menyayanginya. Hamba Allah yang menjadikan-Nya Raja, penggenggam segala aturan yang harus dipatuhinya. Perspektif inilah yang kemudian bisa menggerakan seorang hamba, untuk senantiasa mengarahkan hawa nafsunya pada kehendak Tuhannya. Menyeimbangkan antara tiga nafsu tersebut untuk tidak berbenturan satu sama lain. Mengoptimalkan segala yang baik dari tiga nafsu tersebut untuk menjadikannya manusia yang ahsanu amala, manusia dengan sebaik-baik amal.

Kesenangan dunia adalah ujian sekaligus nikmat yang Allah hadiahkan untuk kita agar berpikir dalam serta menghayati setiap jengkal kehidupan yang kita lalui.

Ya Rabbi, jadikanlah kami hamba-Mu yang peka terhadap segala Iradah-Mu, jadikanlah kami hamba-Mu yang bersyukur sekaligus hamba-Mu yang selalu berhati-hati, menelaah dengan dalam apa yang sebenarnya Engkau inginkan atas segala yang Engkau titipkan.
Ya Rabbi berikanlah selalu petunjuk-Mu agar kami selalu berada di dalam jalan-Mu
Ya Rabbi jangan biarkan kami tergelincir pada kesenangan dunia yang sebetulnya adalah ujian dunia.

Ya Rabbi, sampaikanlah kami dengan selamat pada akhir kehidupan dunia ini dan sampaikanlah kami pada kehidupan yang kekal abadi, di Jannah-Mu kelak.


Friday 18 October 2013

Teruslah Bergerak

Istirahatnya seorang muslim adalah saat ia telah menginjakkan kakinya di surga

Nampaknya kalimat diatas itu benar adanya. Tadi siang saat jam istirahat di kantor, seperti biasa kami para desainer selalu asik ngobrol sambil menyantap makan siang. Obrolan yang selalu seru dan hampir tak berujung, bahkan ketika jam istirahat habispun kami masih sering asik dengan tema obrolan kami.

Siang ini salah seorang teman kantor, Teh Detika yang baru saja melahirkan putra pertamanya, bercerita tentang ceritanya selama proses melahirkan. Selama dua hari ia merasakan mules akan melahirkan sebelum akhirnya si Jalu hadir di alam dunia ini. Rasa sakit yang teramat sangat katanya, jauh lebih sakit dari sakit haid yang biasa kualami saat datang bulan. Detik-detik menjelang melahirkan, semakin banyak rasa yang muncul, mulai dari sering buang air kecil hingga sakit yang teramat sangat, sampai terasa dingin hingga ke tulang, katanya. Kami yang mendengarkan, membayangkannya sampai ngilu-ngilu sendiri. Katanya, rasanya kayak diharkosin, nunggu-nunggu, kapan ya lahirannya...? Duh kebayang ya, sakit haid aja sering ga tahan sampe guling-guling sendiri di kasur, apa  rasanya mules akan melahirkan? ga bisa guling-guling pula..

Dalam hati saya berpikir, setelah melahirkan pasti rasanya sangat lega ya.. dan kesusahan yang dialami selama 9 bulan rasanya akan hilang. Ternyata tidak. Teh Detika melanjutkan ceritanya, tentang bagaimana proses persalinannya, tentang jahitannya, ah pokoknya ngilu abislah. Tapi beliau bilang, Waktu ngelahirin itu ga terlalu sakit, yang lebih sulit itu justru ketika awal-awal menyusui. Ketika dede bayinya belum bisa spontan minum sendiri, sedang persediaan ASI sudah mulai banyak. Katanya, rasanya itu sakiiiit sekali, seperti abses (pembengkakan) gitu. Sampai akhirnya ASI harus dikeluarkan secara manual, tanpa bantuan si dede dan itu rasanya sakit sekali, katanya.

Sampai disini, kemudian saya ingat sebuah kalimat di awal tulisan ini. Sepertinya memang niscaya bahwa sejatinya kita tidak bisa beristirahat sebelum kaki kita sampai di surga. Selalu ada hal baru yang harus kita lakukan, setelah kita selesai mengerjakan 'hal besar' dalam hidup kita. Teringat ketika dulu lulus dari SD, lanjut SMP. Kemudian lanjut SMA, setelah selesai langsung memikirkan akan kuliah dimana. Setelah masuk PTN yang diinginkan, ternyata itu belum selesai, karena kuliah juga bukan hal yang mudah apalagi di PTN yang diinginkan tadi. Setelah kuliah, kita juga mesti selesai dengan perkuliahan kita, mengejar tugas akhir, sidang akhir, dan kemudian wisuda.

Setelah wisuda, lalu ditanya lagi mau kemana? kapan kerja? Setelah kerja, ditanya lagi, kapan menikah? Setelah menikah, nanti ditanya lagi, kapan punya anak? Setelah punya anak, ditanya lagi kapan mau ngasik adek lagi? daaaan seterusnya...

Dan memang akhirnya akan selalu begitu, sampai akhirnya tidak akan ada lagi pertanyaan akan kemana, hanya setelah kita benar-benar telah menginjakkan kaki kita di Surga-Nya. Ah Rabbi, indah sekali.. 

Maka yang selanjutnya harus kita lakukan dalam hidup ini memang TERUS BERGERAK. Move On. Bergeraklah, karena jika tidak kita akan tertinggal. Bergeraklah karena waktu tak akan pernah menunggu kita. Bergeraklah karena memang hanya itu yang bisa kita lakukan sebagai manusia, yang ingin dihargai kemanusiaannya sebagai manusia, bukan sebagai binatang atau makhluk-Nya yang lain, yang tidak diberi bekal akal, pikira, dan hawa nafsu.

Maka, teruslah bergerak!


Thursday 17 October 2013

Tentang Keyakinan

Keyakinan itu datangnya dari mana?
Dari setiap detik yang dilewati dan itu membawa kita pada kebulatan tekad

Yakin kalau keyakinan itu benar?
Allahu 'alam. 
Hanya menyerahkan pada takdir Allah, berikhtiar semaksimal yang bisa dilakukan
lalu menyerahkan hasil akhirnya pada Iradat Allah

Gimana kalau ternyata takdir nanti tidak sesuai dengan keyakinan kita?
Fatawakkal 'alallah
Tawakal yang akan mengobati segalanya, insyaallah

Karena manusia hanya bisa berencana, berusaha dan berdo'a. 
Berencana agar kita sampai pada akhir perjalanan dengan selamat.
Berusaha agar Allah memandang kita layak untuk mendapatkan impian kita.
Berdo'a agar kita sadar betul, bahwa kita memang makhluk kecil yang sangat butuh bimbingan-Nya.

Dan sungguh Allah lebih mengetahui mana yang paling baik untuk kita.


Wednesday 16 October 2013

Just Breathe

Wow! Wow! Wow!

Ini persis mirip dengan saat hari sidang tugas akhir. Seharian ga merasa gugup, kepikiran sih, agak tegang, tapi ga seperti kebanyakan orang. Tapi ketika detik-detik mulai mendekat, barulah tegang. Uugh, perasaan apa ini.. Duh, what should I do..?

Emh, baiklah ini bagian dari episode perjalanan hidup yang harus dihadapi. Stay cool, dude! haha
Bismillah..


Thursday 10 October 2013

Bersabarlah..


.......................................................

Bersabarlah.. 
karena langit yang semakin gelap, menandakan bahwa akan semakin dekat dengan pagi.


Bersabarlah.. 

karena gelap ini bisa jadi belum seberapa. Masih ada malam yang akan lebih gelap dan mencekam.


Tidak mudah memang melewati malam, 

tapi yakinlah bahwa Allah pasti akan menghadiahkan pagi dan sinar itu akan muncul kembali.


Bersabarlah.. 

karena kalaupun kita tak sempat mendapati mentari,
 sabar itu sendiri yang akan mengantarkan kita pada balasan langsung dari ilahi Rabbi..


..................................................




..............


Oh God, I'm Growing Up!!!



...............


Monday 7 October 2013

Memaafkan Kesalahan Diri

Ada satu hal yang baru saya sadari tentang hidup ini, satu jam yang lalu. Bener-bener di satu jam yang lalu.
Bahwa hidup kita, tidak hanya sekedar pahala dan dosa yang akan kita pertanggung-jawabkan masing-masing, tapi ada orang lain yang bisa saja terinspirasi atas kebaikan yang kita lakukan dan bisa jadi ada orang lain yang kecewa saat kita melakukan sebuah kesalahan.
Memang benar kalau pada akhirnya, kita akan berurusan dengan apa-apa yang telah kita lakukan, baik maupun buruk. Secara naluriah, manusia dibekali oleh sesuatu yang bernama intuisi yang bisa mengendalikan secara alam bawah sadar tentang sesuatu yang baik ataupun buruk dalam pengertian global dan universal. 

Setiap orang sadar bahwa senyum kita akan memberikan kebahagiaan bagi orang yang melihatnya, begitupun sebaliknya, wajah masam bisa memberikan efek tidak baik bagi orang lain yang melihatnya. Setiap orang tau betul, bahwa menghormati yang tua adalah sifat terpuji. Setiap orang sadar betul bahwa perpakaian serba mini bisa memberikan efek buruk bagi stabilitas sosial, apakah itu pada mata lelaki yang akan lincah berkeliaran kesana kemari ataupun pada keselamatan dari si pemakai pakaian minim tersebut.

Itulah bekal yang Tuhan berikan kepada manusia yang tidak Ia berikan pada makhluk-Nya yang lain. Perasaan peka dan sensitif pada sesuatu yang baik secara manusiawi dan yang bertentangan dengan kemanusiawian. Saya yakin setiap manusia memiliki kepekaan itu, hanya saja berbeda pada tingkatan kepekaannya saja, ada yang sangat peka, ada yang sangat kurang peka.

Sayangnya kepekaan manusia ini seringkali ia benturkan dengan egonya, nafsunya dan pemikiran bahwa "ini hidup gue! salah atau bener, akibatnya bakal cuman gue yang nanggung. Jadi lo ga usah ikut campur. Gue udah siap dengan segala konsekuensinya!" atau singkatnya "Hidup-hidup gue, masalah buat lo?!". Seringkali manusia terjebak pada anggapan itu. Padahal sejatinya, hidup kita jarang sekali yang hanya memberikan efek hanya untuk diri kita pribadi saja.

Misalnya begini, ketika kita belajar rajin maka kita akan bisa mengikuti pelajaran di kelas. Ketika kita bisa mengikuti pelajaran di kelas, ketika ujian kita akan memiliki peluang besar untuk mendapat nilai sempurna. Apakah ketika kita mendapat nilai sempurna, maka kebaikan hanya akan ada pada diri kita saja? Tentu tidak, akan ada guru kita yang merasa berhasil karena ada muridnya yang pintar. Ada orangtua kita yang merasa bangga karena anaknya juara kelas. Ada teman-teman kita yang akan dengan senang hati berteman dengan kita, dan mengambil manfaat dari kepintaran kita. Ada orang lain yang mendapatkan efek dari kebaikan yang kita lakukan. Maka kebaikan itu telah berdampak pada orang-orang lain diluar diri kita.

Itu contoh sederhana yang bisa saya gambarkan. Akan ada banyak hal lain yang memberikan efek sustain pada lingkungan sekitar kita. Begitupun ketika kita melakukan kesalahan. Seringkali ada orang-orang yang sangat sulit untuk disadarkan dari sebuah kesalahan yang ia lakukan. Dia sendiri sadar betul atas kesalahannya itu, tapi ia merasa berat untuk meninggalkan kebiasaan tidak baiknya, lantas berdalih bahwa kesalahannya itu ya akan dia tanggung sendiri, jadi oranglain tidak perlu banyak berkomentar, karena ini adalah hidupnya. Biarlah dia sendiri yang bertanggung-jawab pada Tuhannya.

Sayangnya dia tidak menyadari bahwa ada orangtuanya yang selalu terpaut atas dirinya, saat orang lain mengomentarinya. Ada almamaternya yang juga akan terbawa, ada saudara-saudaranya, ada anak-cucunya kelak yang akan lahir bertahun-tahun yang akan datang, ada agamanya, bahkan ada kebaikan-kebaikannya yang bisa jadi hilang dimata banyak orang saat ia terus menerus tenggelam dalam sikap buruknya.

Jadi berhentilah untuk berkata 'ini hidup gue!', karena setiap kita akan memberikan dampak pada lingkungan sosial kita. Mencobalah untuk selalu memberikan dampak positif bagi lingkungan karena pada akhirnya yang akan tertinggal di dunia hanyalah segala sikap kita pada sekitar.

Tak ada seorangpun yang selalu berada dan melakukan kebaikan di sepanjang hidupnya. Selalu ada khilaf, salah dan dosa. Itu wajar karena kita manusia. Tapi kita juga selalu memiliki kesempatan dan jalan untuk kembali jika suatu saat kita melakukan kesalahan. Jangan pernah berputus-asa pada keburukan diri, karena dengannya justru kita akan belajar untuk menjadi manusia langit yang dipuji oleh para malaikat atas kesabaran kita. 

Teruslah menggapai cahaya-Nya, karena cinta-Nya, ampunan-Nya serta pertolongan-Nya hanya akan kita dapatkan dengan utuh jika kita berjalan menuju-Nya.

Belajarlah untuk memaafkan kesalahan diri dan mintalah kepada-Nya untuk disadarkan dan kembali pada jalan cinta-Nya.

Allahu'alam.




Wednesday 2 October 2013

Kejutan diantara Lapangan Hijau dan Air Hujan

"Pada akhirnya setiap kita, akan memetik hasil atas apa yang telah kita tanam dan kita rawat."

Entah mengapa sejak dulu, aku selalu percaya dan memegang prinsip itu. Sehingga efeknya, dalam setiap kejadian atau takdir apapun yang Allah tetapkan padaku, selalu ada evaluasi atas setiap usaha yang aku lakukan. Ketika takdir baik yang Allah berikan, aku selalu lebih bersyukur karena selalu takdirnya lebih baik atas apa-apa yang aku usahakan. Dan ketika takdir kurang baik yang hadir, aku tak akan terlalu kecewa, karena memang usahaku yang ternyata belum mumpuni.

Bertahun-tahun prinsip ini selalu membantuku dalam berhusnudzon pada setiap iradah-Nya. 

---

Entah ini untuk kesekian kalinya, selalu Allah memberikan lebih atas ikhtiarku. Bulan-bulan setelah kelulusanku, kejutan-kejutan itu malah lebih dinamis lagi. Kadang aku bertanya, "Rabb, pantaskah ini untukku? Rasanya terlalu berlebihan. Tapi terimakasih banyak, aku sangat senang." hehe..

Dan kemarin siang, rasanya begitu banyak kejutan baru yang Allah hadiahkan untukku. Sungguh aku tak menduga akan sejauh ini. Mimpi-mimpi yang awalnya kutulis dengan keraguan, entah mengapa aromanya malah semakin dekat terasa. Tentang yayasan pendidikan, tentang cita-cita sosiopreuneurku dan masih banyak lagi yang lain, rasanya mimpi itu menjadi lebih mungkin untuk kugapai sekarang. Dan sungguh, kemarin siang pun aku bertanya pada-Mu ya Rabb, ditengah derasnya hujan kala itu, aku lagi-lagi bertanya, "Rabb, pantaskah ini untukku? Tidakkah terlalu berlebihan? Tapi terimakasih banyak, aku sungguh sangat bahagia. Terimakasih karena telah menyampaikanku sampai pada kesempatan itu." Ah, sungguh Rabb, aku akan selalu menunggu kejutan-kejutan lain dari-Mu. 

---

Dan lagi-lagi ini tentang menanam dan merawatnya. Menanam segala harapan dan cita-cita kita. Menanam sesuatu yang bahkan logika manusia tak mampu mempercayainya. Merawat mimpi-mimpi tidak mungkin itu, hingga ia tumbuh tinggi dan semakin tinggi. Mungkin untuk jadi tinggi memang tidak mudah, butuh pupuk, disiram setiap hari, dijaga dari hama yang merusak, bahkan ketika musim membuat lingkungan tak bersahabat. Tapi kesabaran untuk merawatnya, itulah yang akan mengantarkan kita pada suatu waktu ketika bunga mulai bermekaran, tumbuh bakal buah, hingga buah tersebut nyata betul bisa kita petik. 

Memang pada akhirnya, bukanlah mewujudkan cita-cita yang mahal harganya. Tapi memiliki cita-cita dan menjaga cita-cita itulah yang mahal, yang tak semua orang miliki, bahkan tak semua orang berani.


Monday 30 September 2013

Pelayaran ini..

Mungkin memang seperti itulah nantinya, tentang setengah dien ini. Bukan hanya tentang ketertarikan dua orang manusia, bukan hanya sekedar kenyamanan, bukan hanya sekedar kecocokan sifat antara dua insan. Bukan itu rasanya.

Ini tentang kesamaan visi yang akan menjadi pondasi dari bagunan yang Allah jadikan sebagai separuhnya dari Agama. Ini tentang sebuah perahu yang akan berlabuh dalam luasnya samudra kehidupan. Bukan untuk sehari dua hari, seminggu, sebulan atau setahun, tapi selalu diniatkan sebagai perjalanan panjang yang hanya umurlah yang akan menghentikannya. Ini tentang ke arah mana perahu itu akan dilayarkan. Ini tentang Sang kapten dan nahkoda, serta awak kapal yang dibawanya di atas samudra itu. Ini tentang lautan yang mana yang akan mereka seberangi. Tentang sejauh mana pelayaran yang mereka rencanakan. Tentang bagaimana mengatur orang-orang yang berada dalam perahu itu untuk bisa saling sepakat atas tujuan pelabuhan mereka, untuk bisa saling menguatkan saat datang ombak besar yang memabukkan, saat badai datang dan meluluh-lantakkan, bahkan disaat terik matahari begitu hangat dan melenakan. Ini tentang bagaimana semua awak perahu tersebut bisa saling menguatkan dan menjaga agar perahu tersebut tidak tenggelam dan karam ditelan badai dan ombak.

Ini tentang misi pelayaran yang mesti dipahami dan disepakati oleh semua awak kapal. Ini tentang pengembaraan menuntaskan separuh keyakinannya. Ini tentang pelayaran yang tak hanya menyelamatkan kehidupan perahunya sendirian, tapi juga bisa saling menguatkan perahu lain yang berlayar menuju pelabuhan yang sama. Ini tentang pengokohan barisan kebenaran, agar kemudian tak banyak perahu yang karam di tengah lautan, akibat para perompak-perompak jalang.

Memang bukan pelayaran yang mudah. Tapi juga bukan keputusan yang tepat ketika kita selalu takut dan tak pernah memutuskan untuk memulai pelayaran, karena kita tak mungkin bisa berlabuh tanpa melakukan pelayaran terlebih dahulu.

Ya, ini tentang pelayaran menuju pelabuhan keridhoan-Nya.
Maka ketika saatnya berlayar telah tiba, Rabb aku mohon, tolonglah aku untuk menemukan nahkoda yang tepat untuk mengarungi samudra yang luas dan penuh ombak. Aku mohon ya Rabb.. 


Sunday 29 September 2013

Jawaban itu...

Pagi ini di motor, menuju kantor.
Akhirnya aku bisa mengatakan itu. Di luar dugaan, bapak malah memberi jawaban yang justru menguatkanku. Sungguh, rasanya ingin menangis saat itu juga.

Sesampai di kantor, hanya shalat dhuha yang bisa mengobatinya. Kemudian entah mengapa bacaan tilawahku setelah itu dimulai dari QS. An-Najm : 27 sampai 2 halaman berikutnya. Dan air mata ini tak tertahankan lagi saat membaca arti ayat-ayatnya.

Duhai Allah, berikanlah selalu petunjukMu. Kuatkanlah bashirahku.

http://www.flickr.com/photos/24024596@N02/4663888702/

Wednesday 25 September 2013

Tentang Rizki dan Profesi

Perjalanan dari rumah menuju kantor dengan jarak tempuh sekitar 30 km, selalu memberikan hikmah baru setiap harinya.

Banyak pemandangan yang membuat batin ini terhenyak. Kali ini pemandangan yang ingin saya ceritakan adalah tentang profesi. Setiap hari saya pergi paling lambat jam 6 pagi dari rumah. Ada banyak profesi yang saya saksikan, tapi tentu tidak akan saya angkat semua. Beresnya kapaan coba, kalau dibahas semua. Ada beberapa yang menarik.

Pukul 06.30 biasanya saya sudah melewati jalan A. Yani, sekitar pasar kosambi. Bagi saya menarik. Ketika kebanyakan orang baru memulai harinya pada jam-jam tersebut, rutinitas di pasar, justru mulai menurun. Orang-orang yang beraktivitas disana sepertinya sudah melewati setengah atau mungkin hampir seluruh aktifitasnya pada jam tersebut. Ini hal yang menarik karena kemudian muncul pertanyaan, 'Jam berapakah mereka memulai aktivitasnya pagi itu?'.

Profesi selanjutnya adalah tukang durian yang ada di bawah jembatan penyebrangan depan GOR PERSIB. Pukul 06.40 saat saya melewati jalan tersebut bapak penjual durian itu selalu sudah duduk santai di dalam lapak jualannya. Menunggu sang pembeli datang di waktu sepagi itu. Dalam batin saya bertanya, "Emang sepagi ini udah ada orang nyari durian ya?"

Profesi terakhir adalah polisi. Entah pukul berapa mereka harus stand-by di posnya masing-masing. Menertibkan jalan, membuka-tutup jalan dan menjaga jalan-jalan yang rawan penumpukan kendaraan. Selama bekerja, mereka menghirup polusi kota bandung yang kian hari kian bertambah. Tapi ya hanya itu dan memang itu yang harus mereka lakukan. Berdiri di jalan dan mengamankannya.

Ada banyak hal yang menyadarkanku selama perjalanan ke kantor. Betapa rizki Allah itu adalah takdir-Nya yang harus dijemput dengan penuh kesungguhan dan kerja-keras. Tak peduli seberapa pagi kita harus mengawali hari. Tak peduli akan datang pada menit atau jam berapakah rizki itu kan benar-benar datang menghapiri kita, yang pasti ihtiar kita harus mengawali segalanya. Tak peduli bahaya apa yang mngkin menghapiri dalam upaya menjemput takdir ini, yang diyakini adalah bahwa Allah akan selalu menjaga hamba-hamba-Nya yang berusaha. Apapun profesi kita, yang harus kita lakukan adalah sesegera mungkin menjemputnya, profesional di dalamnya dan menyerahkan hasil kerja kita pada-Nya. Hasil duniawi yang didapat bisa jadi tidak sama, antara pedagang-pedagang di pasar, penjual durian, polisi dan profesi lainnya, tapi kita tidak pernah tau mana yang dicatat paling mulia di hadapan Allah atas ikhtiarnya.

Takdir-Nya memang telah tercatat di langit ke tujuh, namun betapa banyak dari ketetapannya yang harus kita jemput agar benar-benar sampai di tangan kita. Mungkin itu yang Allah maksud dalam firman-Nya, "Tidaklah berubah keadaan suatu kaum, sebelum mereka mengubahnya sendiri."

Allah memang Maha Pemberi, tapi Ia juga Maha Pemberi Pelajaran. Maka tak ada satupun dalam hidup ini yang Ia berikan pada kita, tanpa kita dapat mengambil banyak pelajaran darinya.




just smile :)

Rasulullah Saw bersabda,
 “Janganlah sekali-kali engkau menganggap remeh suatu perbuatan baik, meskipun (perbuatan baik itu) dengan engkau menjumpai saudaramu (sesama muslim) dengan wajah yang ceria." 
(HR. Muslim)




Friday 20 September 2013

ingin sekali mengingkari segala kebetulan ini


Lintasan Hati

Mungkin memang wanita diciptakan menjadi penerima yang baik. Teramat baik mungkin. Dan dengan penerimaan itu, ia mampu memberikan sesuatu yang lebih besar atas apa yang telah ia terima.
Jika suatu saat ada seorang lelaki yang datang padanya untuk berkomitmen menjadi nahkoda bagi perahu yang akan mereka arungi bersama, dengan segenap rasa kasih dan kesungguhan, biasanya seorang wanita akan menerima lelaki tersebut meski ia tak memiliki cinta untuknya di awal. Bukan karena ia tak setia pada cintanya atau mudahnya ia berpaling pada yang baru. Tapi bagi seorang wanita, sebuah komitmen adalah sebuah penghargaan atasnya. Lelaki yang datang dan berkomitmen untuk memilihnya, menjadikannya pelengkap dalam langkah hidup dan cita-citanya, sudahlah cukup menentramkan hatinya, kemudian menanamkan keyakinan di awal untuk kemudian ia bisa memberikan komitmen yang lebih besar dalam pengarungan samudera kehidupan bersama perahunya. 

Ah, ini subjektif mungkin. Tapi aku wanita dan bagiku komitmen adalah penghargaan atas diriku. Maka bagiku tak heran jika akhirnya banyak lelaki yang kalah langkah untuk meminang pujaannya, hanya karena terlalu banyak kebimbangan pada dirinya yang membuatnya tak mampu mengeluarkan komitmen penghargaan untuk pujaannya itu. Jangan tanyakan soal kesetiaan, jangan salahkan ia yang baru datang namun mampu memenangkan perlombaan. Tanyakanlah keberanian dan kesungguhanmu. 

Ya Rabbi, jagalah kehormatan hamba-hambaMu yang hina.. Jadikan kami termasuk hamba-hamba-Mu yang senantiasa menjaga kesucian dan bersabar atas segala ketentuan dan takdir-Mu..




Thursday 19 September 2013

Air Mata di Jum'at Dini Hari

Mengawali tanggal 20 September 2013 dengan cerita sendu. Hehe
Tadi malam, jam 00 lewat tiba-tiba saya terbangun dan mendapati si Adek masih bangun. Terus dia ngasihin hp saya, 'Teh, ini ada sms', katanya. Dan taukah dari siapa?? ergh, aku benci segala kebetulan ini.

Gara-gara ada sms itu, akhirnya bocor deh gue. Ceritalah si aku ini sama si Adek atas apa yang terjadi sehari kemarin. Tentang energi kehidupan yang kembali kutemukan. Nyeritain semuanya tentang tiga bulan terakhir ini, sampe nangis segala. Tumpahlah segalanya..  Dan si Adek juga malah ikutan nangis. haha "Aneh, baru kali ini aku ngedengerin orang lain cerita, dan malah ikutan nangis.", katanya. Haha, mungkin karena memang semuanya dari hati dan memang begitu berat kurasa. Tapi bersyukur atas ditemukannya kembali energi kehidupan ini. Berharap kali ini efeknya benar-benar bisa long last, ga rapuh pas seminggu berselang. Hehe..
Ya.. dan akhirnya aku bisa kembali pada rutinitas tarbiyahku, membina, tambah hapalan dan sederet aktifitas tarbiyah dzatiyah yang lain.

----

Beginilah hidup, akan selalu ada kejutan skenario dari-Nya. Masa-masa tiga bulan itu memang jalan hidup unpredictable. Sungguh tak kusangka akan sampai pada jalan hidup yang seperti itu. Itu semua pembelajaran, semoga sebuah pembelajaran yang besar. Kini saatnya untuk kembali pada kehidupan yang normal. -atau justru kehidupan unordinary?. Yang pasti aku ingin kembali menjadi aku yang dulu.

Oooh, thank's God telah memberiku seorang adik perempuan yang bersamanya aku bisa saling berbagi banyak kisah.



Kembali

Hari ini, hari kamis yang dingin tanggal 19 September 2013, rasanya akan menjadi hari pembalikkan yang telah lama kunantikan dalam 3 bulan terakhir ini.

Pagi ini di kantor, setelah tugas harianku selesai (entah mengapa tugas hari ini selesai lebih cepat dari biasanya, sehingga aku bisa menemukan takdirku hari ini) tak seperti biasanya aku membuka tumblr. Agak mengscroll kebawah dan menemukan beberapa tulisan menarik dan inspiratif. Tapi ada sebuah alamat Tumblr yang entah mengapa menarik bagiku untuk kemudian aku membaca tulisan-tulisan di dalamnya, sejak halaman awal hingga sekarang sudah sampai halaman ke-sepuluh. 

Merinding rasanya dan aku sudah menghabiskan banyak tissue untuk menghapus air mataku. Entah air mata apa, haru, kagum atau mungkin air mata pertaubatan. 3 bulan lamanya aku berada dalam sebuah zona yang belum pernah aku masuki sebelumnya. Sebuah keadaan yang membuatku merasa sangat terombang-ambing oleh keadaan. Larut dalam rasa takut namun melenakan. Terjerembap dalam sebuah kondisi hati yang penuh dengan perdebatan di dalam jiwa. (mulai lebay, tapi ini serius. hehe). Kondisi yang sulit bagiku, hingga selama 3 bulan ini, tak ada yang bisa menyelamatkanku untuk kembali pada diriku yang dulu. Aku kehilangan diriku yang dulu. Hilang entah kemana.

Dan hari ini, saat ini, di meja kantorku, setelah membaca tulisan-tulisanmu, tiba-tiba saja energi itu kembali muncul setelah pergi sekian bulan lamanya. Rasanya ruh itu kembali pada aku yang dulu. Rasanya aku siap untuk kembali menjadi wanita kuat yang sanggup berdiri diatas kakinya sendiri (untuk saat ini tentunya, karena nanti tentu aku akan berdiri berdampingan dengan kaki yang lain. hehe). Sekarang ini, rasanya aku telah siap dan kuat untuk bisa memenangkan keimananku atas selainnya. Siap untuk kemudian kembali mendekati-Nya dan sepenuh hati memohon pertolongan-Nya. 

Ya Rabbi, kuatkan aku.. jaga aku.. sampaikan aku pada akhir perjalanan hidupku dengan selamat...

Teruntuk Urfa Qurrota 'Ainy, terima kasih banyak karena telah mengembalikan energi itu lagi. Energi yang selama tiga bulan ini dengan susah payah aku cari, kemana perginya. Energi yang hampir saja kurelakan kepergiannya. Kita mungkin memang tak saling mengenal, meski pernah sekali berbincang, tapi tulisanmu lengkap dengan segenap kekuatan ruhiyahmu yang mengalir bersamanya, mampu mengantarkanku pada pencarian ini. Membaca tulisanmu, membuatku semakin mengagumi keluarga besarmu, terutama kedua orangtuamu yang mampu membesarkan anak-anak yang hebat seperti kalian. Dan taukah, entah mengapa rasanya aku begitu menyayangimu. Mungkin lagi-lagi ini berkat kekuatan ruhiyahmu dan sayangnya Allah untukmu, hingga tanpa saling mengenal, aku sudah bisa menyayangimu. Semoga suatu saat nanti ada masa kita bisa saling mengenal lebih dekat, untuk kemudian bisa kusampaikan langsung rasa terima kasih ini. 


Friday 13 September 2013

Hidup ini..

4 Bulan dengan fase perubahan hidup yang cukup besar dalam hidupku. Saking ingin sempurnanya aku menuliskan setiap moment dalam 4 bulan itu, sampai tak ada satu ceritapun yang akhirnya bisa kutulis disini. haha, dasar melankolis.

Bulan Juni. Klimaks dari perjalananku di ITB. Tugas Akhir, Sidang kelulusan, Yudisium, hingga pengumpulan laporan Tugas Akhir. Tugas akhir yang menyita waktu dengan begitu banyak hikmah yang kudapat. Tentang keluargaku yang selalu menjadi semangat dan pendukung terbesar dalam setiap langkah hidupku, semangat yang selalu diberikan dengan cara yang anti mainstream dengan banyak keluarga lain. Tentang persahabatan dan ukhuwah islamiyah yang luar biasa kudapatkan di sebuah lingkungan mesjid, yang tiga tahun terakhir mau menampungku untuk hidup disana, Asrama Salman ITB. Mereka saudara-saudaraku di lantai 4 dan 3 Gedung Sayap Selatan Masjid Salman ITB, yang selalu siap membantuku mengerjakan produk-produk TA, membantuku menyiapkan segala keperluan sidang, bahkan hanya dengan senyum-senyum tulus dari mereka yang selalu memberikan semangat baru saat jiwa dan raga terlalu tertatih untuk melanjutkan semuanya. 

Bulan Juni ini juga merekam pengalaman baru dalam hidupku. Menjadi bagian dari Kafilah ITB untuk MTQ Mahasiswa Nasional ke XIII di Padang, Sumatera Barat. Berkenalan dengan teman-teman yang baru, ikut menjaga adik-adik kami yang mengikuti kejuaraan tersebut. Belajar banyak hal dari orang-orang yang subhanallah sekali interaksi dengan Al-Qur'annya. Perjalanan padang ini menjadi unforgettable moment dalam banyak hal, tidak hanya dalam MTQMN tersebut.

Bulan Juli, tanggal 13 akhirnya saya resmi diusir dari ITB dengan jalur wajar dan selamat melalui gedung sabuga dengan predikat yang memang ingin saya hadiahkan untuk kedua orangtua. Dan seketika, status mahasiswa dihapus dan diganti menjadi PENGANGGURAN. haha.. hari itu saya memperkenalkan suasana kampus dan euphoria wisuda pada keluarga saya. Maklum, saya adalah orang pertama yang merasakan kuliah di keluarga. hehe

Bulan Agutus rasanya menjadi bulan paling lama karena tak ada aktifitas rutin yang dilalui. Hanya apply dan apply. Randomlah pokoknya

Bulan September, status saya berubah lagi. Tanggal 3 September resmi menjadi karyawan di sebuah perusahaan tekstil di bidang Fashion Muslim, sebut saja Rabbani. hahaha.. Ternyata saya malah kerja disini. Dan sekarang adalah hari ke sepuluh saya disini. Bersyukur karena pengalaman pertama menadi karyawan berada di tempat yang terkondisikan secara ruhani. Ada targetan amalan setiap hari, ada mentoring setiap pekan, dan katanya ada pengajian besar beberapa bulan sekali. Setidaknya itu cukup menjagaku di masa-masa awal dunia profesi. hehe

Kehidupan adalah sekolah yang tak pernah selesai kurikulum dan SKSnya. Setiap hari berbilang pekan, pekan berbilang bulan, hingga tahun demi tahun selalu disediakan beribu pengalaman baru oleh Allah. Aku yang kecil ini, merasa selalu diberikan kejutan-kejutan hikmah dalam setiap jengkal kehidupanku. Ada fase-fase aku menjadi amazing bahkan untuk diriku sendiri, ada juga fase-fase saat diri ini begitu hina dan kerdil, terlebih dihadapanku sendiri.

Tetapi hidup memang akan selalu begitu, belajar dan belajar. Berharap semoga dengannya Allah mengantarkanku pada akhir kehidupan ini dengan selamat. aamiin




Thursday 4 July 2013

warna-warni dunia

Kadang aku berpikir, mengapa dunia dan kehidupannya seringkali begitu rumit untuk dipahami.


Sunday 30 June 2013

mozaik hidup yang baru

Mozaik hidup, satu persatu, perlahan tapi pasti, mulai menunjukkan kepingan kisahnya.
Kisah-kisah mengejutkan, selalu Allah hadiahkan dalam perjalanan ini. Seringkali sungguh-sungguh unbelievable. Bersamaan dengan itu selalu aku bertanya, akan ada kejutan apa lagi di depan?

___
Perjalanan pulang dari Padang, Sumatera Barat. Sebentar lagi menginjakkan kaki di tanah sunda. Pengalaman yang menyenangkan. :D


Sunday 2 June 2013

detik-detik ini

H-7 Sidang kelulusan Sarjana

Masyaallah.. cepetnya..
4 tahun itu bukan waktu yang lama ternyata...

Rabbi, mudahkanlah.. lancarkanlah.. izinkanlah..

Friday 17 May 2013

Maaf....

Ya Allah, maafkan asri jika ini menjadi keputusan yang lebih banyak mudharatnya..
Ya Allah, maafkan asri yang tidak bisa banyak berargumentasi... sehingga tak nampak dengan jelas, apa yang sebenarnya aku maksud..
Ya Allah maafkan asri, jika karena itu semua kemudian terjadi banyak kemudharatan..

Ya Allah, jujur aku masih ingin.. Tapi entah kenapa, hambaMu yang bodoh ini tak bisa memberikan alasan-alasan yang bisa membuatnya tetap..
Ya Allah, hati ini sungguh begitu berat, tapi entah mengapa logikaku tak bisa mengantarkan yanng lain untuk bisa sepaham denganku...
Ya Allah, kenapa aku selalu kalah.. Ya Allah aku harus belajar banyak...
Ya Allah...............

Rabbi, semoga dengan ini bisa membuatnya -yang aku sayangi bisa belajar lebih banyak lagi.. jauuh... jauuuh... lebih banyak.. Rabbi, jadikanlah ini memang keputusan yang terbaik baginya... Rabbi, sungguh aku masih berat.... berat sekali. Tapi mungkin yang lain juga sesungguhnya merasa berat..

Ya Rabbi, mengapa ini menjadi begitu berat... :(
Percayalah, aku menyayangimu... insyaallah


Followers