Monday 7 October 2013

Memaafkan Kesalahan Diri

Ada satu hal yang baru saya sadari tentang hidup ini, satu jam yang lalu. Bener-bener di satu jam yang lalu.
Bahwa hidup kita, tidak hanya sekedar pahala dan dosa yang akan kita pertanggung-jawabkan masing-masing, tapi ada orang lain yang bisa saja terinspirasi atas kebaikan yang kita lakukan dan bisa jadi ada orang lain yang kecewa saat kita melakukan sebuah kesalahan.
Memang benar kalau pada akhirnya, kita akan berurusan dengan apa-apa yang telah kita lakukan, baik maupun buruk. Secara naluriah, manusia dibekali oleh sesuatu yang bernama intuisi yang bisa mengendalikan secara alam bawah sadar tentang sesuatu yang baik ataupun buruk dalam pengertian global dan universal. 

Setiap orang sadar bahwa senyum kita akan memberikan kebahagiaan bagi orang yang melihatnya, begitupun sebaliknya, wajah masam bisa memberikan efek tidak baik bagi orang lain yang melihatnya. Setiap orang tau betul, bahwa menghormati yang tua adalah sifat terpuji. Setiap orang sadar betul bahwa perpakaian serba mini bisa memberikan efek buruk bagi stabilitas sosial, apakah itu pada mata lelaki yang akan lincah berkeliaran kesana kemari ataupun pada keselamatan dari si pemakai pakaian minim tersebut.

Itulah bekal yang Tuhan berikan kepada manusia yang tidak Ia berikan pada makhluk-Nya yang lain. Perasaan peka dan sensitif pada sesuatu yang baik secara manusiawi dan yang bertentangan dengan kemanusiawian. Saya yakin setiap manusia memiliki kepekaan itu, hanya saja berbeda pada tingkatan kepekaannya saja, ada yang sangat peka, ada yang sangat kurang peka.

Sayangnya kepekaan manusia ini seringkali ia benturkan dengan egonya, nafsunya dan pemikiran bahwa "ini hidup gue! salah atau bener, akibatnya bakal cuman gue yang nanggung. Jadi lo ga usah ikut campur. Gue udah siap dengan segala konsekuensinya!" atau singkatnya "Hidup-hidup gue, masalah buat lo?!". Seringkali manusia terjebak pada anggapan itu. Padahal sejatinya, hidup kita jarang sekali yang hanya memberikan efek hanya untuk diri kita pribadi saja.

Misalnya begini, ketika kita belajar rajin maka kita akan bisa mengikuti pelajaran di kelas. Ketika kita bisa mengikuti pelajaran di kelas, ketika ujian kita akan memiliki peluang besar untuk mendapat nilai sempurna. Apakah ketika kita mendapat nilai sempurna, maka kebaikan hanya akan ada pada diri kita saja? Tentu tidak, akan ada guru kita yang merasa berhasil karena ada muridnya yang pintar. Ada orangtua kita yang merasa bangga karena anaknya juara kelas. Ada teman-teman kita yang akan dengan senang hati berteman dengan kita, dan mengambil manfaat dari kepintaran kita. Ada orang lain yang mendapatkan efek dari kebaikan yang kita lakukan. Maka kebaikan itu telah berdampak pada orang-orang lain diluar diri kita.

Itu contoh sederhana yang bisa saya gambarkan. Akan ada banyak hal lain yang memberikan efek sustain pada lingkungan sekitar kita. Begitupun ketika kita melakukan kesalahan. Seringkali ada orang-orang yang sangat sulit untuk disadarkan dari sebuah kesalahan yang ia lakukan. Dia sendiri sadar betul atas kesalahannya itu, tapi ia merasa berat untuk meninggalkan kebiasaan tidak baiknya, lantas berdalih bahwa kesalahannya itu ya akan dia tanggung sendiri, jadi oranglain tidak perlu banyak berkomentar, karena ini adalah hidupnya. Biarlah dia sendiri yang bertanggung-jawab pada Tuhannya.

Sayangnya dia tidak menyadari bahwa ada orangtuanya yang selalu terpaut atas dirinya, saat orang lain mengomentarinya. Ada almamaternya yang juga akan terbawa, ada saudara-saudaranya, ada anak-cucunya kelak yang akan lahir bertahun-tahun yang akan datang, ada agamanya, bahkan ada kebaikan-kebaikannya yang bisa jadi hilang dimata banyak orang saat ia terus menerus tenggelam dalam sikap buruknya.

Jadi berhentilah untuk berkata 'ini hidup gue!', karena setiap kita akan memberikan dampak pada lingkungan sosial kita. Mencobalah untuk selalu memberikan dampak positif bagi lingkungan karena pada akhirnya yang akan tertinggal di dunia hanyalah segala sikap kita pada sekitar.

Tak ada seorangpun yang selalu berada dan melakukan kebaikan di sepanjang hidupnya. Selalu ada khilaf, salah dan dosa. Itu wajar karena kita manusia. Tapi kita juga selalu memiliki kesempatan dan jalan untuk kembali jika suatu saat kita melakukan kesalahan. Jangan pernah berputus-asa pada keburukan diri, karena dengannya justru kita akan belajar untuk menjadi manusia langit yang dipuji oleh para malaikat atas kesabaran kita. 

Teruslah menggapai cahaya-Nya, karena cinta-Nya, ampunan-Nya serta pertolongan-Nya hanya akan kita dapatkan dengan utuh jika kita berjalan menuju-Nya.

Belajarlah untuk memaafkan kesalahan diri dan mintalah kepada-Nya untuk disadarkan dan kembali pada jalan cinta-Nya.

Allahu'alam.




No comments:

Followers