Monday 23 December 2013

belum apa-apa

Seringkali aku bertanya, tak bisakah kita berlari lebih lebih cepat ? tak bisakah garis finish itu di buat lebih dekat? tak bisakah rutenya dipersingkat? tak bisakah kita sederhanakan perbekalan? yang penting kita selamat, bukan? tak bisakah ? tak bisakah? tak bisakah?

Ah, astaghfirullah..
Seringkali akhirnya kudapati diriku yang ternyata masih jauh dari sabar
Bersabar dengan segala proses yang mesti dijalani
Bersabar dengan segala perbekalan yang mesti disiapkan
Karena memang  setelah garis finish nanti, semuanya tak akan semudah perlombaan sebelumnya.
Setelah garis finish nanti, itulah medan perjuangan yang sesungguhnya

Yang sekarang belum seberapa,
belum apa-apa

Sunday 22 December 2013

Pesona Kematangan

Chemistry yang biasanya mempengaruhi hubungan cinta antara laki-laki dan wanita sebenarnya hanya menegaskan satu fakta : ketika cinta yang genuine bertemu dengan motif lain dalam diri manusia, dalam hal ini hasrat atau syahwat biologis, hubungan cinta antara laki-laki dan wanita memasuki wilayah yang sangat rumit dan kompleks. Banyak fakta yang tidak bisa dipahami dalam perspektif norma cinta yang lazim. Lebih banyak lagi kejutan yang lahir di ruang ketidakterdugaan. Namun itu tidak menghalangi kita menemukan fakta yang lebih besar : bahwa dengan memandang itu sebagai pengcualian-pengecualian, seperti dalam kasus Muawiyah bin Abi Sufyan dengan gadis badui yang tidak dapat mencintainya, kekuatan cinta sesungguhnya tetap dan selalu mengejawantah pada kematangan kepribadian kita. Misalnya cinta antara Utsman bin Affan dan istrinya, Naila.

Para pencinta sejati tidak memancarkan pesonanya dari ketampanan atau kecantikannya, atau kekuasaan dan kekayaanya, atau popularitas dan pengaruhnya. Pesona mereka memancar dari kematangan mereka. Mereka mencintai maka mereka memberi. Mereka kuat. Tapi kekuatan mereka menjadi sumber keteduhan jiwa oprang-orang yang dicintainya. Mereka berisi dan sangat independen. Tapi mereka tetap merasa membutuhkan oranglain, dan percaya bahwa hanya melalui mereka ia bisa bertumbuh dan bahwa pada orang-orang itulah pemberian mereka menemukan konteksnya. Kebutuhan mereka kepada oranglain bukan sebentuk ketergantungan. Tapi lahir dari kesadaran mendalam tentang keterbatasan manusia dan keniscayaan interdependensi manusia.

Pesona inilah yang dipancarkan Khadijah pada Muhammad. Maka selisih umur tidak sanggup menghalangi pesona Khadijah menembus jiwa Muhammad. Pesona kematangan itu pula yang membuat beliau enggan menikah lagi bahkan setelah khadijah wafat. "Siapa lagi yang bisa menggantikan Khadijah?" tanya Rasulullah SAW. Tapi bisakah kiita membayangkan pertemuan dua pesona? Pesona kematangan dan pesona kecantikan serta pesona kecerdasan? Pesona itulah yang dimiliki Aisyah : muda, cantik, innocent, cerdas dan matang dini. Dahsyat, pasti! Pesonanya pesona. Disini semua pesona menyatu padu : seperti goresan pelangi di langit kehidupan Sang Nabi. Dua perempuan terhormat dari suku Quraisy itu mengisi kehidupan pribadi Sang Nabi pada dua babak yang berbeda. Khadijah hadir pada periode paling sulit di Mekkah. Aisyah hadir pada periode pertumbuhan yang rumit di Madinah. Khadijah mengawali kehidupan kenabiannya. Tapi di pangkuan Aisyahlah ia menghembuskan nafas terakhirnya setelah menyelesaikan misi kenabiannya.

Dalam jiwa Sang Nabi ada dua cinta yang berbeda pada kedua perempuan terhormat itu. Ketika beliau ditanya tentang orang yang paling ia cintai, ia menjawab Aisyah! Tapi ketika beliau ditanya tentang cintanya pada Khadijah, ia menjawab; "cinta itu dikaruniakan Allah padaku". Cintanya pada Aisyah adalah bauran dari pesona kematangan dan kecantikan yang melahirkan syahwat. Maka Ummu Salamah berkata, "Rasulullah SAW tidak bisa 'menahan' diri kalau bertemu Aisyah". Tapi cintanya pada Khadijah adalah jawaban jiwa atas pesona kematangan Khadijah: cinta itu dikirim Allah melalui kematangan Khadijah.

--Anis Matta, Serial Cinta, Pesona Kematangan--


Pesona kematangan, itulah mungkin yang bisa menjawab pertanyaan para penonton tentang mengapa Si Kaya dengan Si Miskin, Si Cantik dengan Si Buruk Rupa, Si Tampan dengan Si Buruk Rupa atau yang Muda dengan yang Tua, atau seaneh apapun peristiwa cinta di muka bumi ini. Pesona kematangan, yang merubah kekaguman menjadi sebuah kata bernama 'cinta'.


Followers