Tuesday 30 September 2014

Lipatan Waktu

Einstein pernah bermimpi tentang sebuah waktu,
di saat dia tengah dalam pergulatan yang merampokkan teori relativitas.

Suatu ketika ia pernah menemukan bahwa sang waktu adalah seekor burung pipit
yang dapat ditangkap dan dikurung dalam sebuah guci.
Waktu juga bisa menjadi sesuatu yang dapat terhenti begitu saja,
ketika ia menemukan sepasang kekasih tengah menghabiskan waktunya bersama.

Itu mungkin hanya sebuah mimpi.
Tapi bagaimana jika untuk sebuah mimpi sekalipun Einstein benar?
Bahwa waktu adalah sebuah relativitas,
bahwa waktu sesekali tengah melakukan sebuah kecurangan
bergerak cepat atau melambat,
berbelok atau lurus,
tanpa pernah kita ketahui setelahnya terjadi pada waktu-waktu kita.

Lalu siapa yang akan mengira ini?

Bahwa berkali-kali dunia sempat terhenti untuk pertemuan-pertemuan kita
bahwa mungkin ratusan musim, ribuan kali rotasi,atau bahkan jutaan kali revolusi
telah melampaui kita dalam setiap perbincangan kita,
setiap kesenangan kita,
dan setiap kepedihan kita.

Bahwa triliyunan butir hujan kemudian telah saling berebut 
untuk turun lebih cepat atas langkah kita 
yang telah tiba pada puncak-puncak sejarah kita.

Bahwa di dalamnya puluhan bintang telah berpindah ratusan tahun cahaya
Ketika tangan-tangan kita mulai saling merangkul dalam jeda untuk setiap kalimat.

Kami bersamamu kawan sekalipun langit yang menentang kita.
Dan itu semua menjadi sebuah penggalan berjuta cerita hidup kita.

Setiap detiknya yang telah bermakna ratusan tahun.
Setiap langkahnya yang telah bermakna puluhan tahun cahaya
Ia akan tinggal dan sesekali dibagikan
terus menemani kita dan terkadang menggoda kita mesra.

Hingga kemudian nama-nama kita mulai diperdengarkan oleh sang pemilih waktu.
Ia yang meminta kembali sisa waktu kita.  

Dan belakangan aku baru mengerti tentang hari ini
bahwa seperti pada panas yang telah memaknai dingin
gelap yang memaknai terang
keburukan yang telah memaknai kebaikan
serta permusuhan yang telah memaknai pertemanan.

Sebuah perpisahan akan memaknai sebuah pertemuan.

Waktu-waktu kita
Sebuah semesta yang pernah berakhir 
kembali untuk kita.

by: Irvan Aulia
Lipatan Waktu


NOL SEMBILAN

Apa yang membuat seseorang menjadi sangat berarti. Patut disanjung dan layak untuk dikenang.
Apakah ia harus selalu berupa lembaran teks proklamasi yang dibacakan di sebuah jalan pegangsaan,
Ataukah juga ia harus berupa pekikan revolusi,
temuan-temuan ideologis,
atau juga harus berupa proyektil yang menghantam tempurung kita,
saat kita tengah mengepalkan tangan dalam sebuah long march menuju senayan.

Karena di tempat ini,
ketika aku menyadari bahwa setiap makna akan selalu lahir bersama apapun yang ada.
Sebuah pengertian lain tentangnya tiba di hadapanku.
Bahwa barangkali pada masing-masing tempatnya, setiap manusia selalu layak untuk dikenang,
selalu patut untuk disanjung.
Bahwa setiap manusia telah menjadi berarti dari setiap pertama kali mereka terlahir.

Dan pengertian-pengertian itu menjadi sesuatu yang selalu aku temui disini.
Di segala hal yang pernah kita lewati bersama.
Di setiap satuan penggalan waktu kita.

Tanah-tanah itu,
sebuah tempat saat kita pernah berjalan mendekat
membangun sebuah cerita dan mulai meneriakkan kalimat-kalimat menggetarkan itu.

Kita adalah Nol dan Sembilan.
Tempat dimana angka terendah dan angka tertinggi bisa duduk bersama,
membentuk sebuah deretan
tempat segala kemungkinan nilai dapat muncul di dalamnya.

Kita bukan anak-anak penerus tahta,
tempat segala keagungan ditentukan oleh garis keturunan.
Kita adalah kelahiran yang ganjil,
tempat hirarki yang telah mendefinisi ulang kebenaran,
dan jauh lebih penting dari segala perbedaan yang selalu kita terima bersama. 

Kita bukanlah para pemenang,
yang memilih tidur karena merasa segalanya sudah berakhir.
Kita adalah pejuang,
ketika pertarungan selalu menjadi satu-satunya alasan manusia untuk bertahan hidup.

Kita tidak akan pernah menjadi mereka.
Kita bukan mereka.
Kita adalah Nol dan Sembilan.

-----

Terima kasih dua ribu sembilan.
Hari ini saya masih dua ribu sembilan,
besok saya menjadi manusia biasa lagi.

-----

Hari ini di pintu yang sama saat kita memulai segalanya.
Masing-masing kita kembali melewatinya,
kembali berjabat tangan seperti waktu itu.
Tapi bukan untuk memulai keberartian kita.

Kita berpamitan.
Bahwa di titik ini setiap dari kita memang seharusnya telah berlari menjadi arti yang lain
Melesat menuju semesta,
ke sudut-sudut langit yang mungkin tak akan lagi sama.

Terima kasih atas waktu-waktu itu,
cerita-cerita itu, 
dan segala maaf itu.

Senang bisa mengenal kalian semua

-----

by: Irvan Aulia




Bukan Arena Balap

Masyaallah.. What a wonderfull day!!! 
Dalam satu hari ada begitu banyak kabar bahagia, dua diantaranya adalah undangan pernikahan adik kelas dan berita kehamilan sahabat partner. Ah, masyaallah.. rasanya ingin mengulang-ulang bait cinta "Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" (QS. 55:55). Dan ketika membuka newsfeed facebook, begitu banyak kabar bahagia lainnya mulai dari kelulusan, beasiswa studi, pekerjaan baru dan kabar-kabar bahagia lainnya.

Namanya hidup ya, selalu tak terduga. Allah seneng banget ngasih kejutan-kejutan sama hambanya.
Ada yang udah lamaaa pacaran, bertahun-tahun tapi belum juga nikah; ada yang ga pernah kedengeran deket sama lawan jenis, eh tetiba sebar undangan pernikahan. Ada yang udah lulus kuliah dari jaman kapan, belum nikah-nikah; eh ini yang baru mau lulus tiba-tiba udah nikah aja. Ada yang nikah udah bertahun-tahun, belum juga dikasih keturunan; eh, yang lain ada yang baru nikah sebulan udah dikasih keturunan. Ada yang kerja bertahun-tahun, nabung buat beli mobil belum kesampean juga; eh yang lain baru kerja sebulan udah bisa beli mobil sama nyicil rumah. Ada seorang kakek sudah sepuh sampai berumur seratus sekian, tapi masih diberi umur, tapi ada juga anak mungil nan lucu yang baru belajar berjalan harus diambil oleh sang Maha Kuasa mendahului orangtuanya. Entah sampai kapan pembandingan-pembandingan itu kita lakukan dalam hidup ini, mungkin sampai saat waktu kita habis di dunia.

Hidup ini memang bukanlah arena balap yang setiap manusia memiliki garis start dan garis finish yang sama dengan arena balap yang sama pula. Tidak seperti itu. Setiap manusia memiliki track-nya masing-masing. Rizkinya, jodohnya, amal unggulannya, jalan hidupnya, semuanya Allah atur berbeda dari satu manusia dengan yang lainnya. Masing-masing telah Allah desain secara khusus untuk manusia tertentu. Sangat spesial. Saya menyebutnya 'momen kehidupan'. 

Setiap manusia memiliki momen kehidupan yang spesifik Allah atur hanya untuk dirinya. Mulai sejak kapan sel sperma ayahnya bertemu secara rumit dan kompleks dengan sel telur ibunya hingga kapan ia dikembalikan pada sang Pemilik semesta. Berbagai fase kehidupan dilaluinya, mulai dari balita, kecil, remaja, dewasa, hingga lanjut usia. Beberapa diantaranya hanya merasakan hingga pada fase remaja atau dewasa saja atau bahkan hanya sampai pada fase balita. Berbagai perasaan mulai dirasakannya, mulai dari bahagia, senang, kecewa, sedih, marah, gembira. Beberapa mampu melewati setiap perguliran rasa tadi; bersyukur kala bagia dan gembira, bersabar ketika sedih dan kecewa. Beberapa terperangkap dalam permainan rasa; tak mampu mawas diri ketika bahagia, tak kuasa bangkit ketika kesedihan menerpa. Berbagai cita-cita dan impian dalam hidup muncul seiring dengan bertambahnya usia, tentang rencana studi, tentang pekerjaan, tentang jodoh, tentang kebutuhan akan tempat tinggal, tentang jabatan, dan capaian-capaian lainnya. Beberapa mampu menetapkan target beserta tahapan-tahapannya dengan baik dan Allah mengizinkannya mencapai impiannya. Beberapa mampu menetapkan target beserta tahapan-tahapannya, namun Allah menunjukkan beberapa jalan baru yang mesti dilaluinya. Beberapa hanya bisa menetapkan target, tapi lupa pada tahapan-tahapan yang mesti ditekuni, lalu ketika target itu meleset ia terpuruk dan tak mampu bangkit kembali, terlebih ia selalu membandingkan pencapaiannya dengan pencapaian yang telah oranglain dapatkan.

Tak semua orangtua diberikan anak yang penurut; yang jalan hidupnya sesuai dengan keinginan kedua orangtuanya. Pun tak semua anak dianugerahi orangtua yang pengertian dan mampu memberikan sebaik-baik bekal pada anaknya. Tak semua anak bisa sekolah di sekolah unggulan, pun tak semua anak lulusan sekolah unggulan memiliki masa depan yang lebih baik dibandingkan anak lainnya. Tak semua orang bisa berkuliah terlebih di universitas-universitas unggulan baik negeri maupun swasta, pun tak semua orang-orang sukses di dunia ini lahir dari almamater-almamater unggulan. Yang bekerja di perusahaan asing dengan gaji puluhan juta perbulan, tak menjamin lebih bahagia daripada seseorang yang bekerja lepas menjadi buruh harian. Yang memiliki jaminan hari tua tak menjamin hidupnya lebih bahagia dibandingkan yang terus mencari nafkah hingga akhir hayat.

See? Betapa hidup ini akan terasa begitu sempit ketika kita selalu membandingkan apa yang kita miliki dengan apa yang oranglain peroleh. Betapa hidup tak akan pernah selesai ketika kita selalu melirik kanan-kiri dan tak pernah bersyukur atas apa yang telah diraih. Percayalah, momen kehidupan setiap manusia itu sungguh telah dirancang begitu spesifik, spesial pada setiap individunya. Maka nikmatilah hidupmu. Tugas kita adalah berusaha semaksimal yang bisa kita lakukan, kemudian ketika takdir Allah telah datang, tugas kita selanjutnya adalah bertawakal. Ketika kita telah berusaha, maka tak perlu risau dengan hasilnya. Yang perlu kita risaukan adalah ketika kita tak mau berusaha untuk menjemput takdir Allah.

Ada tiga hal yang selalu dipesankan suami kepada saya; Ikhlas, Syukur, dan Sabar. Ikhlas atas segala apapun yang terjadi dalam hidup kita, maka langkah kita akan terasa ringan, menjalani hidup dengan bahagia tanpa beban dan tertekan, karena kita ikhlas menjalani hidup ini. Syukur atas segala apapun takdir yang Allah gariskan untuk kita. Tak ada sesuatupun yang Allah tetapkan pada hamba-Nya melainkan Ia ingin kita belajar dan bertafakur atas setiap ketetapannya. Maka Bersyukurlah atasnya. Sabar menjalani setiap fase kehidupan yang kata banyak orang seperti roda yang terus berputar. Ketika kita merasa hidup ini begitu berat untuk dijalani, sesak untuk dilalui, bersabarlah. Karena malam yang semakin gelap menandakan fajar yang sebentar lagi akan tiba.

" Ketahuilah sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sendagurau, perhiasan dan saling berbangga diantara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanm-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di Akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia tak lain hanyalah kesenangan yang palsu."
(QS. Al-Hadid : 20)



Monday 29 September 2014

Imbas Sosial Media

Tiba-tiba saya teringat sebuah kontemplasi pada masa awal-awal pernikahan. Sejak menikah, saya menemukan teman diskusi baru yang sangat seru sehingga begitu banyak yang sering kami diskusikan, bahkan dalam perjalanan di motor sekalipun.

Suatu hari dalam sebuah perbincangan, kami membahas tentang seorang kenalanku yang begitu sensitif jika dalam sebuah forum dibahas tentang pernikahan, kapan menikah dan pertanyaan-pertanyaan lain yang senada. Lalu perbincangan melebar pada newsfeed facebook yang diwarnai oleh beberapa postingan pernikahan dan para pengantin baru, yang juga diwarnai oleh komentar-komentar candaan kecemburuan mereka yang masih single. Beberapa ada yang agak frontal membahas dalam sebuah note facebook isinya kurang lebih menganjurkan pada para pengantin baru untuk tidak berlebihan dalam mem-posting status-status mereka. Hmm.. segitunya banget ya.. Tapi jujur, saya sendiri yang waktu itu belum menikah lebih santai sih menanggapinya, bahkan jika itu teman dekat, malah jadi ikut bahagia melihat kebahagiaan mereka, meski kadang ada perasaan mupeng juga. Haha. Saya hanya berpikir itu ungkapan bahagia seseorang atas fase hidup yang baru saja dilewatinya, sama seperti orang yang baru wisuda, baru dapat beasiswa ke luar negeri, atau baru selesai ujian semester. Meski memang akan menjadi kurang nyaman, ketika seseorang melakukannya secara berlebihan. Segala sesuatu yang berlebihan itu selalu tidak baik bukan?

Hanya saja era sosial media seperti sekarang ini memungkinkan setiap orang bisa dengan leluasa membagikan setiap perasaannya dan tanpa diminta kita bisa mengetahui kabar seorang teman yang nun jauh disana dari setiap postingan atau status-statusnya. Tak ada yang bisa membatasi masing-masing kecuali kebijaksanaan si pengguna media sosial tersebut, kecuali di-block atau unfriend. haha

Jika dihubungkan dengan cerita sebelumnya, sebetulnya sosial media menguji sikap dan kedewasaan kita. Pertama, tentang bagaimana bisa sebijak mungkin memposting sesuatu sesuai porsinya, jangan sampai berlebihan. Misalnya di masa pilpres kemarin, betapa muaknya kita karena begitu banyak orang yang memposting tentang calon A atau calon B beberapa kali dalam sehari. Kita memang mesti lebih bijak membagi hal yang menurut kita menarik, secara proporsional saja.
Kedua, tentang bagaimana kita bisa tenggang rasa atas perasaan yang dirasakan teman kita. Bukankah itu sebuah konsekuensi logis dari sebuah pertemanan? Tentang kabahagiaan mereka, tentang kesedihan mereka, tentang kebingungan mereka. Have fun aja. Ikut bahagia atas kebahagiaan oranglain kan sebuah kebaikan juga.

Ya namanya juga hidup bermasyarakat. Perlu tenggang rasa yang tinggi. :D


Wednesday 24 September 2014

12 week

Assalamu'alaikum Sayang...
Hari rabu yang cerah, secerah hati Bunda yang telah melihat perkembanganmu kemarin sore. :)

Hari selasa kemarin akhirnya Bunda cek kandungan ke dokter setelah diundur berhari-hari. Entah kenapa cek kemarin rasanya menjadi momen cek kandungan paling membahagiakan sejauh ini. Kamu sudah semakin besar sekarang, sayang. Di minggu ke 12 ini, kepala dan badanmu sudah mulai terbentuk. Panjangmu sekarang 4,8 cm. Kemarin bunda bisa melihat detak jantungmu. Dan yang paling menakjubkan adalah saat diusg, kamu melakukan gerakan! Ah, lucu sekali sayang. Seakan kamu ingin menyapa ayah dan bunda saat itu, "Hai Ayah! Hai Bunda! Aku sehat loooh..". hehe. Saking senengnya, ayahmu sampai bersuara, "Wah, itu dia gerak!". Kamu tau sayang, ayahmu itu kan orangnya tidak terlalu ekspresif, jarang sekali dia mengungkapkan perasaannya. Tapi kemarin itu, mungkin karena terlalu terkejut dengan tingkahmu, ia sampai kaget dan mengeluarkan suara. hehe

Tetep sehat ya sayang. Dokter bilang kamu sehat dan baik-baik saja. Bunda juga sudah naik berat badannya. Kita terus bekerjasama ya sayang sampai kamu bisa bertemu ayah dan bunda di dunia. Peluk dan cium dari ayah dan bunda :)

----

Adalah sebuah perasaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata, melihat seorang manusia tumbuh di dalam tubuhmu. Merasakan perkembangannya, mengikuti setiap perubahannya, dan beradaptasi dengan tubuhmu yang baru saja kedatangan tamu baru di salah satu organnya. Kehadirannya menjadi sebuah tanda kuasa-Nya. Kehadirannya membuatmu selalu ingin menjaga tubuhmu dari berbagai gangguan luar. Kehadirannya yang membuat suamimu menjadi semakin hangat dan cinta. 

Tubuhmu harus banyak beradaptasi atas kehadirannya. Rasa mual, pusing dan lemas sepanjang hari menjadi sebuah rutinitas yang membuatmu harus menyesuaikan diri tapi itu tak pernah sedikitpun membuatmu merasa terbebani. Di awal-awal seperti ini menjadi hal yang tak mudah bagimu, perubahan emosimu, tentang kondisi fisikmu, hingga perubahan-perubahan yang tak bisa kau lihat bahkan tak bisa kau rasakan terjadi dengan dahsyat di dalam tubuhmu. Semuanya beradaptasi, bahkan dia yang baru saja hadir, juga sedang sama-sama beradaptasi dengan lingkungan barunya.

Kau tau? It's so amazing. Sekarang kau bahkan tak pernah benar-benar sendiri dalam hidupmu karena ada seseorang di dalam rahimmu yang selalu ikut kemanapun kamu pergi. Yang merasakan apapun yang sedang kau rasakan. Yang bahagia jika kau bahagia, dan merasa sedih jika kau sedih. Dan untuk itulah kau selalu berusaha melawan segala kelabilan emosimu untuk bisa selalu membahagiakan diri karena kau tahu ada yang sedang memperhatikanmu sekarang.

Hingga pada akhirnya yang kau inginkan hanyalah kesehatan dan keselamatannya hingga saat bertemu denganmu di dunia. 


Friday 19 September 2014

Hari ke-13

Assalamu'alaikum sayang...
Ada kabar gembira! tapi bukan tentang kulit manggis (kalau kamu ga ngerti, nanti bunda jelasin yaa ) :D
Kabar gembiranya adalaaah... hari ini ayahmu ke Bandung! Yeay!!! Can't wait to see him :) Dan karena itu juga, jadwal mengunjungimu diundur jadi hari senin nanti. Ah senangnya, akhirnya bunda akan tetap melihat kamu bersama ayah. :)

Sayang, yang kuat dan sehat ya disana.. Kalau kamu kuat, insyaallah kita bisa segera menyusul ayah tinggal di Solo. Sebetulnya memang bunda ga sanggup sayang, kalau harus berjauhan dengan ayahmu. Ndak kuaaat.. hehehe. Hmm.. yaa bagaimanapun kondisimu nanti, kami akan selalu mengusahakan yang terbaik untukmu. Bunda juga selalu berusaha memberikan banyak afirmasi positif untukmu, suapaya kamu tenang, sehat, dan bahagia di dalam sana. Dan salah satu penambah afirmasi positif bagi bunda adalah ayahmu, kekeke bandel ya bunda? Yaaa.. gimana lagi doong bundanya ingin bareng sama ayah teruss..

Kita sama-sama berdoa ya sayang, semoga keputusan Ayah dan Bunda ini yang terbaik untuk semuanya, karena sesungguhnya perjuangan itu pasti akan selalu kita lakukan. Dimanapun kita berada. Bunda siap berjuang bersamamu sayang, bersama ayah. :)

Oke, baik-baik ya disana..
Salam peluk dan cium dari ayah dan bunda

4 Bulan yang Lalu

Salah satu tingkatan ukhuwah islamiyah (persaudaraan dalam islam) adalah ta'awun atau saling menolong. Itulah mengapa saudara atau teman itu teramat penting dalam hidup ini. Teringat dulu ketika menyelesaikan tugas akhir, teman-teman asrama baik itu putra maupun putri, dengan ringan hati membantu saya mulai dari menggunting hingga display karya untuk sidang kelulusan. Sungguh, itu karya gotong royong satu asrama sebetulnya. Maka ketika saya mendapatkan nilai yang memuaskan dari dosen-dosen penguji, sesungguhnya nilai itu adalah untuk banyak orang, untuk satu asrama. Itulah berkah gotong royong. :D

Bala bantuan asrama dan display tugas akhir

Dan satu lagi berkah ukhuwah yang ingin kuceritakan disini, yaitu saat pernikahanku dengan Mas tercinta. :) Berkat mereka, sahabat-sahabat terbaik kami, hari yang sangat spesial bagi kami bisa berjalan dengan baik dan insyaallah berkah. Mereka yang ditengah kesibukan rutinitasnya mau ikut membantu terlaksananya 'acara besar' kami.
----------

Geng El-Hawa yang kece, Fadhila A. Arimurti yang puluhan jamnya dihabiskan untuk membuat video kami, sampai leptopnya pingsan saat rendering video, makasih banyaaaaak dileh, semoga Allah mudahkan studi S2-nya dan dipersingkat masa galaunya, haha. Makasih banyak atas video kece ini akmalhasri. :D dan Mega Aulia Insani yang berhari-hari harus bersahabat dengan jaringan internet demi website invitation kami, Thank's a lot megster, banyak yang suka our story berkat ulasan tangan dinginmu, aseek. Semoga Allah mudahkan peranmu sebagai 'ibu' di rumah dan kelak jadi ibu yang dahsyat ketika waktu yang sebenarnya telah tiba. Makasih megs, ini kece bangets 'our website invitation'.

Teman-teman kriya, El-Hawa itu 2 orang yang tepat di sebelah saya :D

Geng Newga, makasih banyak bisa bantu banyaak sekali dengan seragam ungunya; Ile yang meski lagi sibuk dengan koAs-nya, Ria yang jauh-jauh datang dari jekardah, Risma yang lagi sibuk dengan S2-nya, Murni yang akhirnya menggantikan kembarannya Myrna, Nina dan Ririn yang lagi hamil guede, Rahmi yang hari itu ada ujian dokter, mau bersusah-susah jadi tim konsumsi. Makasih banyakk.. makasih banyakkk.. Semoga kelak kita jadi ibu-ibu kece dan persahabatan ini teruuus langgeng sampai surga nanti. Aamiin

NewGA
Geng 3I, makasih banyak kakak-kakak semua. hehe. Kak Zain yang bersedia jadi korlap padahal istrinya lagi hamil tua. Kak Garin yang jauh-jauh dari luar kota, Kang Kamal plus Kak Amien, yang baik hati mengantar keluarga besar Mas Akmal selama di Bandung. Kak Eric dan Kak Amien (lagi) yang udah jepret-jepret suasana hari H plus bantu-bantu siapin penginapan sebelum hari-H. Kang Budi yang berkali-kali menghubungi ustadz untuk khutbah nikah. Makasiiih banyakk.. Semoga kalian semua semakin sukses dimanapun kalian berada. 
3I edisi lengkap tapi ga fullteam 
Geng Kafilah MTQ ITB, Ikhyari sebagai qori', Muzammil dan Dihya pagar bagus pembawa payung, heheh, Afifah yang semangat abis dan Ulfa yang meski baru dihubungi beberapa hari sebelum hari-H, 2 pagar yang ayu, hehehe.. Makasih banyak telah membantu.. Ah sebenernya bahkan kafilah MTQ ini telah menjadi jalan Allah bertemunya kami berdua. hehehe. Semoga cita-cita mensyiarkan Qur'an di kampus gajah ini semakin dahsyat. Aamiin

Kafilah MTQ ITB 
Geng Asrama; Agis dan Ardian yang bersedia jadi pengaman yang tangguh, Zaky yang direpotkan dengan urusan logistik, punten jek kalau kamu banyak bingung dan Tami yang udah bantu jualan bakso. hehe. Terima kasih banyakk.. semoga yang belum segera menyusul :D dan selamat Jek, karena telah menyusul. :D

Asrama Salman 2012
Ini dia, Geng 'Syafina Wedding' (aamiin), Sapi, Ile, Gilang yang udah merelakan banyak waktunya mulai ngonsep acara dari nol sampai acaranya selesai. Makasih.. makasih banyak.. Semoga cita-cita kita ini selalu Allah tunjukkan jalannya dan bisa disegerakan terwujudnya. Aamiin. Oia, Yasir, om MC, makasih udah cuap-cuap berjam-jam memandu acara kami.. Terima kasih banyak, banyak sekaliiii

All crew
----------

Alhamdulillah hampir 4 bulan berlalu dan sekarang saya sedang mengandung usia sekitar 10 minggu, buah cinta kami. Puji syukur pada-Nya karena niat baik kami akhirnya berlabuh di kapal yang sama. Samudera kehidupan yang luas tentu baru akan kami arungi. Memiliki saudara-saudara terbaik seperti kalian adalah rizki yang selalu kami syukuri. Semoga Allah senantiasa memudahkan rencana-rencana hidup kalian, sebagaimana kalian telah memudahkan urusan kami. Maafkan jika ada banyak yang kurang berkenan dari kami selama berlangsungnya acara. Maafkan juga  karena tak ada yang bisa kami berikan selain ucapan terima kasih. Semoga Allah menggantikan waktu, tenaga dan pikiran yang kalian berikan dengan balasan yang berlipat ganda. Aamiin

Mungkin bisa saja semua ini tak perlu memakai embel-embel ukhuwah islamiyah karena mungkin di luar sana juga banyak pertemanan bermakna tanpa ikatan agama, tapi semoga niatan untuk menjadikan ikatan pertemanan ini sebagai ikatan persaudaraan karena keimanan menjadikan setiap kebaikan yang kita lakukan untuk saudara kita berbuah pahala dari Allah. Aamiin.

Sekali lagi kami ucapkan terima kasih yang tak terhingga karena telah menjadi bagian dari kebahagiaan kami. Semoga Allah melimpahkan kebahagiaan di dunia dan akhirat pada kita semua. Aamiin.


----------

"Sesungguhnya dari hamba-hamba Kami ada sekelompok manusia, mereka itu para Nabi dan bukan pada syuhada'. Para Nabi dan syuhada' merasa cemburu kepada mereka karena kedudukan mereka di sisi Allah di hari kiamat. Para sahabat bertanya: 'Siapakah mereka wahai Rasulullah?', Beliau menjawab, ' Mereka adalah suatu kaum yang saling mencintai karena Allah padahal tidak ada hubungan persaudaraan (saudara sedarah) antara mereka, dan tidak ada hubungan harta (waris), Maka demi Allah sesungguhnya wajah-wajah mereka bagaikan cahaya, dan sesungguhnya mereka di atas cahaya, mereka tidak takut ketika manusia merasa takut, dan tidak pula sedih ketika manusia bersedih', kemudian beliau membaca ayat ini; 'Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati."
QS. Yunus : 62


Monday 15 September 2014

Hari ke-9

Assalamu'alaikum sayang.. Apa kabar hari ini? Bunda penasaran deh sekarang dedek udah sebesar apa yaa.. hehe. Tapi rasa penasaran ini akan terjawab tiga hari lagi, karena nanti bunda akan periksa ke dokter. Tapi mungkin ini kali pertama bunda nengok kamu tanpa ayah. Tak apa ya sayang, nanti fotomu bunda kirim ke ayah ko! :)

Sayang, ini hari ke-9 Ayah pindah ke Solo. Hiks, jadi ingin nangis lagi.. Sepi banget rasanya, pasti kamu juga merasa sepi kan? udah sembilan hari ini ga ada yang cium kamu ya sayang? hehe, Bunda cuman bisa gendong kamu kemana-mana sambil ngelus-elus, tapi ga bisa cium kamu sayang. Gak nyampe, hehe.. Sabar ya, nanti kalau Ayah pulang, pasti ada yang cium kamu lagi. :) 

Hmm.. Bunda curhat sama kamu ga apa ya, Sayang. Kelak ketika kamu lahir ke dunia pun Bunda akan banyak bercerita dan curhat banyak hal padamu. Pasti seru sekali berbagi cerita dan menikmati setiap episode hidup bersamamu sayang.. Aah, can't wait.. :D

Hari-hari tanpa Ayahmu menjadi hari yang berat buat Bunda, Sayang. Saat hari pertama Ayahmu pindah hampir setiap Bunda melewati titik tempat kami biasa bersama, pasti mata Bunda langsung berkaca-kaca bahkan terkadang sampai meneteskan air mata. Setiap malam sampai hari ini, Bunda masih saja mengigau dan memanggil-manggil Ayahmu. Hehe, tampak berlebihan ya Sayang, tapi itu benar terjadi. Ayahmu seorang suami yang luar biasa. Dia selalu bersikap baik dan lembut pada Bunda. Setiap tatapannya, sikapnya, kata-katanya jelas terlihat kasih sayangnya pada Bunda. Insyaallah kelak Ia akan menjadi Ayah yang hebat untukmu, Sayang. Ayahmu orang yang sangat peduli, pada siapapun, terlebih pada orang-orang yang dia sayangi. Ayahmu orang yang sangat sabar dan tenang, Bunda sangat bersyukur karena Allah menjodohkan Bunda dengan Ayahmu. Ketika Bunda sakit, Ayahmu selalu sabar membantu Bunda melakukan banyak hal, menjaga Bunda sampai akhirnya sembuh. Ayahmu betul-betul sosok yang Bunda harapkan menjadi pendamping hidup, bahkan lebih dari yang Bunda harapkan. Itulah mengapa sayang, berat sekali bagi Bunda untuk berpisah jarak dengan Ayahmu. Beraat sekali..

Sayang, Bunda menceritakan ini bukan semata ingin menunjukkan kelemahan Bunda padamu. Tapi Bunda hanya ingin kamu tahu bahwa Kami, orangtuamu, adalah dua insan manusia biasa dengan segala kelemahan dan keterbatasan kami. Ada saatnya kami rapuh dan inilah ujian terbesar selama tiga bulan pernikahan kami. Ketika kami harus dipisahkan oleh jarak. Dan akhirnya kami memilih untuk kembali bersama. Kami memilih berjuang bersama dalam jarak yang dekat. Kami belum tau perjuangan seperti apa yang akan kami hadapi nanti. Tapi kami berpikir, berjuang bersama, saling menatap setiap hari, lebih kami pilih dibandingkan berjuang sendiri-sendiri di tempat yang berjauhan. Semoga Allah menguatkan kita ya sayang. Menguatkan Ayah, Bunda, dan kamu. Tetap sehat disana ya sayang. Kamu tumbuh bersama tumbuhnya kami di keluarga kecil ini. Bunda yakin kelak kamu akan menjadi anak yang shaleh/shaleha, kuat, dan pantang menyerah. Bunda yakin itu sayang.

Rabbana hablanaminashshalihin..
aamiin..


Thursday 4 September 2014

Pelajaran Keimanan Kedua

Hari yang panjang, mungkin karena hari ini bedrest di rumah. H-4 mas pindah ke solo. Ah, sebetulnya aku ingin membuat ini biasa saja. Biasa seperti saat-saat sebelumnya mas proyekan ke luar kota. Biasa seperti saat-saat sebelumnya mas bulak-balik ke pondok untuk mengurus proyek atau pengabdian. Nyatanya memang jiwa melankolis ini selalu muncul. Yang paling sering ketika malam datang dan kudapati mas tidur lebih dulu, lalu kupandang wajahnya. Dan begitu saja air mata ini merembes pelan. Kupeluknya, tapi malah merembes lebih banyak jadinya.

3 bulan lebih menjalani kehidupan sebagai pengantin baru yang masih tinggal bersama orangtua, membuat masa pengenalan dan penyesuaian ini terasa lebih dinamis. Bukan hanya pegenalan dan penyesuaian antara aku dan mas tapi juga sekaligus mas dengan keluargaku serta keluargaku dengan kehadiran mas. Menurutku inilah yang membuat masa pengenalan kami menjadi lebih lengkap. Tidak hanya melihat bagaimana sikapnya padaku, tapi juga bisa melihat bagaimana sikapnya pada keluargaku, bahkan keluarga besar kedua orangtuaku. Dan masyaallah, mas memang sangat santun. Aku banyak belajar darinya.

3 bulan yang menyenangkan. Teramat menyenangkan menurutku. Bahkan jika ada yang bertanya, pernah berantem gak? Aku sampai harus terdiam dulu untuk memikirkannya. Bukan karena tidak pernah ada percekcokan tapi karena tak ada percekcokan yang sampai aku ingat. Itu karena memang semuanya selalu selesai dalam waktu kurang dari sehari dan berakhir dengan keromantisan. Hehe. Aku memang paling tidak bisa berdiam lama padanya. Mas terlalu ngangenin. Rasanya rugi sekali kalau sejam saja berlalu tanpa sikap hangatnya.

3 bulan yang penuh kejutan. Kejutan akan sikap-sikapnya. Kejutan akan kegemaran-kegemarannya. Kejutan akan ilmu-ilmunya. Kejutan akan segala hal tentangnya. Ah, mungkin memang ini yang disebut jatuh cinta. Bukan cintanya membuatku jatuh tersungkur. Tapi cintanya membuatku terjatuh, terkaget-kaget, is it true? Diakan rizki jodoh yang Allah berikan untukku? Dan dengan cintanya, ia menyadarkanku dan mengajakku bangun dan berjalan bersamanya. Ih, ngomong apa aku ini? Haha. Intinya aku jatuh cinta padanya. Itu saja.

Dan bisa kau rasakan. Betapa besar energinya membangunkanku. Memberikan begitu banyak rasa hangat dan nyaman yang belum pernah aku rasakan. Perlindungannya membuatku merasa dimuliakan. Penjagaannya membuatku merasa aman. Perhatiannya membuatku merasa begitu spesial. Sanjungannya membuatku merasa sempurna. Sikapnya dan segalanya membuatku jatuh cinta. Sungguh! Dan makin hari aku kecanduan. Rasa bergantungku semakin tinggi. Perlu kuakui bahwa ini memang kali pertama aku diperlakukan seperti itu. Aku betul-betul jatuh cinta padanya. Bahkan saat aku di kantor, aku sering merindukannya meski pagi hari ia mengantarku dan sorenya ia menjemputku. Siang hari di kantor, sering kali aku merasa kesulitan untuk menunggu sore datang hanya untuk sekedar berkata "Love you, sayang". Ah, mungkin ini berlebihan tapi sungguh, aku telah jatuh cinta padanya. 

Dan perasaan itu kini harus rela terpisah oleh jarak. Di saat perasaan ini bertumbuh semakin besar. Ketika kebutuhan akannya semakin tinggi. Dan ketika emosiku mengalami fluktuasi akibat penyesuaian tubuhku dengan janin dalam rahimku, buah cinta kami. Bukan hal yang mudah bagiku. Ketika baru tiga bulan merasakan indahnya memiliki teman hidup, selalu bersama, setiap malam berbagi kisah, setiap pagi memulai dengan senyum penuh cinta, dan kini harus rela dipisahkan oleh jarak. Bukan hal yang mudah bagiku. Beberapa kali ketakutan itu terbawa hingga mimpi. Hingga aku terbangun tengah malam, lalu menangis dan memeluknya. Percayalah, ini bukan hal yang mudah bagiku. 

Belakangan kami lebih sering membahas ini. Lebih tepatnya mas menguatkanku tentang ini. Aku memang sering menangis jika pembicaraan ini dimulai. Tapi mas selalu menenangkanku. Mas selalu mengingatkanku; tentang cita-cita kami, tentang jalan hidup yang telah kami pilih, tentang perjuangan yang harus kami lalui, tentang kesabaran yang selalu harus kami miliki, tentang nasihat-nasihat ibu, tentang semuanya. Tanpa lelah dan bosan, mas selalu mengingatkanku dengan lembut dan penuh kesabaran. Hingga akhirnya hatiku bertemu dengan sebuah titik bernama keikhlasan.

Ya, insyaallah aku telah ikhlas. Aku sadar betul tentang jalan hidup yang memang tak selalu nyaman sesuai yang kita inginkan. Bukankah sejak dulu aku terbiasa menjalani hidup di luar comfort zone. Bukankah sejak dulupun aku terbiasa bermonolog dengan diri untuk menyelesaikan hidup. Dan hei! Aku punya Allah yang selalu ada bahkan sejak sebelum aku bertemu dengan mas. Mungkin ini lagi-lagi pelajaran aqidah yang Allah ajarkan dalam perjalanan pernikahan kami. Bahwa sebesar apapun rasa cintaku pada mas, cintaku pada-Nya tetap harus melebihi. Bahwa aku dan mas adalah sama-sama manusia yang mungkin ada saatnya pergi, ada saatnya terpisah oleh jarak, ada saatnya tak ada saat dibutuhkan. Tapi Allah akan selalu ada kapanpun, dimanapun kami berada. Dan Ia ingin menyadarkanku, bahwa memang hanya pada-Nya lah kami bergantung dan mengadu. Bukan pada manusia, sekalipun ia adalah suami yang sangat kita cintai. Allah akan selalu ada, membersamai kita, bahkan tanpa kita minta.

----

Mas, mungkin aku akan tetap menangis setiap kali melepas kepergianmu yang sementara dan sebentar ini. Tapi tak perlu risau sayang, aku kuat insyaallah. Seperti yang aku katakan, itu hanya ungkapa jujurku yang tak sanggup aku tutupi dan aku hanya perlu waktu untuk belajar hingga terbiasa. Selamat memulai duluan kehidupan baru kita kelak disana. Insyaallah aku akan menyusul, kan? Siapkan segalanya dengan baik ya sayang. Untuk cita-cita besar kita insyaallah. Fii amanillah. Semoga Allah selalu menjagamu, memberkahi setiap usahamu, menguatkan pundakmu, dan menjadikanmu sebaik-baik imam untukku dan anak-anak kita kelak. aamiin.. Allahumma aamiin..


Followers