Monday 30 September 2013

Pelayaran ini..

Mungkin memang seperti itulah nantinya, tentang setengah dien ini. Bukan hanya tentang ketertarikan dua orang manusia, bukan hanya sekedar kenyamanan, bukan hanya sekedar kecocokan sifat antara dua insan. Bukan itu rasanya.

Ini tentang kesamaan visi yang akan menjadi pondasi dari bagunan yang Allah jadikan sebagai separuhnya dari Agama. Ini tentang sebuah perahu yang akan berlabuh dalam luasnya samudra kehidupan. Bukan untuk sehari dua hari, seminggu, sebulan atau setahun, tapi selalu diniatkan sebagai perjalanan panjang yang hanya umurlah yang akan menghentikannya. Ini tentang ke arah mana perahu itu akan dilayarkan. Ini tentang Sang kapten dan nahkoda, serta awak kapal yang dibawanya di atas samudra itu. Ini tentang lautan yang mana yang akan mereka seberangi. Tentang sejauh mana pelayaran yang mereka rencanakan. Tentang bagaimana mengatur orang-orang yang berada dalam perahu itu untuk bisa saling sepakat atas tujuan pelabuhan mereka, untuk bisa saling menguatkan saat datang ombak besar yang memabukkan, saat badai datang dan meluluh-lantakkan, bahkan disaat terik matahari begitu hangat dan melenakan. Ini tentang bagaimana semua awak perahu tersebut bisa saling menguatkan dan menjaga agar perahu tersebut tidak tenggelam dan karam ditelan badai dan ombak.

Ini tentang misi pelayaran yang mesti dipahami dan disepakati oleh semua awak kapal. Ini tentang pengembaraan menuntaskan separuh keyakinannya. Ini tentang pelayaran yang tak hanya menyelamatkan kehidupan perahunya sendirian, tapi juga bisa saling menguatkan perahu lain yang berlayar menuju pelabuhan yang sama. Ini tentang pengokohan barisan kebenaran, agar kemudian tak banyak perahu yang karam di tengah lautan, akibat para perompak-perompak jalang.

Memang bukan pelayaran yang mudah. Tapi juga bukan keputusan yang tepat ketika kita selalu takut dan tak pernah memutuskan untuk memulai pelayaran, karena kita tak mungkin bisa berlabuh tanpa melakukan pelayaran terlebih dahulu.

Ya, ini tentang pelayaran menuju pelabuhan keridhoan-Nya.
Maka ketika saatnya berlayar telah tiba, Rabb aku mohon, tolonglah aku untuk menemukan nahkoda yang tepat untuk mengarungi samudra yang luas dan penuh ombak. Aku mohon ya Rabb.. 


Sunday 29 September 2013

Jawaban itu...

Pagi ini di motor, menuju kantor.
Akhirnya aku bisa mengatakan itu. Di luar dugaan, bapak malah memberi jawaban yang justru menguatkanku. Sungguh, rasanya ingin menangis saat itu juga.

Sesampai di kantor, hanya shalat dhuha yang bisa mengobatinya. Kemudian entah mengapa bacaan tilawahku setelah itu dimulai dari QS. An-Najm : 27 sampai 2 halaman berikutnya. Dan air mata ini tak tertahankan lagi saat membaca arti ayat-ayatnya.

Duhai Allah, berikanlah selalu petunjukMu. Kuatkanlah bashirahku.

http://www.flickr.com/photos/24024596@N02/4663888702/

Wednesday 25 September 2013

Tentang Rizki dan Profesi

Perjalanan dari rumah menuju kantor dengan jarak tempuh sekitar 30 km, selalu memberikan hikmah baru setiap harinya.

Banyak pemandangan yang membuat batin ini terhenyak. Kali ini pemandangan yang ingin saya ceritakan adalah tentang profesi. Setiap hari saya pergi paling lambat jam 6 pagi dari rumah. Ada banyak profesi yang saya saksikan, tapi tentu tidak akan saya angkat semua. Beresnya kapaan coba, kalau dibahas semua. Ada beberapa yang menarik.

Pukul 06.30 biasanya saya sudah melewati jalan A. Yani, sekitar pasar kosambi. Bagi saya menarik. Ketika kebanyakan orang baru memulai harinya pada jam-jam tersebut, rutinitas di pasar, justru mulai menurun. Orang-orang yang beraktivitas disana sepertinya sudah melewati setengah atau mungkin hampir seluruh aktifitasnya pada jam tersebut. Ini hal yang menarik karena kemudian muncul pertanyaan, 'Jam berapakah mereka memulai aktivitasnya pagi itu?'.

Profesi selanjutnya adalah tukang durian yang ada di bawah jembatan penyebrangan depan GOR PERSIB. Pukul 06.40 saat saya melewati jalan tersebut bapak penjual durian itu selalu sudah duduk santai di dalam lapak jualannya. Menunggu sang pembeli datang di waktu sepagi itu. Dalam batin saya bertanya, "Emang sepagi ini udah ada orang nyari durian ya?"

Profesi terakhir adalah polisi. Entah pukul berapa mereka harus stand-by di posnya masing-masing. Menertibkan jalan, membuka-tutup jalan dan menjaga jalan-jalan yang rawan penumpukan kendaraan. Selama bekerja, mereka menghirup polusi kota bandung yang kian hari kian bertambah. Tapi ya hanya itu dan memang itu yang harus mereka lakukan. Berdiri di jalan dan mengamankannya.

Ada banyak hal yang menyadarkanku selama perjalanan ke kantor. Betapa rizki Allah itu adalah takdir-Nya yang harus dijemput dengan penuh kesungguhan dan kerja-keras. Tak peduli seberapa pagi kita harus mengawali hari. Tak peduli akan datang pada menit atau jam berapakah rizki itu kan benar-benar datang menghapiri kita, yang pasti ihtiar kita harus mengawali segalanya. Tak peduli bahaya apa yang mngkin menghapiri dalam upaya menjemput takdir ini, yang diyakini adalah bahwa Allah akan selalu menjaga hamba-hamba-Nya yang berusaha. Apapun profesi kita, yang harus kita lakukan adalah sesegera mungkin menjemputnya, profesional di dalamnya dan menyerahkan hasil kerja kita pada-Nya. Hasil duniawi yang didapat bisa jadi tidak sama, antara pedagang-pedagang di pasar, penjual durian, polisi dan profesi lainnya, tapi kita tidak pernah tau mana yang dicatat paling mulia di hadapan Allah atas ikhtiarnya.

Takdir-Nya memang telah tercatat di langit ke tujuh, namun betapa banyak dari ketetapannya yang harus kita jemput agar benar-benar sampai di tangan kita. Mungkin itu yang Allah maksud dalam firman-Nya, "Tidaklah berubah keadaan suatu kaum, sebelum mereka mengubahnya sendiri."

Allah memang Maha Pemberi, tapi Ia juga Maha Pemberi Pelajaran. Maka tak ada satupun dalam hidup ini yang Ia berikan pada kita, tanpa kita dapat mengambil banyak pelajaran darinya.




just smile :)

Rasulullah Saw bersabda,
 “Janganlah sekali-kali engkau menganggap remeh suatu perbuatan baik, meskipun (perbuatan baik itu) dengan engkau menjumpai saudaramu (sesama muslim) dengan wajah yang ceria." 
(HR. Muslim)




Friday 20 September 2013

ingin sekali mengingkari segala kebetulan ini


Lintasan Hati

Mungkin memang wanita diciptakan menjadi penerima yang baik. Teramat baik mungkin. Dan dengan penerimaan itu, ia mampu memberikan sesuatu yang lebih besar atas apa yang telah ia terima.
Jika suatu saat ada seorang lelaki yang datang padanya untuk berkomitmen menjadi nahkoda bagi perahu yang akan mereka arungi bersama, dengan segenap rasa kasih dan kesungguhan, biasanya seorang wanita akan menerima lelaki tersebut meski ia tak memiliki cinta untuknya di awal. Bukan karena ia tak setia pada cintanya atau mudahnya ia berpaling pada yang baru. Tapi bagi seorang wanita, sebuah komitmen adalah sebuah penghargaan atasnya. Lelaki yang datang dan berkomitmen untuk memilihnya, menjadikannya pelengkap dalam langkah hidup dan cita-citanya, sudahlah cukup menentramkan hatinya, kemudian menanamkan keyakinan di awal untuk kemudian ia bisa memberikan komitmen yang lebih besar dalam pengarungan samudera kehidupan bersama perahunya. 

Ah, ini subjektif mungkin. Tapi aku wanita dan bagiku komitmen adalah penghargaan atas diriku. Maka bagiku tak heran jika akhirnya banyak lelaki yang kalah langkah untuk meminang pujaannya, hanya karena terlalu banyak kebimbangan pada dirinya yang membuatnya tak mampu mengeluarkan komitmen penghargaan untuk pujaannya itu. Jangan tanyakan soal kesetiaan, jangan salahkan ia yang baru datang namun mampu memenangkan perlombaan. Tanyakanlah keberanian dan kesungguhanmu. 

Ya Rabbi, jagalah kehormatan hamba-hambaMu yang hina.. Jadikan kami termasuk hamba-hamba-Mu yang senantiasa menjaga kesucian dan bersabar atas segala ketentuan dan takdir-Mu..




Thursday 19 September 2013

Air Mata di Jum'at Dini Hari

Mengawali tanggal 20 September 2013 dengan cerita sendu. Hehe
Tadi malam, jam 00 lewat tiba-tiba saya terbangun dan mendapati si Adek masih bangun. Terus dia ngasihin hp saya, 'Teh, ini ada sms', katanya. Dan taukah dari siapa?? ergh, aku benci segala kebetulan ini.

Gara-gara ada sms itu, akhirnya bocor deh gue. Ceritalah si aku ini sama si Adek atas apa yang terjadi sehari kemarin. Tentang energi kehidupan yang kembali kutemukan. Nyeritain semuanya tentang tiga bulan terakhir ini, sampe nangis segala. Tumpahlah segalanya..  Dan si Adek juga malah ikutan nangis. haha "Aneh, baru kali ini aku ngedengerin orang lain cerita, dan malah ikutan nangis.", katanya. Haha, mungkin karena memang semuanya dari hati dan memang begitu berat kurasa. Tapi bersyukur atas ditemukannya kembali energi kehidupan ini. Berharap kali ini efeknya benar-benar bisa long last, ga rapuh pas seminggu berselang. Hehe..
Ya.. dan akhirnya aku bisa kembali pada rutinitas tarbiyahku, membina, tambah hapalan dan sederet aktifitas tarbiyah dzatiyah yang lain.

----

Beginilah hidup, akan selalu ada kejutan skenario dari-Nya. Masa-masa tiga bulan itu memang jalan hidup unpredictable. Sungguh tak kusangka akan sampai pada jalan hidup yang seperti itu. Itu semua pembelajaran, semoga sebuah pembelajaran yang besar. Kini saatnya untuk kembali pada kehidupan yang normal. -atau justru kehidupan unordinary?. Yang pasti aku ingin kembali menjadi aku yang dulu.

Oooh, thank's God telah memberiku seorang adik perempuan yang bersamanya aku bisa saling berbagi banyak kisah.



Kembali

Hari ini, hari kamis yang dingin tanggal 19 September 2013, rasanya akan menjadi hari pembalikkan yang telah lama kunantikan dalam 3 bulan terakhir ini.

Pagi ini di kantor, setelah tugas harianku selesai (entah mengapa tugas hari ini selesai lebih cepat dari biasanya, sehingga aku bisa menemukan takdirku hari ini) tak seperti biasanya aku membuka tumblr. Agak mengscroll kebawah dan menemukan beberapa tulisan menarik dan inspiratif. Tapi ada sebuah alamat Tumblr yang entah mengapa menarik bagiku untuk kemudian aku membaca tulisan-tulisan di dalamnya, sejak halaman awal hingga sekarang sudah sampai halaman ke-sepuluh. 

Merinding rasanya dan aku sudah menghabiskan banyak tissue untuk menghapus air mataku. Entah air mata apa, haru, kagum atau mungkin air mata pertaubatan. 3 bulan lamanya aku berada dalam sebuah zona yang belum pernah aku masuki sebelumnya. Sebuah keadaan yang membuatku merasa sangat terombang-ambing oleh keadaan. Larut dalam rasa takut namun melenakan. Terjerembap dalam sebuah kondisi hati yang penuh dengan perdebatan di dalam jiwa. (mulai lebay, tapi ini serius. hehe). Kondisi yang sulit bagiku, hingga selama 3 bulan ini, tak ada yang bisa menyelamatkanku untuk kembali pada diriku yang dulu. Aku kehilangan diriku yang dulu. Hilang entah kemana.

Dan hari ini, saat ini, di meja kantorku, setelah membaca tulisan-tulisanmu, tiba-tiba saja energi itu kembali muncul setelah pergi sekian bulan lamanya. Rasanya ruh itu kembali pada aku yang dulu. Rasanya aku siap untuk kembali menjadi wanita kuat yang sanggup berdiri diatas kakinya sendiri (untuk saat ini tentunya, karena nanti tentu aku akan berdiri berdampingan dengan kaki yang lain. hehe). Sekarang ini, rasanya aku telah siap dan kuat untuk bisa memenangkan keimananku atas selainnya. Siap untuk kemudian kembali mendekati-Nya dan sepenuh hati memohon pertolongan-Nya. 

Ya Rabbi, kuatkan aku.. jaga aku.. sampaikan aku pada akhir perjalanan hidupku dengan selamat...

Teruntuk Urfa Qurrota 'Ainy, terima kasih banyak karena telah mengembalikan energi itu lagi. Energi yang selama tiga bulan ini dengan susah payah aku cari, kemana perginya. Energi yang hampir saja kurelakan kepergiannya. Kita mungkin memang tak saling mengenal, meski pernah sekali berbincang, tapi tulisanmu lengkap dengan segenap kekuatan ruhiyahmu yang mengalir bersamanya, mampu mengantarkanku pada pencarian ini. Membaca tulisanmu, membuatku semakin mengagumi keluarga besarmu, terutama kedua orangtuamu yang mampu membesarkan anak-anak yang hebat seperti kalian. Dan taukah, entah mengapa rasanya aku begitu menyayangimu. Mungkin lagi-lagi ini berkat kekuatan ruhiyahmu dan sayangnya Allah untukmu, hingga tanpa saling mengenal, aku sudah bisa menyayangimu. Semoga suatu saat nanti ada masa kita bisa saling mengenal lebih dekat, untuk kemudian bisa kusampaikan langsung rasa terima kasih ini. 


Friday 13 September 2013

Hidup ini..

4 Bulan dengan fase perubahan hidup yang cukup besar dalam hidupku. Saking ingin sempurnanya aku menuliskan setiap moment dalam 4 bulan itu, sampai tak ada satu ceritapun yang akhirnya bisa kutulis disini. haha, dasar melankolis.

Bulan Juni. Klimaks dari perjalananku di ITB. Tugas Akhir, Sidang kelulusan, Yudisium, hingga pengumpulan laporan Tugas Akhir. Tugas akhir yang menyita waktu dengan begitu banyak hikmah yang kudapat. Tentang keluargaku yang selalu menjadi semangat dan pendukung terbesar dalam setiap langkah hidupku, semangat yang selalu diberikan dengan cara yang anti mainstream dengan banyak keluarga lain. Tentang persahabatan dan ukhuwah islamiyah yang luar biasa kudapatkan di sebuah lingkungan mesjid, yang tiga tahun terakhir mau menampungku untuk hidup disana, Asrama Salman ITB. Mereka saudara-saudaraku di lantai 4 dan 3 Gedung Sayap Selatan Masjid Salman ITB, yang selalu siap membantuku mengerjakan produk-produk TA, membantuku menyiapkan segala keperluan sidang, bahkan hanya dengan senyum-senyum tulus dari mereka yang selalu memberikan semangat baru saat jiwa dan raga terlalu tertatih untuk melanjutkan semuanya. 

Bulan Juni ini juga merekam pengalaman baru dalam hidupku. Menjadi bagian dari Kafilah ITB untuk MTQ Mahasiswa Nasional ke XIII di Padang, Sumatera Barat. Berkenalan dengan teman-teman yang baru, ikut menjaga adik-adik kami yang mengikuti kejuaraan tersebut. Belajar banyak hal dari orang-orang yang subhanallah sekali interaksi dengan Al-Qur'annya. Perjalanan padang ini menjadi unforgettable moment dalam banyak hal, tidak hanya dalam MTQMN tersebut.

Bulan Juli, tanggal 13 akhirnya saya resmi diusir dari ITB dengan jalur wajar dan selamat melalui gedung sabuga dengan predikat yang memang ingin saya hadiahkan untuk kedua orangtua. Dan seketika, status mahasiswa dihapus dan diganti menjadi PENGANGGURAN. haha.. hari itu saya memperkenalkan suasana kampus dan euphoria wisuda pada keluarga saya. Maklum, saya adalah orang pertama yang merasakan kuliah di keluarga. hehe

Bulan Agutus rasanya menjadi bulan paling lama karena tak ada aktifitas rutin yang dilalui. Hanya apply dan apply. Randomlah pokoknya

Bulan September, status saya berubah lagi. Tanggal 3 September resmi menjadi karyawan di sebuah perusahaan tekstil di bidang Fashion Muslim, sebut saja Rabbani. hahaha.. Ternyata saya malah kerja disini. Dan sekarang adalah hari ke sepuluh saya disini. Bersyukur karena pengalaman pertama menadi karyawan berada di tempat yang terkondisikan secara ruhani. Ada targetan amalan setiap hari, ada mentoring setiap pekan, dan katanya ada pengajian besar beberapa bulan sekali. Setidaknya itu cukup menjagaku di masa-masa awal dunia profesi. hehe

Kehidupan adalah sekolah yang tak pernah selesai kurikulum dan SKSnya. Setiap hari berbilang pekan, pekan berbilang bulan, hingga tahun demi tahun selalu disediakan beribu pengalaman baru oleh Allah. Aku yang kecil ini, merasa selalu diberikan kejutan-kejutan hikmah dalam setiap jengkal kehidupanku. Ada fase-fase aku menjadi amazing bahkan untuk diriku sendiri, ada juga fase-fase saat diri ini begitu hina dan kerdil, terlebih dihadapanku sendiri.

Tetapi hidup memang akan selalu begitu, belajar dan belajar. Berharap semoga dengannya Allah mengantarkanku pada akhir kehidupan ini dengan selamat. aamiin




Followers