Wednesday 25 September 2013

Tentang Rizki dan Profesi

Perjalanan dari rumah menuju kantor dengan jarak tempuh sekitar 30 km, selalu memberikan hikmah baru setiap harinya.

Banyak pemandangan yang membuat batin ini terhenyak. Kali ini pemandangan yang ingin saya ceritakan adalah tentang profesi. Setiap hari saya pergi paling lambat jam 6 pagi dari rumah. Ada banyak profesi yang saya saksikan, tapi tentu tidak akan saya angkat semua. Beresnya kapaan coba, kalau dibahas semua. Ada beberapa yang menarik.

Pukul 06.30 biasanya saya sudah melewati jalan A. Yani, sekitar pasar kosambi. Bagi saya menarik. Ketika kebanyakan orang baru memulai harinya pada jam-jam tersebut, rutinitas di pasar, justru mulai menurun. Orang-orang yang beraktivitas disana sepertinya sudah melewati setengah atau mungkin hampir seluruh aktifitasnya pada jam tersebut. Ini hal yang menarik karena kemudian muncul pertanyaan, 'Jam berapakah mereka memulai aktivitasnya pagi itu?'.

Profesi selanjutnya adalah tukang durian yang ada di bawah jembatan penyebrangan depan GOR PERSIB. Pukul 06.40 saat saya melewati jalan tersebut bapak penjual durian itu selalu sudah duduk santai di dalam lapak jualannya. Menunggu sang pembeli datang di waktu sepagi itu. Dalam batin saya bertanya, "Emang sepagi ini udah ada orang nyari durian ya?"

Profesi terakhir adalah polisi. Entah pukul berapa mereka harus stand-by di posnya masing-masing. Menertibkan jalan, membuka-tutup jalan dan menjaga jalan-jalan yang rawan penumpukan kendaraan. Selama bekerja, mereka menghirup polusi kota bandung yang kian hari kian bertambah. Tapi ya hanya itu dan memang itu yang harus mereka lakukan. Berdiri di jalan dan mengamankannya.

Ada banyak hal yang menyadarkanku selama perjalanan ke kantor. Betapa rizki Allah itu adalah takdir-Nya yang harus dijemput dengan penuh kesungguhan dan kerja-keras. Tak peduli seberapa pagi kita harus mengawali hari. Tak peduli akan datang pada menit atau jam berapakah rizki itu kan benar-benar datang menghapiri kita, yang pasti ihtiar kita harus mengawali segalanya. Tak peduli bahaya apa yang mngkin menghapiri dalam upaya menjemput takdir ini, yang diyakini adalah bahwa Allah akan selalu menjaga hamba-hamba-Nya yang berusaha. Apapun profesi kita, yang harus kita lakukan adalah sesegera mungkin menjemputnya, profesional di dalamnya dan menyerahkan hasil kerja kita pada-Nya. Hasil duniawi yang didapat bisa jadi tidak sama, antara pedagang-pedagang di pasar, penjual durian, polisi dan profesi lainnya, tapi kita tidak pernah tau mana yang dicatat paling mulia di hadapan Allah atas ikhtiarnya.

Takdir-Nya memang telah tercatat di langit ke tujuh, namun betapa banyak dari ketetapannya yang harus kita jemput agar benar-benar sampai di tangan kita. Mungkin itu yang Allah maksud dalam firman-Nya, "Tidaklah berubah keadaan suatu kaum, sebelum mereka mengubahnya sendiri."

Allah memang Maha Pemberi, tapi Ia juga Maha Pemberi Pelajaran. Maka tak ada satupun dalam hidup ini yang Ia berikan pada kita, tanpa kita dapat mengambil banyak pelajaran darinya.




No comments:

Followers