Monday 15 September 2014

Hari ke-9

Assalamu'alaikum sayang.. Apa kabar hari ini? Bunda penasaran deh sekarang dedek udah sebesar apa yaa.. hehe. Tapi rasa penasaran ini akan terjawab tiga hari lagi, karena nanti bunda akan periksa ke dokter. Tapi mungkin ini kali pertama bunda nengok kamu tanpa ayah. Tak apa ya sayang, nanti fotomu bunda kirim ke ayah ko! :)

Sayang, ini hari ke-9 Ayah pindah ke Solo. Hiks, jadi ingin nangis lagi.. Sepi banget rasanya, pasti kamu juga merasa sepi kan? udah sembilan hari ini ga ada yang cium kamu ya sayang? hehe, Bunda cuman bisa gendong kamu kemana-mana sambil ngelus-elus, tapi ga bisa cium kamu sayang. Gak nyampe, hehe.. Sabar ya, nanti kalau Ayah pulang, pasti ada yang cium kamu lagi. :) 

Hmm.. Bunda curhat sama kamu ga apa ya, Sayang. Kelak ketika kamu lahir ke dunia pun Bunda akan banyak bercerita dan curhat banyak hal padamu. Pasti seru sekali berbagi cerita dan menikmati setiap episode hidup bersamamu sayang.. Aah, can't wait.. :D

Hari-hari tanpa Ayahmu menjadi hari yang berat buat Bunda, Sayang. Saat hari pertama Ayahmu pindah hampir setiap Bunda melewati titik tempat kami biasa bersama, pasti mata Bunda langsung berkaca-kaca bahkan terkadang sampai meneteskan air mata. Setiap malam sampai hari ini, Bunda masih saja mengigau dan memanggil-manggil Ayahmu. Hehe, tampak berlebihan ya Sayang, tapi itu benar terjadi. Ayahmu seorang suami yang luar biasa. Dia selalu bersikap baik dan lembut pada Bunda. Setiap tatapannya, sikapnya, kata-katanya jelas terlihat kasih sayangnya pada Bunda. Insyaallah kelak Ia akan menjadi Ayah yang hebat untukmu, Sayang. Ayahmu orang yang sangat peduli, pada siapapun, terlebih pada orang-orang yang dia sayangi. Ayahmu orang yang sangat sabar dan tenang, Bunda sangat bersyukur karena Allah menjodohkan Bunda dengan Ayahmu. Ketika Bunda sakit, Ayahmu selalu sabar membantu Bunda melakukan banyak hal, menjaga Bunda sampai akhirnya sembuh. Ayahmu betul-betul sosok yang Bunda harapkan menjadi pendamping hidup, bahkan lebih dari yang Bunda harapkan. Itulah mengapa sayang, berat sekali bagi Bunda untuk berpisah jarak dengan Ayahmu. Beraat sekali..

Sayang, Bunda menceritakan ini bukan semata ingin menunjukkan kelemahan Bunda padamu. Tapi Bunda hanya ingin kamu tahu bahwa Kami, orangtuamu, adalah dua insan manusia biasa dengan segala kelemahan dan keterbatasan kami. Ada saatnya kami rapuh dan inilah ujian terbesar selama tiga bulan pernikahan kami. Ketika kami harus dipisahkan oleh jarak. Dan akhirnya kami memilih untuk kembali bersama. Kami memilih berjuang bersama dalam jarak yang dekat. Kami belum tau perjuangan seperti apa yang akan kami hadapi nanti. Tapi kami berpikir, berjuang bersama, saling menatap setiap hari, lebih kami pilih dibandingkan berjuang sendiri-sendiri di tempat yang berjauhan. Semoga Allah menguatkan kita ya sayang. Menguatkan Ayah, Bunda, dan kamu. Tetap sehat disana ya sayang. Kamu tumbuh bersama tumbuhnya kami di keluarga kecil ini. Bunda yakin kelak kamu akan menjadi anak yang shaleh/shaleha, kuat, dan pantang menyerah. Bunda yakin itu sayang.

Rabbana hablanaminashshalihin..
aamiin..


No comments:

Followers