Tuesday 5 November 2013

Pelajaran Cinta

Memang tidak mudah. Sebab tidak karena kamu mencintai, lalu hendak memberi, atau kamu menebar pesona kematanganmu melalui itu, maka cintamu terbalas. Fakta ini mungkin pahit. Tapi begitulah adanya: kadang-kadang kamu harus belajar menepuk angin, bukan tangan lain yang melahirkan suara cinta.

Sebabnya sederhana saja. Cinta itu banyak macamnya. Ada cinta misi: cinta yang memang kita rencanakan sejak awal. Cinta ini lahir dari misi yang suci, didorong oleh emosi kebajikan dan didukung dengan kemampuan memberi. Misalnya cinta para Nabi kepada umatnya, atau guru kepada muridnya, atau pemimpin kepada rakyatnya, atau ibu kepada anaknya. Jiwamu dan jiwa orang yang kamu cintai tidak mesti bersatu. Cinta ini sering tidak berbalas. Bahkan sering berkembang jadi permusuhan. Lihatlah bagaimana Nabi-nabi itu dimusuhi umatnya, atau para ibu yang ditelantarkan anak-anaknya di usia tua, atau pemimpin yang baik dibunuh rakyatnya, atau guru yang dilupakan murid-muridnya.

Inilah cinta yang paling luhur. Paling suci. Sebagian besar kebaikan yang kita saksikan salam kehidupan kita, bahkan dalam sejarah umat manusia, sebenarnya merupakan buah dari cinta yang lain. Ambillah contoh: 1,3 milyar umat islam saat ini adalah hasil perjuangan berdarah-darah sang Nabi beserta para sahabat-sahabatnya. Itu cinta misi.

Tapi ada jenis cinta yang lain. Cinta jiwa. Cinta ini lahir dari kesamaan atau kegenapan watak jiwa. Jiwa yang sama atau berbeda tapi saling menggenapi biasanya akan saling mencintai. Cinta ini lazim ada dalam hubungan persahabatan dan perkawinan atau keluarga. Cinta ini mengharuskan adanya respon yang sama: cinta tidak boleh bertepuk sebelah tangan di sini.

Ada cinta ketiga. Cinta maslahat. Cinta ini dipertemukan oleh kesamaan kepentingan. Mereka bisa berbeda watak atau misi. Tapi kepentingan mereka sama maka mereka saling mencintai. Misalnya hubungan baik yang lazim berkembang di dunia bisnis. Suara ramah dari penjawab telepon atau senyum manis seorang pramugari atau layanan sempurna seorang resepsionis hotel: semua berkembang dari kepentingan tapi efektif menciptakan kenyamanan jiwa (comfortability). Anda adalah bagian dari pekerjaannya. Bukan jiwanya. Anda adalah kepentingannya. Bukan jiwanya.

--- Anis Matta, Serial Cinta, Pelajaran Cinta ---

Cinta memang kata yang sulit didefinisikan atau justru kata yang memiliki banyak definisi. Dari buku Ust. Anis Matta ini ada banyak pelajaran yang bisa kita ambil, tentang cinta.

Bagi siapapun yang sedang mengumpulkan batu bata untuk membangun sebuah rumah tangga, semoga cinta yang mendasari bangunan itu tak hanya sekedar cinta jiwa, cinta yang lahir dari sebuah kesenyawaan jiwa yang saling menggenapkan dan melahirkan sebuah ketenangan semata. Semoga cinta yang mendasari bangunan itu adalah sebuah 'Cinta Misi', cinta yang memiliki sebuah tujuan dan cita-cita agung di akhirnya. Cinta yang tak hanya mengharapkan kegenapan jiwa dan kepuasan biologis semata. Tapi ada sebuah cita-cita besar yang menjadi tujuan bersama dari bangunan tersebut. Cinta yang tak akan hilang meski cinta jiwa mengalami penurunan kualitas, jika suatu saat sebuah bencana menguji kualitas bangunan mereka. Cinta yang bisa menjadikan bangunan mereka adalah sebuah mesin peradaban, yang melahirkan agen-agen kebahagiaan untuk orang-orang disekitarnya.

Semoga memang bangunan itu akan terbentuk dari cinta yang berlandaskan misi yang agung, misi yang jauh kedepan dan dibutuhkan banyak 'bekal' untuk mencapainya. Bukan sekedar cinta jiwa, yang lahir dari persamaan dan kesegenapan. Bukan sekedar cinta jiwa yang lahir dari ketertarikan dan kenyamanan dua insan. Apalagi sekedar cinta maslahat, yang lahir hanya karena sebuah kepentingan semata, yang jika kepentingan itu tercapai maka selesailah sudah cintanya. 

Bagaimana menumbuhkan 'cinta misi' ini? Tentu kita harus  lebih banyak 'belajar' dan 'membaca' lagi..



No comments:

Followers