Sunday 3 November 2013

Memaafkan Kesalahan Diri #2

"Katakanlah: "Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Az-Zumar: 53)

Tak ada seorang manusiapun di dunia ini yang luput dari salah dan dosa. Bahkan Rasulullah saw. yang dima'sum oleh Allahpun pernah melakukan khilaf yang kemudian ditegur langsung oleh Allah dan diabadikan dalam Al-Qur'an surat 'abasa. Begitulah manusia, sejatinya memang masa hidupnya adalah masa pengujian, trial and error. Memang seperti itulah manusia, masa hidupnya adalah masa belajar.

Kesalahan seringkali membuat manusia merasa terpuruk dan hina ketika tersadar bahwa yang telah ia lalui adalah sebuah kenistaan. Ia akan merasa kecil, tak berdaya. Kesalahan-kesalahannya membuatnya seakan menjadi makhluk yang paling hina dan tak pantas untuk diampuni. Bahkan tak sedikit dari mereka yang telah menyadari kesalahannya, merasa bahwa dosanya telah teramat besar dan mustahil Tuhan akan mengampuninya, maka tenggelamlah ia dalam lautan dosa dan tak sanggup naik ke daratan taubat. Di satu sisi, kita bisa melihat kewajaran dari sikap tersebut. Ketika ia mulai menyadari kesalahannya, melihat dampak dari dosa-dosanya, membandingkan dirinya dengan oranglain yang jauh lebih baik, itu memang akan membuatnya merasa semakin tak berdaya hingga sampai pada kondisi fatal, ia menyerah pada dosa dan kesalahannya. "Biarlah, aku sudah terlanjur kotor. Tak ada lagi yang mau menerimaku" 

Tapi itukah yang Allah inginkan dari kita? Maka untuk apa Allah sediakan surga, jika nafsu yang Ia ciptakan untuk kita hanya akan menggiring kita pada neraka-Nya?

Manusia bukanlah malaikat yang memang hidupnya hanya untuk mengabdi pada Allah. Ia tidak Allah sisipkan rasa membangkang dalam dirinya. Tapi manusia juga bukanlah iblis yang memang telah mengikrarkan hidupnya untuk mecari sebanyak-banyaknya kawan di neraka untuknya. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang Allah berikan pilihan untuk hidupnya, apakah akan menjadi kawan dari malaikat ataukah menjadi kawan dari iblis. Segala hal yang Allah titipkan pada manusia berupa akal, hawa nafsu, intuisi dan segala fitrah manusia, adalah bekal yang Allah berikan untuk kita bisa memilih jalan hidup tersebut. Akal digunakan untuk berpikir dan berlogika tentang sesuatu yang baik atau buruk, pantas atau tidak. Hawa nafsu Allah titipkan untuk mengolah perasaan kita, kemanakah ia lebih diarahkan, apakah kepada nafsu yang baik ataukah sebaliknya. Intusi adalah kepekaan naluriah yang berhubungan dengan alam bawah sadar, yang sadar ataupun tidak, ini berkaitan erat dengan kedekatan manusia pada Tuhannya.

"Tuhanmu telah menetapkan atas diriNya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barangsiapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya, dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al An'aam: 54)
Itulah jawaban Allah atas hamba-hamba-Nya yang berbuat salah. Allah meminta kita untuk datang kepada-Nya, memohon ampunan-Nya, dan berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Itulah yang Allah inginkan dari kita. Ia yang menciptakan kita dan tahu betul tabiat kita. Allah tahu betapa kita pasti akan pernah melewati jalan yang salah, maka Allah selalu menyediakan kesempatan bagi kita untuk kembali atau berbalik arah. Allah tahu kita makhluk yang perlu banyak belajar, maka Allah selalu membukakan ampunan-Nya bagi mereka yang mau belajar dari kesalahan-kesalahnnya. 

Maka tak ada lagi alasan untuk terjerembab dalam kubangan dosa. Tak ada lagi alasan untuk tenggelam dalam lautan khilaf. Tak ada kata menyerah pada keadaan. Bangkitlah! Bergeraklah! Temukan jalan kembali kepada-Nya. Sama halnya ketika kita tersesat dalam mencari sebuah alamat, ketika kita menemui jalan buntu, kita harus kembali memutar arah, mencari jalan yang benar, meski dengannya kita akan mengalami kesulitan seperti berjalan dalam labirin, meski dengannya kita mungkin akan merasa malu karena orang-orang yang ada di pinggir jalan menyaksikan bahwa kita tersesat, meski dengannya kita harus menambah bahan bakar kendaraan kita karena ia telah terkuras dalam perjalanan yang menyesatkan tadi. Tapi itu bayaran yang harus kita berikan untuk keluar dari kebuntuan dan mencari alamat yang benar, untuk sampai pada tujuan yang memang kita harapkan. 

Bagi mereka yang baru menyadari bahwa selama hidupnya sering melakukan kesalahan pada orang-orang sekitarnya, sering membuat jengkel teman-teman atau tetangga atau yang selama bertahun-tahun menjadi public enemy. Bangkitlah! Mohon ampun pada Allah, meminta maaf pada manusia, dan mulailah bersikap baik pada sesama. Jangan marah ketika dalam perjalanan meminta maaf akan ada yang tidak memaafkan atau malah balik mencemooh. Itu bukan urusan kita. Allah akan melihat segala usaha kita dan kelak ketika Allah telah meridhoi kita, ia akan menggerakkan hati-hati manusia untuk juga memaafkan kesalahan-kesalahan kita. Bukankah Ia yang Maha membolak-balikkan hati manusia?

Anak-anak yang selama ini sering mengecewakan orangtuanya. Tak sekali membuat mereka menangis karena tingkah kita. Melakukan larangan Allah yang bahkan kita tak boleh berkata "ah!" pada mereka. Masih ada waktu untuk memohon ampun pada Allah dan meminta maaf pada kedua orangtua kita. Manfaatkanlah waktu yang tersisa untuk memuliakan mereka. Membalas segala kasih sayang dan kebaikan mereka, meski itu tak akan pernah sebanding sebetulnya. Jika mereka telah tiada, jadilah anak yang shaleh yang do'anya bisa meringankan siksa kuburnya, yang amalanya bisa membawa mereka untuk ke surga. 

Untuk para orangtua yang baru menyadari bahwa selama ini salah mendidik anak-anaknya. Bertahun-tahun melakukan keburukan di depan anak-anak yang kemudian dicontoh oleh mereka. Melalaikan hak-hak anak yang selama ini mereka harapkan. Menyumbang masalah sosial karena telah melahirkan anak yang justru malah meresahkan banyak orang. Tak perlu berputus asa, cukuplah yang dahulu menjadi pelajaran yang berharga. Masih ada waktu untuk memohon ampun pada Allah dan dengan rendah hati meminta maaf pada anak-anak. Masih ada waktu untuk menata kembali kehidupan keluarga yang sempat kacau karena kesalahan di awal. Masih ada waktu untuk mendidik anak-anak shaleh yang kelak akan menjadi amal yang tak terputus ketika nyawa telah berpindah ke alam yang berbeda. 


Bagi dua insan manusia yang saling mencinta namun belum terikat dalam ijab ibadah yang menghalalkannya. Mohon ampunlah pada Allah atas segala khilaf yang terlanjur dilakukan. Atas perhatian-perhatian dan perasaan-perasaan yang terlanjur diumbar pada waktu yang belum saatnya. Atau bahkan jika ada larangan Allah yang justru telah terlanggar. Mohon Ampunlah pada-Nya. Mohonlah cinta-Nya yang lebih utama daripada cinta dari makhluk-Nya. Mohonlah pada-Nya untuk meridhoi cinta kalian dan menyampaikannya menjadi ibadah yang nilainya setengah agama. Putuskanlah hal-hal yang belum hak dan dapat membuat-Nya cemburu pada cinta kalian. Berkomitmenlah untuk saling menjaga perasaan dan menyerahkannya pada Allah. Masih ada waktu untuk menjadikannya proses yang baik untuk niat yang sangat baik. Masih ada waktu untuk memulai sebuah ibadah yang besar dengan awalan yang baik. Masih ada kesempatan untuk membangun peradaban kecil pada rumah tangga kalian kelak, dengan ikhtiar terbaik yang diridhoi-Nya. Karena alangkah lebih baiknya jika sebuah rumah tangga yang berkah diikhtiarkan dan diawali dengan proses yang juga penuh berkah.

Untuk siapapun yang sedang berjuang mendapatkan ridho dan ampunan-Nya, tetaplah berikhtiar untuk itu. Tak peduli seberapa panjang jalan yang harus kalian tempuh. Tak peduli seberapa sakit luka yang harus kalian obati. Tak peduli berapa banyak orang yang akan mentertawai. Yakinlah, cinta Allah yang sedang kalian perjuangkan, yang balasannya bahkan tak ternilai oleh bumi dan seisinya.

Teruslah berjalan menuju ampunan-Nya. Bayangkanlah berapa orang yang akan bahagia melihat perubahan kalian. Berapa pasang mata yang akan menangis haru mendengar permintaan maaf kalian. Dan berapa banyak malaikat yang akan ikut mendoakan dan meng-amin-kan do'a-do'a kalian. 

Semoga kita tergolong hamba-Nya yang selalu belajar atas kesalahan dan kebaikan. Semoga kita tergolong hamba-Nya yang tak pernah berputus asa pada rahmat Allah, Tuhan yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan Maha Pengampun.


“….dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yg kafir.”  (QS. Yusuf :87)


No comments:

Followers