Wednesday 6 November 2013

Adik Ketemu Gede

Hari ini entah kenapa begitu stuck, kerjaan rasanya sulit sekali untuk bertransformasi dari alam pikiran menuju alam digital. Ah baiklah, kita ng-blog dulu sajah #eh

----

Di sela-sela waktu yang ga produktif ini tetiba ingin buka wasap yang sebetulnya paket internetnya udah abis. Jadi sebetulnya yang muncul adalah chat di malam hari yang belum sempat terbuka. Lalu muncullah 57 notifikasi dari grup kelompok mentoring adik-adik yang kemarin sempat kupegang. Sekarang sudah berganti mentor, dan dipegang oleh yang lain.

Percakapannya seperti biasa, tak lepas dari perbincangan seputar jadwal mentoring pekan ini kapan yaa. Mereka bersahutan menyampaikan kegiatan-kegiatannya sepulang sekolah. Hingga ada yang bertanya, 'Kalau aku mentoring, itu berarti aku menolong agama Allah ga?'. Yang lain bersahutan menanggapi dengan pendapatnya masing-masing, sembari melaporkan waktu kosongnya untuk mentoring. Hingga akhirnya yang bertanya tadi memberikan closing statement, 'Kalau gitu ga apa hari Rabu. Insyaallah yang bakal nolong aku Allah, bukan yang lain'. #nyesss..

----

Aaah, tetiba begitu rindu pada adik-adik mentoringku. Sejak angkatan 2010 hingga angakatan 2013 yang kisahnya aku ceritakan di atas. Betapa rindu pada setiap minggu yang aku harus datang lagi ke sekolah. Setiap minggu menanyakan kabar dan kepastian hari mentoring. Setiap minggu menyiapkan materi apa yang akan disampaikan. Setiap minggu mendengarkan celoteh mereka, mulai dari jajan pas istirahat sampai cerita rapat-rapat rutin mereka. Setiap minggu mendengar curhat mereka, mulai dari virus-virus merah jambu ala putih-abu hingga saat mereka mulai dilarang mentoring oleh orangtua karena takut diajari aliran sesat. Haha.. lucu sekali. Mungkin dulu juga aku begitu pada teteh-teteh mentorku. 

Sungguh diantara begitu banyak nikmat keimanan yang Allah berikan adalah nikmat diberikannya adik-adik mentor yang hampir setiap pekan selalu mewarnai kisah mingguanku. Bertemu mereka lagi, mendengar cerita mereka lagi, memberikan 'dongeng' lagi, dan begitu seterusnya. Kejadian yang monoton sebetulnya, tapi selalu saja ada rasa rindu jika satu atau dua minggu saja terlewat, tak ada mentoring. 

Di setiap akhir mentoring, biasanya adik yang bertugas sebagai MC, menutup dengan kata-kata yang nyaris serupa pada setiap kelompok yang berbeda. 
"Alhamdulillah mentoring kali ini telah selesai. Terimakasih kepada Teh Hasri yang sudah memberikan materi dan mendengarkan curhatan kita semua. Mohon maaf kalau ada salah-salah kata. Kita tutup dengan bacaan istighfar, hamdalah dan do'a akhir majelis"
Hampir selalu seperti itu. Padahal seusai mentoring dengan mereka, dalam hati aku selalu bersyukur, "Terima kasih Ya Rabb, telah mempercayakan mereka kepadaku. Pada seseorang yang sungguh masih sedikit ilmu, masih sering berbuat dosa, masih sulit untuk mengendalikan hawa nafsu, masih takut berbicara di depan umum, masih sering malas-malasan dalam beribadah. Tapi karena mereka aku mau merubah diriku. Menambah ilmuku setiap pekan sebelum bertemu dengan mereka. Malu jika akan berbuat dosa. Malu jika mengikuti hawa nafsu. Belajar berbicara di depan mereka, meski lidah ini kelu. Dihantui oleh setiap kata-kata yang muncul dari mulutku sendiri. Dan malu jika ibadahku pas-pasan. Terima kasih telah mengirimkan mereka untukku, yang dengannya aku berubah banyak."

Sekarang mereka telah berpencar ke banyak penjuru Indonesia, bahkan beberapa diantaranya ada yang telah berpindah ke negeri seberang. Beberapa diantaranya ada yang masih mentoring, ada juga yang sudah tidak. Kadang dari mereka masih ada yang meminta mentoring lagi saat musim liburan tiba, dan mereka semua berkumpul di Bandung. 

Ah, tetiba teringat betapa begitu banyak hak-hak mereka yang lalai aku tunaikan. Seringkali aku luput menanyakan kabar mereka yang telah berpindah ke lain kota. Seringkali aku lupa untuk sekedar menanyakan kabar. Seringkali aku kelu ketika melihat beberapa diantara mereka yang mulai berubah. Ah pasti itupun karena aku. Aku yang masih banyak sekali kurangnya dan penuh dengan keterbatasan dalam membersamai mereka. Aku yang apa adanya dan sangat minim ilmu.

Rindu itu semakin menjadi-jadi sekarang. Membayangkan hari-hari bersama mereka. Lingkaran-lingkaran itu. Mereka yang putih-abu. Lantai 4 sekolah kami. Foto bersama, makan bersama. Dan yang tak ternilai harganya adalah saat sedikit demi sedikit mereka mulai merasa bangga akan keislamannya, semangat beribadahnya, semua itu begitu menamparku dan membuatku berkaca pada diriku sendiri.

Adik-adikku, dimanapun kalian berada sekarang. Terimakasih telah hadir dalam lembaran hidupku, memberikan perubahan yang sangat berarti bagiku. Maaaf atas begitu banyak hak-hak yang belum sempat tertunaikan. Atas kesepakatan yang tak terjaga. Semoga Allah selalu menjaga kita, menjadikan kita wanita-wanita shalihah sebagai sebaik-baik perhiasan dunia. Semoga Allah menjadikan kita guru terbaik yang melahirkan anak-anak peradaban.


No comments:

Followers