Monday 28 May 2012

Beginilah seorang Ibu


Tadi pagi menjelang siang, saya berangkat dari rumah menuju kampus dengan cukup terburu-buru. Gimana engga? saya janjian jam 10 dan ini 10.30 baru berangkat dari rumah. Tadi nungguin warung dulu, soalnya ibu lagi ngaji. 
Hampir jam 11 saya baru fix pergi dari rumah, selangkah dua langkah, ketemu sama tetangga-tetangga om dan tante, nyapa-nyapa dulu, ketemu ibu-ibu yang lagi beli sayur, ditanya-tanya dulu, dan akhirnya saya keluar dari jalan tempat rumah saya berada.
sekitar 100 meter jalan, tiba-tiba kaya ada suara yang manggil di belakang. Agak ragu, tapi tetep noleh ke belakang. Eh, ternyata ibu asri yang manggil. Ada apa ya? yaudah, asri balik ke arah ibu, nanya ada apa?
“ini ai kamu teh bukannya dibawa, buat di asrama”, sambil ngasih 8 bungkusan biskuit ketengan berisi 1 buah biskuit masing-masing.
he? bingung
ibu asri lari-lari ngejar asri dari rumah, ninggalin warung ga ada yang nungguin, cuman buat ngasih 8 bungkus ini doang? addduuuuuuh… kirain teh ada apa..
ibu… ibu..
begitulah ibuku..
begitu sederhana, simpel, spontan dan cepat aksi..
8 bungkus biskuit itu begitu sederhana dan mungkin tak berarti apapun untuk sebagian orang. Tapi itulah aksi cepat bukti kasih sayangnya padaku, begitu sederhana, begitu spontan.
Seperti itulah ibuku,
kasih sayangnya seringkali terejawantahkan dengan cara yang berbeda dengan kebanyakan ibu yang sering berkata lembut pada anaknya.
Perhatiannya, seringkali terekspresikan dengan ucapan yang mungkin berbeda dengan ibu lainnya.
Nasihatnya, seringkali terselip dari kerja nyatanya yang mungkin dibarengi dengan omelan-omelan.
Tapi itulah ibuku..
Yang diamnya, mengandung berjuta harapan. Yang keluhnya menimbulkan berjuta semangat. Yang marahnya adalah ungkapan kecemasannya. Yang tak mampu membahasakan dengan baik, apa yang sebenarnya ada dalam hati dan pikirannya.
Ya, itulah ibuku. Yang memiliki caranya tersendiri dalam mengungkapkan perasaan dan harapannya.
Itulah ibuku, yang selalu aku sayangi dalam diamku.  

No comments:

Followers