Monday 19 November 2012

UGD #1


7 November 2012, hari yang cukup padat, chaeos, tapi produktif dan penuh pembelajaran.
Ba’da shubuh tadi tiba-tiba Arista, adik asramaku, sakit perut sampe nangis-nangis. Terlihat sekali sakitnya itu begitu menyiksanya. Hebohlah pokonya. Dikompres, dikasih makanan, dikasih obat, tapi nampakya tak membantu. Setelah konsultasi dengan isteri seorang pengurus YPM yang dokter, akhirnya kita memutuskan untuk membawanya ke UGD Boromeus. Tapi ia begitu sulit dilobby. Ditambah lagi tempat tidurnya yang terletak di tingkat 2 membuatnya untuk sekedar diajak turun ke bawahpun sulit. Akhirnya setelah dengan perjuangan yang keras arista berhasil diangkat turun dari tempat tidurnya, dirapihkan pakaiannya dan dibawa ke UGD Boromeus. Aku, bersama 2 adik asrama yang lain mengantar Arista ke UGD dengan ambulance salman yang dikemudikan oleh salah satu adik asrama putera.

Jujur, saat itu aku panik luar biasa. Saat itu, Tami, partner pembina di Asrama sedang ada kuliah di Jakarta. Aku pembina seorang diri, yah sebutlah yang paling dituakan. Semua orang saat itu panik, berusaha saling menawarkan solusi, namun terkadang memperumit situasi. Semuanya panik dan aku merasa yang paling ertanggungjawab saat itu. Jujur aku tak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku telpon Bu Yani. Aku hubungi anak asrama putera. Aku coba membagi tugas anak-anak asrama. Mengangkat Arista, mencarikannya baju, menelpon Bayu untuk standbykan ambulance, dan mengangkat Arista dari lantai 4 Arama Puteri Salman menuju basement salman. Panik, aku tahu ekspresi wajahku tak pernah mampu menutupi isi hati dan pikiranku. Aku tahu, adik-adik asrama melihat aku yang begitu gelagapan. Ah yasudah, yang terpenting Arista dibawa ke rumah sakit.

Masuk UGD, menunggu di UGD, mengurus administrasi, menghubungi banyak orang dan yang paling berat adalah saat harus menghubungi orangtua Arista di Semarang. Oh Rabb, aku tak bisa membayangkan bagaimana perasaan orangtuanya mengetahui anaknya masuk UGD di kota nun jauh disana. Awalnya berpikir untuk tidak perlu menghubungi orangtuanya dulu, jika memang ini bisa kita atasi sendiri. Khawatir malah jadi menghebohkan. Tapi ternyata sakitnya serius. Usus buntu dan harus dioperasi sesegera mungkin. 

Berhubungan dengan orangtua orang lain adalah hal yang paling aku takutkan. Aku khawatir dengan sikapku yang mungkin tak sopan, aku khawatir dengan ucapanku yang mungkin tak berkenan, atau apapunlah. Aku selalu khawatir. Dan dalam situasi ini, aku harus mengabarkan pada orangtuanya yang jauh bahwa anaknya yang berada di asrama salman sakit dan harus dioperasi cepat. Aku harus bisa menyampaikan dengan baik dan meyakinkan pada kedua orangtuanya untuk tetap tenang dan mempercayakan semuanya pada kami..
...

Ya Rabb, ini baru bagiku..
Bimbing aku untuk bisa menyelesaikannya..

No comments:

Followers