Friday 4 January 2013

Relativitas bukan hanya milik waktu

Bismillah
Ok, ini sedikit dari banyak hikmah yang kudapat dalam satu bulan terakhir ini..

3 hari yang lalu, tepat sehari sebelum operasi, saya memutuskan untuk membersihkan luka bakar karena kecelakaan seminggu yang lalu. Harapannya agar saat operasi nanti, sakitku tak harus dobel, cukup sakit karena operasi saja.

2 hari sebelumnya, setiap kali akan bergerak, apakah itu untuk shalat, ke kamar mandi atau sekedar berubah posisi saat tidur, rasanya sakiiit sekali. Seperti ada sesuatu yang menarik sel-sel kulitku yang terbakar. Sakit sekali rasanya, hingga aku harus mengeluarkan air mata setiap kali bergerak.

Hari rabu pun tiba. Saatnya operasi dilaksanakan. Kata ibu, semuanya akan baik-baik saja setelah operasi. Tidak sakit dan akan terasa legaa sekali. Oke, itu menjadi janji yang manis untukku saat itu. Hingga tiba gilirannya aku dipanggil. Berganti baju operasi, dipasang infus, dan akhirnya memasuki ruangan operasi. Pukul 11.00 pagi, operasiku dimulai. Persis seperti yang ada dalam tv. hehe

Satu jam kemudian aku mulai bisa mendengar dan merasakan suara disekitarku. Mulai ada sedikit cahaya yang berusaha masuk melalui mataku. Dan, aaah, Ya Rabbi ini sakit sekali. Entah mengapa, di bagian tubuhku yang dioperasi terasa sakiiit sekali. Seperti ada sesuatu yang menarik dn berjalan-jalan di sekitarnya. Kata ibu ga sakit, ingatku. Entah mengapa kasusku agak berbeda dengan cerita operasi yang lain. Sekitar satu jam, rasa sakit itu baru bisa terkendali dan aku memutuskan untuk pulang.

Tahukah? saat aku bangun, duduk dan harus berjalan menuju kursi roda, luka bakar di kakiku tiba-tiba saja hilang. Hilang dan tidak terasa sakit sedikitpun. Sembuh? Aku rasa belum, karena aku bisa melihat ada luka dalam perban itu.

Kesimpulanku, inilah relativitas rasa sakit. haha. Ini nama karanganku sendiri.
Rasa sakit yang sebelumnya terasa amat sangat pada luka bakar, bisa dengan cepat menghilang saat Allah menggantikannya dengan yang lebih sakit lagi. Dan menurutku, bisa jadi itulah hidup kita dengan segala perasaan yang kita rasakan.

Bisa jadi dalan suatu kondisi kita merasakan sakit yang teramat sangat, tapi saat Dia memberikan perasaan sakit yang baru, bisa jadi yang awal sudah dengan mudah kita lupakan.

Seringkali kita merasa dan berada pada satu titik dimana kita merasa sangat lemah dan tak berdaya, padahal bisa jadi itu belum seberapa, saat Allah menurunkan cobaan yang bisa lebih menggetarkan hati kita.

Bisa jadi kita ada dalam sebuah titik dimana kita merasa begitu bahagia dan diatas langit, padahal bisa jadi itu tak seberapa, karena Allah ternyata sedang menyiapkan hadiah yang lebih besar bagi kita.

Maka apapun yang terjadi pada titik-titik dalam garis kehidupan kita, jangan biarkan sedikitpun kita jatuh dalam kekufuran dan lupa untuk bersyukur pada-Nya.

Karena bisa jadi ini tak seberapa. Belum apa-apa

Bisa jadi ini hanyalah sebuah relativitas belaka.

Allahu'alam..

2 comments:

Isabella Kirei said...

:) semangat teh hasri^^ kayanya bener deh, sakit itu relative. apalagi kalo baca al baqarah ayat 214, rasanya belum ada apa-apanya. Syafakillah teh. Semoga setiap luka, setiap perih, setiap tetes air mata, menjadi penghapus dosa teh Hasri. Karena sungguh,

“Tidak ada musibah yang menimpa seperti keletihan, kelesuan, sakit, duka, susah atau gangguan sekedar tusukan duri melainkan Allah akan menghapus sebagian dosanya.” (Bukhari – Muslim)

wallahua'lam

Hasri Direja said...

belum dibales ternyata komennya. hehe
aamiin.. makasih bel.. bahkan asri baru teringatkan kembali setelah baca ulang tulisan sendiri, bahwa segalanya bisa jadi memang belum seberapa.

Followers