Kali ini temanya galau.. Haha, sekali-kali tak apa lah yaa..
For the truth, sudah 5 tahun ini ada sebuah makhluk yang
menjadi virus bagi program di otak dan hati ini. Hehe.. Emh, kenyataan ini
sebetulnya baru disadari 4 tahun yang lalu. Saat semuanya telah lenyap dan
menghilang. Entah ini virus apa sebetulnya, aku sendiri kurang begitu paham.
Yang pasti ada sebuah perasaan nano-nano yang muncul; penyesalan, penasaran,
kecewa, bahagia, terharu, dan mungkin rindu. Haha, geli ya. Untuk orang
melankolis sepertiku perasaan ini cukup menyiksa, karena hobi orang melankolis
adalah mendramatisir. Dan mungkin yang membuatnya menjadi lebih menyiksa adalah
karena aku tahu aturannya. Aku tahu dan sadar akan aturan yang dibuat oleh
Tuhanku tentang ini. No excuse untuk interaksi berlebihan seperti apapun antar
dua makhluk yang berbeda ini. Maka aku harus tahu diri dan membatasi diri.
Menjaga hati meski jujur, angan-anganku mungkin sudah terbang kesana-kemari.
Jarak dan waktu rupanya tak cukup untuk bisa mengubur perasaan
nano-nano ini. Terkadang, ia justru menjadi pupuknya. Saat rasa penasaran mulai
muncul, pertanyaan-pertanyan tidak pentingpun menjadi pupuk yang manjur untuk membuahkan rasa rindu. Yang kutahu,
perasaan ini biasanya terlupakan saat aktivitasku mulai memuncak.
Tanpa terasa, 5 tahun berlalu. Aku bertumbuh dan mulai
mengenal dunia yang sebelumnya tak pernah terbayangkan. Dan seorang makhluk itu
pun tumbuh menjadi sosok yang luar biasa. Ya, dia luar biasa sekali sekarang.
Jika dibandingkan denganku, mungkin sebanding dengan jarak millimeter antara
kampusku dengan kampusnya. Jauh sekali. Tapi sialnya, virus itu belum juga
hilang. Entah, ini rasanya seperti ketika aku menunggu untuk kuliah 4 tahun
yang lalu. Saat aku tidak lulus SNMPTN, dan memutuskan untuk menunggu dan
mencoba lagi di tahun berikutnya. Ada perasaan khawatir dan was-was akan
cita-citaku yang begitu neko-neko ingin berkuliah di ITB, di Fakultas yang
menurut kebanyakan orang belum jelas prospek kerjanya, yang menurut orang
menakutkan lingkungannya, dan mahal kuliahnya. Ada perasaan takut yang luar biasa
besar, takut tidak diterima, takut bukan rejekinya dan takut jika rejekiku di
tempat yang lain. Disatu sisi, ada sebuah kerinduan dan harapan. Setiap
melewati ganeca, ada sebuah keyakinan yang muncul dari palung hati yang paling
dasar, kayanya sih bisa, kayanya keterima deh, kayanya bakal kuliah di ITB deh.
Ada sebuah janji yang entah ditawarkan oleh siapa. Janji tentang impian dan
cita-cita. Janji akan harapan masa depan. Yah, perasaan-perasaan absurd semacam
itulah. Bedanya, keyakinan yang pertama telah terbukti. ITB memang menjadi
tempatku sekarang. Tapi keyakinan yang satu lagi, entah endingnya seperti apa. Membingungkan
dan mengganggu.
5 taun berlalu, rupanya ia masih bersarang.
Entah karena perasan absurd tadi, ataukan memang tidak ada objek yang lain.
Haha...
No comments:
Post a Comment