Tuesday 30 September 2014

Lipatan Waktu

Einstein pernah bermimpi tentang sebuah waktu,
di saat dia tengah dalam pergulatan yang merampokkan teori relativitas.

Suatu ketika ia pernah menemukan bahwa sang waktu adalah seekor burung pipit
yang dapat ditangkap dan dikurung dalam sebuah guci.
Waktu juga bisa menjadi sesuatu yang dapat terhenti begitu saja,
ketika ia menemukan sepasang kekasih tengah menghabiskan waktunya bersama.

Itu mungkin hanya sebuah mimpi.
Tapi bagaimana jika untuk sebuah mimpi sekalipun Einstein benar?
Bahwa waktu adalah sebuah relativitas,
bahwa waktu sesekali tengah melakukan sebuah kecurangan
bergerak cepat atau melambat,
berbelok atau lurus,
tanpa pernah kita ketahui setelahnya terjadi pada waktu-waktu kita.

Lalu siapa yang akan mengira ini?

Bahwa berkali-kali dunia sempat terhenti untuk pertemuan-pertemuan kita
bahwa mungkin ratusan musim, ribuan kali rotasi,atau bahkan jutaan kali revolusi
telah melampaui kita dalam setiap perbincangan kita,
setiap kesenangan kita,
dan setiap kepedihan kita.

Bahwa triliyunan butir hujan kemudian telah saling berebut 
untuk turun lebih cepat atas langkah kita 
yang telah tiba pada puncak-puncak sejarah kita.

Bahwa di dalamnya puluhan bintang telah berpindah ratusan tahun cahaya
Ketika tangan-tangan kita mulai saling merangkul dalam jeda untuk setiap kalimat.

Kami bersamamu kawan sekalipun langit yang menentang kita.
Dan itu semua menjadi sebuah penggalan berjuta cerita hidup kita.

Setiap detiknya yang telah bermakna ratusan tahun.
Setiap langkahnya yang telah bermakna puluhan tahun cahaya
Ia akan tinggal dan sesekali dibagikan
terus menemani kita dan terkadang menggoda kita mesra.

Hingga kemudian nama-nama kita mulai diperdengarkan oleh sang pemilih waktu.
Ia yang meminta kembali sisa waktu kita.  

Dan belakangan aku baru mengerti tentang hari ini
bahwa seperti pada panas yang telah memaknai dingin
gelap yang memaknai terang
keburukan yang telah memaknai kebaikan
serta permusuhan yang telah memaknai pertemanan.

Sebuah perpisahan akan memaknai sebuah pertemuan.

Waktu-waktu kita
Sebuah semesta yang pernah berakhir 
kembali untuk kita.

by: Irvan Aulia
Lipatan Waktu


No comments:

Post a Comment